1. Rahasia Hati - 1

1250 Words
Wuusssh! Desiran angin dan lambaian pohon terdengar jelas di telinga. Walau dingin seperti itu, tak menghalangi sekelompok remaja untuk bercanda tawa di depan api unggun. Di antara mereka, ada sepasang kekasih terlihat ceria. Sang gadis bersandar di sisi bahu kekasih hatinya. Bibir mungilnya tersenyum, hidung mancung dan dagu lancipnya begitu cantik bak model.  Sementara itu, kekasihnya terus saja menggoda. Mata tajamnya sedikit memipih ketika tertawa. Eyes smile yang sangat manis. Sesekali, jemarinya menelusup di antara ruas jemari mungilnya kekasihnya. "Windy, udaranya dingin banget, 'kan?" seru seorang pria manis -Chandra, pria berdarah Tiongkok dengan bibir plum cantiknya- menatap kekasih hati yang ada di sampingnya. Gadis cantik itu bernama Windy Amanda. Tatapannya sangat lembut hingga gadis cantik itu merona merah. "Ya, dingin banget," jawab Windy sambil tersenyum tipis. Pemuda yang bernama Chandra itu tersenyum, mengusap lembut kepala kekasihnya. "Kalau dingin, biar aku peluk aja. Mau?" Aksi romantisme mereka mendapat sorakan lucu dari sahabat-sahabat yang lain. Tentu saja begitu, yang berpasangan cuma mereka, yang lain terlihat iri. "Huuuhhhh!" Chandra tersenyum kecut. Tak peduli dengan sorakan mereka, dia tetap menyembunyikan tubuh mungil Windy dalam pelukannya. "Jangan cerewet!" kata Chandra. Tatapannya beralih pada teman yang sedang memegang gitar. "Fandy, mainkan lagu andalan lo!" Lantunan lagu terdengar dari bibir manis pria berkulit putih bernama Fandy. Teman yang lain mengiringi dengan suara seirama walau tak semerdu suaranya. Lagu yang cukup romantis di telinga Windy dan Chandra yang sedang merajut cinta. Di antara mereka, tampak seorang pemuda berwajah manis beraura dingin yang sesekali mengalihkan pandangannya. Dia merasa risih karena keromantisan mereka mengusik pandangannya. Pria yang mereka tahu bernama Reyhandika. Dia mengalihkan wajah sambil terus melanjutkan aksinya memanggang ikan. Sesekali, dia melirik Windy dan Chandra yang masih menikmati romansa cinta mereka. Iringan lagu dan petikan gitar dari Fandy sepertinya mengandung lirik penuh sindiran untuk Reyhan. 'Siapa pencipta lagu itu? Biar kuhajar! Memangnya dosa jatuh cinta sama sahabat sendiri? Ck, bukan dosa, tepatnya sikap idiot. Si Barbie Girl itu cuma milik Chandra. Terimalah, Rey!' batin Reyhan. Reyhan terlalu asik dengan lamunannya, membuat ikan yang di tangannya menjadi hitam pekat. Mereka baru tersadar ketika bau itu begitu menusuk hidung. "Woi! Lo ngapain, Rey? Lo mau ngeracunin kita-kita pake ikan gosong itu, hah?" sela Fandy. Reyhan tersenyum kecut, segera menyingkirkan panggangan dengan wajah malu. Windy tertawa melihat tingkah konyol sahabatnya itu. Sementara itu, Chandra tampak cuek. "Maaf, tadi gue-" "Melamun?" tebak Windy. "Yes, Barbie!" ujar Reyhan. Reyhan memang sahabat Windy, tetapi tentu saja Windy tak pernah menyadari hati Reyhan untuknya. Lagipula, Windy sudah menjadi milik Chandra. Bukanlah Reyhan yang pintar menyembunyikan perasaan, hanya saja, Windy yang tidak peka. Seorang gadis menatap Reyhan dengan curiga, Karina namanya. "Rey, lo kenapa? Hari ini gue udah dua kali ngeliat lo kejedot pintu. Ga fokus banget!" seru Karina. Reyhan memicingkan sedikit ekor matanya, gadis itu mengucapkan perkataan yang memalukan. Tentu saja yang lainnya tertawa. "Karina! Sekalipun gue kejedot ratusan kali, itu bukan urusan lo!" seru Reyhan. Karina mengerucutkan bibir. Mereka hafal betul sifat Reyhan yang sedikit ketus, tetapi sebenarnya dia baik. Seorang sahabat yang lain, tersenyum sinis. Pria berwajah dingin lainnya, Arvin. "Lo ngalihin pembicaraan, Rey. Jadi kenapa? Apa lo ada masalah?" sindir Arvin. Mata elangnya sangat dingin, melirik pada Reyhan. "Apa itu urusan lo, Vin?" sinis Reyhan. Tak ada yang berani menyela lagi ketika pertanyaan Arvin ditolak sinis oleh Reyhan. Selain Karina, Arvin-lah yang menyadari hati Reyhan untuk sahabatnya sendiri, Windy. 'Lo ketahuan, Reyhan! Dari awal Windy itu gebetan gue. Lo mau berhadapan sama gue? Gue belum sukses nyingkirin Chandra, apa lo udah ada di antrian pertama? Windy cuma milik gue!' bisik hatinya. Sekalipun tampak kompak, memang ada cacat di antara persahabatan itu. Reyhan dan Chandra terjebak di hati milik Si Barbie Windy. Pertikaian hati yang entah sejak kapan dimulai. Sementara itu, Arvin bagai sebuah samurai yang kapan pun siap mengoyak persahabatan mereka. Tentunya, tanpa sepengetahuan siapa pun. * Keesokan paginya, udara dingin membuat mereka malas keluar. Pagi itu, Reyhan justru sudah menghabiskan satu jam untuk joging. Sesekali, dia duduk di rerumputan sambil menenggak air mineral, menghapus keringat yang menetes di dahinya. Dari kejauhan, Windy melihat sahabatnya itu tampak suntuk. Perlahan, dia mendekat dan memberi kejutan dengan menepuk punggungnya. "Pagi, Rey!" teriaknya. Reyhan tersenyum kecut, mengusap-usap sejenak telinganya yang hampir tuli karena suara melengking Windy. "Pagi? Apa kamu nggak lihat matahari udah tinggi, hah?" seru Reyhan sambil mencubit hidung Windy. "Aargh! Sakit, Rey." "Maaf!" Windy duduk di samping Reyhan, bersandar di lengan sahabatnya itu. "Reyhan." "Hm?" "Apa suatu saat kamu bakal ninggalin aku?" "Kamu bicara apa?" "Aku udah pacaran sama Chandra. Sejak itu, aku mulai jaga jarak sama kamu. Aku takut dia cemburu. Apa suatu saat kamu juga bakalan gituin aku?" Reyhan mengerutkan alis, merasa bingung dengan pertanyaan sahabatnya. "Aku? Kenapa gitu?" "Apa suatu saat kamu bakal jatuh cinta dan ninggalin aku?" "Apa menurut kamu, aku cuma akan jomblo seumur hidup dan terus jagain kamu sampai tua? Kamu punya Chandra!" "Tapi aku nggak mau kamu ninggalin aku, Rey." "Dasar serakah. Barbie Girl, Ken-mu itu itu Chandra, bukan aku. Kalau kamu mau terus sama aku, nikah aja denganku, mau?!" Windy tergelitik tawanya. Ucapan Reyhan memang bernada bercanda, tapi ada sedikit niat untuk menyatakan hati pada Windy lewat ucapannya. Windy dan Reyhan sudah tumbuh bersama sejak kecil, mungkinkah rasa itu berubah jadi cinta? "Apa kamu rela aku jatuh cinta sama seseorang?" tanya Reyhan ketika Windy tertawa. Windy terkejut ketika Reyhan menarik dagunya untuk menatap pria itu. "Rey ...." Windy terkesima. Selama mengenal Reyhan, baru kali ini dia melihat mata Reyhan sangat serius. Entah kenapa, dia merasa canggung ditatap seperti itu. Karena menyadari kecanggungan Windy, tawa Reyhan tiba-tiba meledak. Tentu saja Windy merasa kesal sambil mencubit pipi Reyhan. "Aih, jahil banget, ih!" kesal Windy. "Tenang aja. Kalau kamu nggak mau nikah sama aku, aku akan cari cewek yang bisa masak dan bikin aku kenyang setiap hari. Seenggaknya, aku harus lebih tinggi dari sekarang!" "Tinggi? Makan apa supaya kamu bisa tinggi? Suruh saja istrimu nanti masak tiang listrik!" celetuk Windy. "Ckckck. Jangan campuri rumah tanggaku nanti, ya! Aku yakin, aku akan lebih dulu merit dibanding kamu." Windy tertawa lucu, diacaknya rambut Reyhan. "Kamu? Merit? Sama siapa? Kamu aja belum punya pacar. Kalau aku udah punya Chandra. Kami sepakat bakalan nikah setelah lulus SMA. Nikah muda, pergi ke kampus bareng, lalu belanja ke pasar-" Khayalan Windy itu tentu saja sangat menyakiti Reyhan. Dia bangkit dari posisi duduknya, hendak meninggalkan Windy. "Ya udah, nikah aja sama dia!" kesalnya. "Iri, ya? Oh iya, ini jadwal harian kamu untuk bikin sarapan. Udah laper banget, nih." Reyhan mempercepat langkahnya meninggalkan Windy yang berjalan di samping. "Jadwalku, ya? Ck, kebetulan! Dari kemarin aku pengen banget ngeracunin kamu." "Reyhan!" Windy kesal. Segera, dia melompat ke punggung Reyhan. "Barbie!" "Ini hukuman kamu! Sstt ... Chandra lagi tidur. Jangan jaga jarak dariku lagi, ya!" Reyhan tersenyum tanpa disadari oleh Windy. Dia menggendong Windy di punggungnya. Pagi ini, sepertinya mereka berniat menghabiskan waktu di dapur. Setidaknya jika dia tak memiliki hati Windy, dia menyadari dirinya adalah sahabat yang sangat berarti di hidup Windy. Windy mengenal sifat Reyhan, Windy juga mengetahui Chandra dengan baik. Oleh karena itu, Windy selalu mengambil jalan tengah untuk mendamaikan suasana. Chandra itu sangat pencemburu. Persahabatan Windy dan Reyhan juga sempat ditentang oleh Chandra. Akhirnya Chandra sadar, Reyhan adalah sahabat Windy sejak kecil. Memisahkan Windy dari sahabatnya sama saja membuat gadis itu menangis. Chandra pun meminta Windy untuk sedikit jaga jarak dari Reyhan. Reyhan pun seolah sadar diri dengan mulai mengurangi kadar perhatiannya pada Windy. Reyhan tak ingin menyakiti Windy karena dia tahu, Windy begitu menyukai Chandra sejak pria itu menjadi siswa baru di kelasnya. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD