7. Aku Tidak Tahu

1389 Words
"Hari ini sampai dua minggu ke depan Tuan Savero kembali ke ibu kota, kau bisa melakukan pekerjaan lain selama Tuan Savero tidak ada." Grace memberitahu Althea. "Baik, Bibi." "Kau sepertinya kurang enak badan hari ini, istirahat saja untuk hari ini." Althea menatap Grace sejenak, ia merasa terharu karena ternyata Grace memperhatikannya. "Terima kasih, Bibi." "Ya, sekarang kembalilah ke kamarmu." "Ya, Bibi." Althea segera pergi. Beberapa pelayan menatap Althea tidak senang. Mereka jelas iri pada Althea yang mendapatkan perlakuan istimewa. Mereka telah bekerja di vila itu sejak beberapa tahun lalu, tapi jangankan merayu tuan mereka, mendekatinya saja mereka tidak bisa. Lalu, datang Althea yang melayani semua keperluan pribadi tuan mereka, jelas saja mereka sangat cemburu. Mereka semua menilai bahwa Althea menggunakan kecantikannya untuk merayu Savero. Dan yang lebih membuat mereka cemburu adalah Savero membawa Althea ke pesta. Namun, meski mereka tidak menyukai Althea, mereka tidak berani mencari masalah dengan Althea. Mereka hanya akan melihat Althea sinis lalu membicarakan Althea di belakang Althea. Seharian Althea beristirahat, tubuhnya pegal dan sakit, selain itu ia juga kurang tidur. Akhirnya ia bangun di sore hari. Wanita itu kemudian menyegarkan dirinya. Saat ia selesai berpakaian, ponselnya berdering. "Althea, apa yang terjadi padamu?" Itu adalah suara Jeany -sahabat Althea. Wanita ini adalah seorang arsitek, saat ini ia berada di luar negeri untuk pembangunan sebuah proyek di perusahaan tempatnya bekerja. Secara tidak sengaja ia mendengar tentang gosip antara Althea dan Enrique di pesta kemarin. "Kapan kau akan kembali?" "Sepuluh hari lagi." "Aku akan menceritakannya padamu nanti saat kita bertemu." Jeany merasa tidak sabar, tapi berbicara di telepon memang tidak terlalu nyaman. "Baiklah kalau begitu." Jeany diam sejenak. "Apakah kau baik-baik saja?" Althea tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja." Ia tidak akan membuat Jeany yang berada di luar negeri mengkhawatirkannya. Lagipula apa yang terjadi padanya saat ini masih bisa ia tanggung. "Syukurlah kalau begitu. Baiklah, aku akan kembali bekerja, sampai jumpa nanti, Althea." "Ya, sampai jumpa, Jeany." Panggilan itu kemudian selesai. ** Hari-hari berikutnya dihabiskan oleh Althea dengan bekerja di kediaman Savero. Ia membersihkan kamar Savero setiap hari, lalu setelah pekerjaannya di sana selesai ia akan pergi untuk melakukan pekerjaan lain, seperti menyapu, mengepel atau membersihkan debu di berbagai sudut kediaman Savero. Sebagai seorang nyonya muda, ia tidak pernah melakukan pekerjaan kasar, tapi sebelum menjadi nyonya muda ia telah mengerjakan pekerjaan kasar bahkan saat ia masih remaja. Althea tidak memiliki teman di kediaman itu, hampir semua pelayan tampaknya tidak menyukai kehadirannya. Ia tidak terlalu memikirkannya, ia lebih suka menyendiri. Jam istirahat tiba, Althea mengambil makan siangnya, wanita itu menghabiskan makanannya lalu kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya. "Althea, jangan bekerja terlalu keras." Grace mendekati Althea yang saat ini sedang membersihkan debu di jendela. Althea adalah pelayan pribadi Savero, jika Althea bekerja terlalu keras itu akan membuat telapak tangan Althea yang halus menjadi kasar. Mungkin itu akan membuat Savero tidak senang. "Tidak apa-apa, Bibi." "Jika sudah selesai di sini, kembalilah ke kamarmu." "Baik, Bibi." Grace kemudian meninggalkan Althea. Ia sudah menghadapi beberapa keluhan dari para pelayan lain yang mengatakan bahwa dirinya pilih kasih, dan Grace menjawab keluhan bawahannya itu dengan tajam. Posisi mereka tidak sama dengan Althea, itulah sebabnya perlakukan terhadap Althea dibedakan. Hari-hari berlalu lagi, Althea pergi menemui Grace untuk meminta izin. Hari ini ia akan bertemu dengan Jeany yang telah kembali dari luar negeri. "Bibi, aku memiliki urusan di luar, apakah aku bisa meminta izin?" Althea bertanya dengan sopan. Meski ia pernah menjadi seorang nyonya muda selama tujuh tahun, itu tidak mengubah sikap sopannya menjadi arogan. Ia selalu tahu asal-usulnya, itulah sebabnya ia selalu memperlakukan orang lain dengan baik. "Kau bisa pergi, Althea." "Terima kasih, Bibi." "Sama-sama." Althea kemudian kembali ke kamarnya, ia mengganti pakaiannya dengan sebuah dress sederhana, tapi membuatnya tampak begitu anggun dan bersahaja. Wanita itu memesan taksi, ia kemudian pergi ke sebuah restoran yang sering didatanginya bersama dengan Jeany. "Thea." Jeany mendekati Althea, wanita itu memeluk Althea. "Aku sangat merindukanmu." Wanita itu berkata dengan manja. Althea tertawa kecil. "Kau terlalu berlebihan. Kita sepertinya tidak bertemu sekitar satu bulanan saja." "Itu sudah sangat lama, Thea. Kita biasanya bertemu hampir setiap minggu." Selama menikah dengan Enrique, Althea tidak pernah dibatasi, ia bisa bertemu dengan Jeany kapanpun dia mau. Keduanya kemudian duduk. "Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Althea. "Semuanya berjalan dengan baik." Jeany mengangkat tangannya, memanggil pelayan. "Syukurlah kalau begitu." Pelayan tiba di meja dua wanita itu. Althea dan Jeany segera memesan makanan dan minuman. "Jadi, Thea, apa yang terjadi?" Jeany sudah bersabar untuk mendengar cerita Althea sampai hari ini. Althea menatap Jeany sejenak, ia sebenarnya tidak ingin membebani Jeany dengan masalahnya, tapi ia juga tidak bisa menyimpan rahasia dari Jeany. "Perusahaan Enrique berada dalam krisis." Jeany sudah mengetahui hal ini. Dari rumor yang ia dengar, Althea memegang paha pria kaya lain dan meninggalkan Enrique yang diambang kebangkrutan. Jeany sangat mengenal sahabatnya, Althea bukan wanita seperti itu. Itulah sebabnya ia menunggu untuk mendengarkan ceritanya secara langsung dari Althea. "Enrique menjualku untuk menyelamatkan perusahaan." Jeany diam sejenak, ia yakin bahwa Althea tidak akan berbohong padanya, tapi sulit baginya untuk percaya bahwa Enrique akan menjual Althea untuk menyelamatkan perusahaan. Ia tahu seberapa besar Enrique mencintai Althea. "Kau pasti sulit mempercayai ini, tapi itulah yang terjadi. Apakah kau ingin tahu siapa yang membeliku?" "Siapa?" "Savero Dominic." "Savero?" Jeany tampak lebih tidak percaya lagi. "Ya, satu-satunya Savero yang kita kenal," seru Althea. "Savero menekan perusahaan Enrique, lalu kemudian pria itu menawarkan bantuan dengan syarat Enrique harus menjualku pada pria itu. Savero datang untuk membalas dendam padaku karena meninggalkannya tujuh tahun lalu." Jeany termenung sejenak. Apa yang dikatakan oleh Althea benar-benar tidak terpikirkan sama sekali olehnya. Ia tahu bahwa Savero berasal dari keluarga kaya, Althea yang menceritakan itu padanya. Namun, ia tidak menyangka bahwa suatu hari Savero akan datang dan merebut kembali Althea dari tangan Enrique. Sudah tujuh tahun berlalu, ia kira Savero sudah melupakan masa lalu dan melepaskannya. "Saat ini aku dan Enrique sudah bercerai, aku tinggal di kediaman Savero sebagai pelayan pribadinya." "Savero ini benar-benar tidak berperasaan." Jeany akhirnya bereaksi. Dalam hal ini Enrique juga salah karena menjual Althea pada Savero, tapi Savero lah yang telah menekan Enrique sehingga Enrique mengambil keputusan seperti itu. "Althea, kau harus menjelaskan pada Savero tentang apa yang terjadi tujuh tahun lalu sehingga dia tidak akan mengarahkan kebenciannya padamu." "Aku tidak akan mengatakan yang sebenarnya, Jeany. Di dunia ini Savero hanya memiliki kakeknya. Jika aku mengatakan yang sebenarnya, Savero mungkin akan bertengkar dengan kakeknya." Althea lebih suka dibenci oleh Savero daripada harus mengatakan yang sebenarnya. Saat ini ia sudah menjadi sebatang kara, dan ia tidak ingin Savero juga mengalaminya. Hidup sendirian tanpa ada dukungan benar-benar menyedihkan. "Lagipula pada akhirnya aku masih harus meninggalkannya karena membutuhkan biaya untuk operasi ibuku." Althea tidak akan melakukan pembelaan, jika tidak karena kakek Savero, maka ia masih akan meninggalkan Savero karena membutuhkan biaya pengobatan untuk ibunya. "Setidaknya Savero akan tahu bahwa alasan kau meninggalkannya adalah karena keselamatan ibumu. Dia mungkin tidak akan terlalu membencimu." "Aku telah memilih jalan ini, Jeany. Sampai akhir, aku tidak akan mengubahnya." Althea berpikir bahwa akan lebih baik jika Savero terus membencinya. Jika Savero tahu alasan yang sebenarnya, dan Savero ternyata sama sepertinya yang tidak pernah melupakan cinta pertama, maka kisah mereka akan terulang lagi. Ia tahu bahwa kakek Savero tidak akan pernah menerima kehadirannya sebagai wanita Savero, jadi yang terbaik adalah Savero tetap menilainya sebagai wanita yang mengkhianati hubungan mereka karena uang dan kekuasaan, dengan begitu mereka tidak perlu terjerat dalam hubungan yang tidak direstui lagi. Kakek Savero adalah pria yang kejam, ia sangat yakin tentang hal itu. Di masa lalu, pria itu bahkan berani melakukan tawar menawar dengan nyawa Savero agar ia meninggalkan Savero. Bukan tidak mungkin jika hal yang lebih buruk bisa terjadi. Jeany merasa hidup benar-benar tidak adil pada Althea. Menikah dengan Enrique, meski diperlakukan layaknya ratu, Althea tidak benar-benar bisa bahagia karena Enrique bukanlah pria yang ia cintai. Selain itu, Althea juga harus menghadapi keluarga Enrique yang tidak menyukainya. Dan sekarang Althea menjadi pelayan Savero, mendapatkan perlakuan buruk dari pria yang selalu menempati hatinya. Althea telah melewati berbagai hal-hal buruk di dunia ini, tidak bisakah Tuhan membiarkan Althea bahagia dan hidup dengan tenang? "Lalu, sampai kapan kau akan bertahan dalam situasi ini?" "Aku tidak tahu." Jeany menghela napas. Ia tahu Althea adalah wanita yang kuat dan tangguh, ia bisa menghadapi badai besar yang menghantam hidupnya, tapi tetap saja ia merasa sedih untuk Althea. Ia berharap bahwa ini tidak akan berjalan terlalu lama. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD