bc

My White Wolf

book_age18+
3
FOLLOW
1K
READ
dark
BE
reincarnation/transmigration
prince
doctor
bxg
office/work place
secrets
like
intro-logo
Blurb

"Tidak! tolong jangan lakukan itu!"Megan tidak pernah menyangka bahwa di dunia nyata itu ada seorang vampir. Seumur hidupnya gadis berusia 23 tahun itu tidak pernah percaya bahwa ada sesosok mahluk menyeramkan seperti yang saat ini tengah menyekap nya di lift dan hampir menggigit lehernya."Kamu milikku!"Suara bisikan itu seperti sebuah nyanyian kematian yang hendak mengoyak raganya. Kemudian mencabik cabik harapan kehidupannya. Megan semakin tersudut."Aku ... aku akan lakukan apapun, asal jangan gigit aku. Darahku pahit tidak enak. Aku sering makan pare. Aku juga sering makan jengkol. Tolong jauh jauh dariku."Megan bersumpah akan mencium kaki vampir itu jika dia tidak menggigit lehernya. Namun jarak mereka semakin dekat, dan Megan seperti akan kehilangan keasadaran ketika ... ketika kedua taring itu mulai terlihat, begitu lancip dan amat menakutkan. Keringat Megan sudah bercucuran, dan kedua lututnya lemas tidak berdaya."Pejamkan saja matamu, karena ini tidaklah menyakitkan seperti yang kamu duga."Bisik vampir itu begitu dekat. Lalu apakah Megan benar benar di gigit oleh mahluk itu?Atau Megan bisa melepaskan diri dan selamat dari mahluk itu.

chap-preview
Free preview
Sebuah Mimpi.
"Aku mohon jangan lakukan itu ..." Megan tidak pernah menyangka bahwa ia akan bertemu dengan mahluk mengerikan itu. Seumur hidupnya selama 30 tahun ini, sekalipun tidak pernah terbersit di dalam pikirannya bahwa ia akan bertemu secara langsung bahkan menjadi korbannya. Setahu Megan bahwa mahluk bergigi lancip dan berpakaian jubah serba hitam itu hanya lah ada di sebuah film film barat saja. Setahu Megan mereka itu tidak nyata dan Megan sungguh tidak akan pernah bisa mempercayai itu. Namun .... "Kamu milikku!" Vampir yang berwujud laki laki tinggi menjulang itu, dan memiliki kedua sorot mata merah itu sungguh membuat Megan merinding dan berharap ia hanya lah berada di dalam mimpi. Coba cubit pipinya, pasti tidak terasa sakit. Iya, Megan saat ini pasti sedang berada di alam bawah sadar. Megan pasti sedang berada di dalam selimut hangat dikosannya. Namun .... "Pejamkan matamu. Aku hanya meminta sedikit saja. Percayalah rasanya enggak se sakit itu!" Tidak! Ternyata ini bukanlah sebuah mimpi. Laki laki itu nyata. Dia memang berada di depannya. Menyudutkannya dan hendak melahapnya. Lihat saja kedua taring lancip yang keluar semakin memanjang dari kedua sisi gigi serinya itu. Lihatlah kedua mata yang menyala merah seperti sedang memindainya, bahwa Megan memang tidak akan bisa pergi ke mana mana. Megan akan berada di sana, kemudian menjadi santapannya. "Megan ... jadilah makanan ku. Makanan pavorit ku." Apa katanya! Mahluk mengerikan itu sedang melakukan penawaran dengannya. Memangnya ia pikir, ia siapa? Megan ingin melawan, namun kedua lutut nya sudah lemas duluan. Lelaki bertopeng hitam, bermata menyala, dan bergigi lancip itu sungguh menakutkan. "A-aku ...." Megan membelalak dengan bibirnya yang gemetar. Ingin berteriak namun suaranya hanya sampai ditenggorokan. Tubuhnya bergetar hebat seperti sedang demam tinggi dengan keringat bercucuran. Megan menangis tanpa suara, namun air matanya luruh tanpa bisa ditahan, saking takutnya. "A-aku .... akhghh!" Gigitan itu mulai terasa, rasanya sakit dan menghancurkan harapan kehidupannya. Terasa jelas bahwa mahluk itu menyedot darah milik nya. Gigi runcing itu mulai mencabik tidak memberikan kesempatan untuknya berteriak. Megan mulai kehilangan nyali dan tenaganya. Ia menggelepar seperti ikan hidup yang dimasukan ke dalam penggorengan panas, putus asa dan hilang harapan. Mendadak ruangan baja itu terlihat gelap, mendadak suara mesin lift dan pendingin udar di sana tidak terdengar. Semuanya hening dan mulai terlihat tidak jelas. Megan merasa seperti berada di antara sadar atau tidak. Ia merasa tubuhnya melayang bersama jiwa yang mungkin akan terlepas dari raga. Rasa sakit itu menghilang. Namum tergantikan dengan keheningan dan hampa. Laki laki vampir itu terlihat tidak jelas, buram dan menghilang. Semuanya gelap ... hilang dan legam. "Megan!" "Megan!" "Megan!" Seperti baru saja tersadar dari sebuah kematian, Megan membuka kedua mata indahnya, mengerjap dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit bersama Laskar sahabatnya. "Laskar!" Megan menarik napas dalam dan terus ia lakukan sampai ia merasa tenang. Menarik perhatian Laskar yang sedari tadi menunggu sang sahabat di sana. Laskar bahkan membatalkan operasi pada pasyiennya dan menyuruh temannya untuk menggantikannya. Megan tiba tiba pingsan di ruangannya dan tidak sadarkan diri selama dua jam. "Kamu datang ke ruangan ku, dan tiba tiba pingsan. Kamu sakit? tapi herannya kamu tidak panas." Megan masih terdiam karena mencerna kejadian yang baru saja ia alami. Setahunya Megan pulang dari kantor, kemudian bertemu mahluk itu di lift. Dia menyerangnya, dengan menggigit dan memakan darahnya. "Se-sejak kapan aku di sini? apakah .... apakah aku ..." "Kamu aneh sekali. Bukan kah kita baru saja makan siang. Kemudian kamu pergi ke toilet, lantas ketika kamu kembali ke ruangan ku, kamu malah pingsan. Kamu lupa?" Tidak! Penjelasan Laskar sama sekali tidak masuk akal. Megan ada di kantor. Megan berada di dalam lift itu. Dan itu nyata. Megan sungguh tidak sedang bermimpi. "Apakah kamu melihat seorang lelaki berbaju hitam dengan masker hitam?" "Lelaki? maksudnya Bastian?" tanya Laskar. "Bastian?" Laki laki itu adalah Bos nya. Kenapa dia ada di sini? apakah Enelis, sakit? Iya, Enelis adalah kekasihnya Bastian. Setahu Megan laki laki itu tidak akrab dengan siapapun selain dengan Enelis. Bastian selalu datar, dan sipatnya dingin seperti kutub utara. Ia juga jarang bicara kalau bukan tentang pekerjaan. Tentu saja, karena ia memang seorang CEO. Mana mau dia bergaul dengan karyawan seperti dirinya. "Iya. Dia tadi masuk ke sini, untuk memberikan undangan padaku. Dia bilang malam ini ia akan merayakan ulang tahun. Dan karena aku pernah menjadi Dokternya, maka dia mengundang ku." Ok, sudahi saja pembicaraan tentang Bastian. Sekarang Megan harus bangun dan mencari semua kebenarannya. "Mau ke mana?" Laskar menahan nya ketika gadis itu hendak bangun. "Aku mau kembali ke kantor." ujarnya. Ingin membuktikan bahwa apa yang telah ia alami itu memang bukan lah sebuah mimpi. Tapi bagaimana bisa waktu berputar begitu cepat. Bagaimana bisa dari waktu malam hari, tiba tiba menjadi siang. Megan sungguh tidak bisa mempercayai apapun yang telah terjadi saat ini. "Akan aku antar." Laskar berdiri meletakan jubah putihnya di atas kepala kursi, namun Megan menahannya. "Laskar ...." Merasa pundaknya di pegang, Laki laki itu menatap Megan dengan tatapan cemas. "Ada apa?" "Aku enggak usah diantar." Helaan napas lolos dari kedua bibir tebal namun manis itu, Laskar tidak mau melepaskan sang sahabat pergi sendirian. Ia jelas melihat gadis itu tiba tiba pingsan dan membuatnya cemas setengah mati. Bagi Laskar Megan itu adalah satu satunya yang dia punya. Mereka bukan hanya sahabat. Tapi juga ada sesuatu yang membuat Laskar tidak bisa membuatnya mengalami apapun sendirian. Mendekat dan meletakan kedua tangannya di atas bahu sang sahabat, Laskar menatap wajah jelita itu lekat. Ia terdiam selama beberapa saat. "Aku akan mengantar kamu!" ujarnya tanpa bisa dibantah. *** "Serius, kamu kembali ke kantor. Aku pikir kamu mau langsung pulang atau nginep di ruangannya Laskar!" Ejek Natali. Seraya bicara ia diam diam melirik Dokter tampan yang mengantarkan sahabat nya itu. Ayolah, Laskar itu sudah seperti pangeran dubai. Tubuhnya tinggi, wajahnya manis dengan rahang kokoh yang dihiasi oleh bulu bulu halus yang di kerok rapi. Bagaimana tidak, Natali tergoda padanya. Megan hanya memutar kedua bola matanya jengah. "Las, kayanya kamu harus ajak Natali ngedate deh?" ujar Megan. "What the hell, Megan!" Natali menarik tangannya Megan dan berbisik gemas, antara ingin mencakar dan mematahkan lehernya, sepertinya. "Apa tadi?" Dan beruntungnya Laskar tidak sampai mendengarkan desas, desus mereka. Hal itu memberikan kelegaan tersendiri pada Natali. Gadis itu sudah lama naksir Dokter Laskar. Namun ia tentu saja belum berani mengatakan semua itu. Dan sepertinya memang tidak akan berani. "Enggak, kamu kembali gih." Megan menyuruh Laskar kembali ke rumah sakit. "Baiklah, aku pergi dulu. Hati hati, ya." Megan menghela napas dan kembali mengingat mimpi tadi. Rasanya sangat nyata, dan ... "Pulpen aku yang atasnya boneka, mana ya?" Megan seketika terdiam. Pulpen ... iya, pulpennya ia bawa ketika ia berada di dalam mimpi itu. Dan sepertinya jatuh di dalam lift itu, karena saking takutnya ia. Megan berharap bahwa pulpennya ada yang mengambil atau ada yang meminjam, dan bukan karena ia bawa ke dalam lift seperti yang ada di dalam mimpinya. "Kenapa sih, kamu?" Melihat Megan terdiam seperti orang kesurupan, Natali bertanya. "Kamu nyari apa?" "Pulpen aku, yang atasnya boneka mana?" Megan cemas. "Yeelah, kirain apa? masa masalah pulpen aja kamu cemas kaya gitu." Masalahnya bukan di pulpennya, tapi di mana keberadaannya. Dan kalau pulpen itu berada di lift, itu artinya semua mimpinya itu nyata. Dan kalau mimpinya nyata, berarti laki laki vampir itu juga nyata. "Imposible banget," lirih Megan dengan nada ketakutan. "Kenapa sih?" tanya Natali heran. "Wajahnya horor banget perasaan." "Aku pergi dulu!" Megan memutuskan untuk mencari keberadaan pulpennya itu. "Ke mana woy?" "Nyari pulpen." jawab Megan cepat. Membuat Natali terheran heran. Ayolah pulpen diatas mejanya Megan itu banyak sekali. "Dasar aneh!" Natali bergumam. Sudah berada di dalam lift, Megan berdiri dengan tubuhnya yang gemetar. Memilih antara masuk atau tidak ke dalamnya. Tapi ia sungguh telah dibuat penasaran oleh mimpinya itu. Aku harus masuk. Aku harus berani. Megan menekan tombol lift dengan memejamkan kedua matanya erat. Jika biasanya Megan selalu segera ingin masuk ke lift karena terburu buru ingin segera sampai ke tempat tujuannya. Namun kali ini, ia justru ingin pintu baja itu terbuka dengan lama. Sampai akhirnya terbuka, Megan dikejutkan dengan keberadaan Bastian atasannya itu sedang bersama Enelis. Mereka sedang berciuman. Gila saja Bos nya itu. Megan segera menunduk seolah tidak melihat apapun. "Tidak sopan!" cetus Enelis kesal. Megan semakin menundukan kepalanya karena merasa bersalah. "Ayo dear, jangan marah marah enggak jelas." Bastian meraih bahu sang kekasih kemudian melewati Megan begitu saja. Megan baru bisa mengangkat kepalanya ketika mereka pergi ke koridor sana, namun Megan kembali terpaku ketika melihat Bastian menatapnya selama beberapa saat, dan kembali memalingkan mukanya begitu Megan memperegoki. Lelaki aneh! Menurut Megan Bos nya itu memang agak aneh. Dia memang tampan. Tapi ... kenapa kulitnya coklat sekali. Megan merasa bahwa kulit laki laki itu sepertinya tidak wajar. Baiklah, akan lebih baik kalau megan masuk saja ke dalam lift itu. Ia berharap menemukan pulpennya, namun memang benda itu tidak ada di sana. Berarti itu hanya mimpi. Iya, itu hanya lah mimpi. Megan menghela napas dalam. Ia pun keluar dari lift itu dengan bernapas lega. "Dari mana sih? ada pulpennya?" Natali berkata. Dan Megan menggeleng. "Enggak ada." "Di atas mejamu banyak sekali pulpen." Natali berdecih pada sikap aneh sahabatnya itu. "Iya." sebaiknya Megan tidak menceritakan itu karena percuma. Natali tidak akan mengerti itu. Sepulang kerja, Megan pulang. Kosannya Megan memang berada di belakang sebuah rumah megah yang Megan sendiri tidak tahu siapa pemiliknya. Sebelum ke kosannya Megan harus melewati gang sempit yang agak gelap. Megan sudah mengatakan pada pemilik kosan agar di sana di letakan lampu. Namun sepertinya pemilik kosan itu masih saja belum melakukannya. Tunggu! Apa itu! Megan melihat sesuatu yang besar sedang mencabik cabik sesuatu. Merah darah ... itu adalah .... Megan berteriak, dan pemilik kedua mata merah itu mendekat padanya. Dia Srigala besar berwarna putih. Dia menghampiri Megan dengan mulutnya yang berlumuran darah. Megan menegang dengan mulutnya yang menganga, Megan sepertinya sudah gila karena harus melihat ini. Tidak! Megan pasti mimpi lagi. Tapi ... "Megan ...." srigala itu memanggil namanya. Megan terkulai lemas terduduk di atas lantai dingin itu dengan napasnya yang terputus putus. Ia gemetar, dengan keringat dan airmatanya yang meleleh begitu saja. Mulutnya tidak bisa berkata kata seolah srigala itu sudah menguncinya. "Megan ... kamu akan terikat dengan ku." katanya, dan kalimat itu menjadi kata kata terakhir yang Megan dengar, karena setelah itu ia tidak sadarkan diri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.3K
bc

Time Travel Wedding

read
5.3K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.9K
bc

Romantic Ghost

read
162.4K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.4K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook