Tepukan di pinggulnya membuat Puspa berjingkat kaget. Bram berlari melewatinya. Suara dari sepatunya yang menapak di lantai semen terdengar berat dan teratur. Pantas saja dia memiliki tubuh yang bagus dan sehat. Karena tidak malas berolahraga. Puspa mengulum senyum dan melempar pandang pada langit yang gelap kebiruan. Malu dengan angannya sendiri. Padahal dia sudah merasakan bagaimana tubuh itu mendekapnya tanpa sekat. Puspa menoleh pada sang suami yang berhenti dan berdiri di dekatnya. Bram menariknya pelan dan diajak duduk di bangku semen. Di cakrawala semburat cahaya keemasan mulai kentara. Puspa memperhatikan keringat yang membasahi rambut dan rahang kokohnya Bram. Terlihat begitu keren meski tengah bermandi keringat. Mulai diperhatikan, mulai terlihat segala keistimewaan. Mulai da