Bab 3

1071 Words
Aldo terkejut dengan perkataan kekasihnya yang mengatakan jika dia habis melihat vidio blue. Dia bahkan tidak menyangka jika Seina akan mengatakan itu padanya. "Tidak, kenapa aku melihat film itu, jika aku mau, aku bisa melakukannya denganmu. Tidak perlu menonton seperti itu" kata Aldo mengelak. Padahal dia bukan melihat film p*rn*, tapi gara-gara melihat tubuh seksi sekretarisnya, yang membuat miliknya bereaksi. Apalagi dia sudah sedari lama sangat menginginkan hasratnya tertuntaskan, namun sayangnya Seina tidak pernah melakukannya meskipun dengan oral seks saja. Seina hanya mau di sentuh area atasnya, selebihnya dia tidak mau, itu pun sangat jarang, karena Seina benar-benar menjaga dirinya dan hanya melakukannya saat mereka menikah nantinya. "Ya siapa tau saja , aku merasakan gairahmu kali ini tidak seperti biasanya." kata Seina. "Apa karena sekretarismu?" Tebak Seina memicingkan alisnya. Aldo menghela nafas panjangnya, dia sebenarnya tidak ingin mnegatakan yang sebenarnya karena takut Seina akan salah paham dengannya. "Aku hanya merindukanmu, kenapa kau malah membahas yang lain." ucapnya. "Karena aku melihat sekretaris barumu di depan, pakaiannya tidak menunjukkan seperti wanita kantoran, pakaiannya terlalu terbuka, aku bahkan hampir bisa melihat pay udara nya." kata Seina. "Hm, aku sudah menegurnya." kata Aldo. "Kau tidak akan menghianatiku kan, Sayang. Aku takut dia menggodamu dan kau tergoda, apalagi aku tidak memberikan apa yang kau mau." kata Seina yang takut Aldo akan tergoda dengan Melisa karena tubuhnya yang terlalu terbuka. "Kita menjalani hubungan tidak singkat, Sayang. Kita menjalin hubungan sudah dua tahun, apa pernah kau melihatku berselingkuh denganmu, aku sangat mencintaimu, meskipun kau tidak pernah mau aku sentuh secara lebih, tapi hanya kau yang aku cintai. Jika aku menghinatimu hanya karena kau tidak ingin di sentuh, aku sudah melakukannya sejak dulu." kata Aldo. "Ingatlah jika kau satu-satunya wanitaku, aku hanya tergoda denganmu, jika tidak sudah sedari lama aku tidur dengan wanita sembarangan." sambungnya yang membuat Seina tersenyum. Memang benar, mereka sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih selama dua tahun, dan terbukti Aldo tidak pernah macam-macam dengannya dan bahkan selalu perhatian dan mencintainya. "Terima kasih Sayang, aku juga sangat mencintaimu." kata Seina mengecup pelan bibir kekasihnya yang membuat Aldo akhirnya tersenyum. "Aku berharap kau jangan seperti dia, yang berpakaian ketat seperti itu dan berniat menggoda bosnya." kata Aldo yang membuat Seina memicingkan alisnya. "Jadi dia benar-benar menggodamu tadi." kata Seina. Aldo merutuki mulutnya yang keceplosan bahwa Melisa tadinya menggodanya. "Aku tidak tergoda dengannya, Sayang. kau tenang saja, aku juga sudah memperingatinya kalau dia bertindak menggodaku lagi, aku akan memecatnya." kata Aldo yang membuat Seina tersenyum padanya. "Tapi milikmu bereaksi ketika melihatnya bukan? Maka dari itu kau menjadi melampiaskannya padaku." Ucap Seina yang membuat Aldo bingung sendiri. "Aku pria normal, aku tidak bisa mengendalikan milikku akan bereaksi dengan siapa, tapi aku berjanji tidak akan pernah tergoda dengannya, jika aku menginginkannya, aku lebih baik menghubungimu seperti sekarang." Kata Aldo yang membuat Seina terdiam sebentar. "Berjanjilah, karena hanya kau yang aku miliki di dunia ini, Sayang. Dan aku sangat percaya denganmu." Kata Seina yang di angguki oleh Aldo. "Aku sangat mencintaimu, Seina. Dan hanya kau yang aku inginkan menjadi istriku nantinya. Kau telah seria padaku dari karirku yang masih menjadi biasa saja sampai aku menjadi direktur seperti ini." Kata Aldo yang membuat Seina tersenyum. Sedangkan di luar, Melisa mengepalkan tangannya, namun lalu tersenyum. "Awal yang bagus, jika Tuan Aldo beraksi ketika melihat milikku, itu berarti dia tergoda denganku." batin Melisa. "Ah sepertinya aku hanya butuh bersabar untuk menggodanya." Gumama Melisa Dia memang sengaja mengintip apa yang dilakukan bosnya dan kekasihnya di dalam, dan ternyata dia bangga karena milik Aldo bereaksi karena dirinya, meskipun pada akhirnya Aldo memanggil kekasihnya. Namun dia hanya membutuhkan kesabaran untuk bisa menaklukkannya. "Cukup sulit, tapi aku pasti bisa menaklukkannya." gumam Melisa. "Apa yang kau lakukan." suara boriton mengagetkan Melisa yang tadinya sedang mengintip di sela pintu ruangan Aldo yang terbuka. Melisa terkejut karena ternyata yang menegurnya adalah Tristan, pemilik perusahaan ini. "T-tuan Tristan. S-saya... saya tadi hanya,, hanyaa-.." "Jangan lakukan ini lagi, dan ganti pakaianmu sekarang dengan pakaian yang layak, karena aku tidak menerima karyawan yang berpenampilan seperti pel*cur di sini." kata Tristan menatap tajam ke arah Melisa yang membuatnya terkejut. "B-baik Tuan, maaf, maafkan aku." kata Melisa langsung pergi dari sana. Sedangkan Tristan menghela nafas panjangnya. "Bagaimana bisa wanita seperti itu di terima di sini." gumam Tristan. Dia masuk ke dalam ruangan Aldo yang ternyata ada Seina di sana. Seina sendiri terkejut dan reflek berdiri. "P-paman!" sapa Seina yang masih canggung, entah kenapa setiap melihat Tristan, bayangan aktifitas panas Tristan dan istrinya terngiang dikepalanya, dia bisa melihat betapa gagahnya Tristan saat menggau/li istrinya yang membuat dia merinding sendiri. Tristan tersenyum tipis melihat kegugupan Seina yang sepertinya dia sedang ketahuan sesuatu. "Di mana Aldo?" Tanya Tristan karena tidak melihat keponakannya di sana. "Aldo.. Aldo ada di kamar, Paman" kata Seina menetralkan jantungnya ynag berdetak dengan cepat. Tristan memicingkan alisnya. "Kenapa dia ada di kamar?" "Dia sedang ke kamar mandi dan berganti celana, Paman" kata Seina karena memang Aldo berganti celana lantaran dirinya tadi tidak sengaja menunpahkan air di celana kekasihnya. Sedangkan Tristan tersenyum miring dengan perkataan Seina. Dia mengira jika Seina dan Aldo tadinya melakukannya di sini. "Masih siang, apa Aldo tidak bisa menahannya?" Kata Tristan namun membuat Seina tidak mengerti namun lalu dia tersadar dengan perkataannya. "B-bukan seperti itu. Sepertinya Paman salah paham". "Tidak apa-apa, aku mengerti, jika kalian belum siap menikah, aku harap kalian memakai pengaman saat melakukannya." kata Tristan yang membuat Seina melototkan matanya. "T-tidak, paman, kau benar-benar salah paham, aku tadi—.." "Paman" sapa Aldo yang sudah keluar dari kamar mandi dan sudah mengganti celananya. Tristan menyerahkan beberapa dokumen kepada Aldo dan langsung di terima olehnya. "Jangan lupa memakai pengaman jika kalian belum siap menikah." kata Tristan berkata dengan Aldo yang membuat dia tentu saja terkejut. "Pengaman?" Beo Aldo yang tidak begitu mengerti kenapa pamannya tiba-tiba berkata seperti itu. Tristan tidak menjawab dan malah tersenyum yang membuat Aldo semakin tidak paham. "Jika melakukannya pun, sebaiknya di kamar agar tidak mengotori celana mu." Kata Tristan yang akhirnya membuat Aldo sepertinya paham dengan arah pembicaraan pamannya. "Paman, bisakah aku dan Seina bertunangan dulu?" Tanya Aldo yang sebenarnya terlihat sedikit ragu. "Tentu saja, atur saja kapan itu terjadi. Kau bisa meminta bantuan Tantemu. Hanya saja mungkin jangan dalam bulan ini." Kata Tristan yang membuat Aldo tersenyum. Bukan hanya Aldo, Seina yang tadi sebenarnya terkejut dengan perkataan Aldo yang membahas masalah pertunangan, pdahal sebelumnya, Aldo dan dirinya tidak membahasnya. Seina sangat senang dan bahagia dengan perkataan Aldo yang memiliki rencana untuk meminta bertunangan terlebih dahulu kepadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD