How Beautiful

1018 Words
Cleon pov Aku sudah tidak tahan lagi dengan ini semua, rasanya aku ingin bangkit dan menemui mate-ku. Tapi karena kesopanan aku tidak bisa pergi begitu saja disaat hidangan makan malam sudah tersaji. "Silahkan dicicipi menu malam ini." Aku pun mulai memakan hidangan makan malam ini dengan pikiran kemana-mana. Menu utama sudah selesai dan sekarang penutup langsung disediakan. Minuman pun sudah terjejer rapi dan siap untuk diteguk. Entah sudah keberapa kali Luc mengoceh tidak henti supaya aku cepat bertindak untuk menemui mate kami. "Mr. Xanders, saya senang sekali bertemu dengan anda disini. Saya pikir Tuan dan Nyonya besar yang akan hadir mengingat acara ini diadakan dengan sederhana dan kekeluargaan." Cleon tersenyum tipis mendengar ucapan salah satu kolega bisnisnya itu. "Senang juga bertemu dengan anda. Mommy repot mengawasi dua adik kembar kecil saya dan Daddy tidak bisa meninggalkannya." Pria paruh baya itu malah terkekeh kecil dan tersenyum maklum. "Saya sangat paham betapa besarnya cinta ayah anda kepada nyonya Xanders. Bersulang?" Cleon meladeni pria ini dan meminum sedikit wine miliknya. "Aku ingin menyapa tuan Dakota sebentar." Cleon melangkah pasti menuju tuan Dakota yang masih saja mengobrol asyik dengan tamu yang lain, hingga pria itu sadar Cleon mendekatinya. "Mr. Xanders pasti anda belum berkenalan dengan putera saya. Perkenalkan ini Jaden Frans Dakota." Cleon berjabat tangan singkat dengan pria muda bernama Jaden itu. "Senang bertemu dengan anda Sir," "Begitupun denganku. Ah ya, Mr. Dakota bisakah saya meminjam toilet anda?"  "Oh tentu tentu, silahkan anda menuju ke lorong sebelah kanan di pintu berwarna putih itu kamar mandinya." "Terimakasih." Cleon mengangguk sebentar dan meninggalkan kedua anak dan ayah itu yang melanjutkan obrolan mereka dengan yang lain. Tetapi langkahnya bukanlah menuju ketempat yang bibirnya ucapkan. Ia segera menaiki anak tangga untuk menuju ke lantai dua rumah ini menemui seseorang itu. Dilantai dua ini hanya ada lima pintu yang tersebar di dinding besar berwarna putih ini dan juga anak tangga menuju lantai tiga. Saat aku baru saja menaiki anak tangga, ada dua buah pintu di dinding yang berada dihadapanku. Dan tidak ada aroma cherry itu disini.  Setelah melihat tiga pintu yang lain, ada dua pintu yang di penuhi dengan stiker dan tempelan. Yang disisi kanan terlihat itu seperti kamar anak laki-laki dengan stiker gambar mobil serta tulisan King, sedangkan yang satunya juga tidak jauh berbeda tetapi lebih banyak dengan tempelan hitam. Yang menariknya, disana ada tulisan Jongin's wife yang cukup besar dan merusak mata. Hatiku mengatakan disanalah tempatnya. Belahan jiwaku bersembunyi. Tetapi yang menjadi pertanyaanku, siapa sebenarnya mate-ku di keluarga Dakota ini? Hingga memiliki kamar sendiri, dan ia berani-beraninya menghias pintu jika ia hanya tinggal sementara. Dengan langkah pasti aku menuju pintu itu, ya ya aku menciumnya. Aroma memabukkan itu, Luc sudah menggeram tidak sabar, detak jantungku sudah berdetak kencang, akhirnya aku menemukanmu Love. Saat ku pegang gagang pintu dan membukanya. Aroma itu menyambutku, tanpa menunggu lagi aku segera masuk kedalam kamar ini. Mataku mengelilingi kamar besar ini, tapi aku tidak menemukan dirinya. Kamar ini begitu luas dua kali lebih luas kamarku. Keningku berkerut melihat begitu penuhnya dekorasi disisi kiri kamar ini, penuh poster, boneka, foto-foto, lampu warna-warni dan atribut lainnya. Yang mengesalkan lagi itu semua bergambar wajah seorang pria. Disana juga dindingnya berwarna hitam putih berbeda dengan bagian tengah kamar yang berwarna ungu muda dan hijau muda.  Sebuah queen size berada tepat didepan aku berdiri dengan dibaluti bedcover berwarna krim dengan motif bunga-bunga kecil. Nakas dan lampu bertudung merah muda berada di kiri kasur itu, lalu sebuah meja belajar dikanannya.  Dan dinding sisi kanan ada dua buah pintu, yang satu berwarna putih dan yang satu menggunakan pintu kaca yang buram. Sedangkan tepat disisi pintu tempat aku berdiri ada rak buku disebelah kanan dan karpet berbulu hitam putih yang dipenuhi berbagai macam boneka, yang berbeda dari yang aku lihat di pojok ruang sebelumnya. Dimana mate-ku sebenarnya? Suara langkah terdengar begitu pun dengan suara pintu yang terbuka dari salah satu pintu yang ada disana. Aku melihat wajah terkejutnya! Dengan menggendong kucing berwarna abu gelap ia menatapku dengan wajah terkejut yang tidak hilang beberapa saat lalu.  "Si-siapa anda? Ada apa kemari?" How a beautiful.. Wajah cantik nya tidak perlu diragukan lagi, mata bulat berbinar, hidung mancung, bibir sempurna, kulit putih mulusnya, suaranya pun indah. Oh love, how lucky i am.. Luc sudah melolong sedari tadi membuat kepalaku sedikit pusing. Ia sudah sangat bersemangat untuk segera menandai mate-kami. "Tuan! Kenapa malah diam saja? Anda pasti salah masuk ruangan." Suara itu sepertinya terdengar kesal membuatku segera tersadar dari pikiranku. "Maaf, aku lancang masuk kemari. Aku adalah salah satu mitra kerja Mr. Dakota, siapa kau sebenarnya? Mengapa bisa ada dikamar ini?" Wajah gugup itu tak lepas dari pandanganku, kenapa ia terlihat seperi sedang mencari alasan huh? "Hmm.. itu- itu hmm.. ini kamar sebenarnya kamar saya. Bisakah anda keluar dari sini? Saya merasa tidak nyaman ada orang asing masuk kedalam ruang privasi saya."  Aku tak menghiraukan ucapannya malah melangkah maju untuk mendekatinya. "Siapa namamu?" Dia sedikit memundurkan diri ketika aku sudah berada tepat di depannya. Dia memutar matanya seakan berpikir. "Krystal." Ujarnya seolah baru mendapat ide.  "Krystal? Itu benar namamu?" Tanyaku tak yakin. Dan yang kudapat anggukan kepala darinya. "Anda pasti salah satu kolega bisnis paman Dakota, benar kan?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan. "Jadi Mr. Dakota itu pamanmu?" Ia kembali mengangguk. "Bisa dibilang begitu, sebenarnya istrinya adalah sepupu jauh ayahku." Aku mengangguk paham. "Maaf sebelumnya, tapi ada urusan apa sehingga anda bisa salah masuk ruangan begini?" Tanyanya kembali. "Aku sedang mencari toilet tadi, dan memutuskan untuk melihat-lihat rumah ini. Dan aku memutuskan masuk kemari karena cukup tertarik dengan stiker di pintu kamar ini." Ku lihat ia salah tingkah.  "Itu sebenarnya.. lambang boyband kesukaan saya. Anda tau kpop kan?" Tanyanya gugup dengan wajah memerah menahan malu. Aku mengangguk paham. Karena sebenarnya Mommy juga sangat menyukai hal berbau negeri gingseng itu terutama dramanya, sedangkan kembaranku yang terlalu mengidolakan Mommy juga terbawa arus tetapi Clare lebih suka ke musiknya yang ku tahu ia suka salah satu boyband yang mempunyai anggota bernama Dragon? Entahlah. "Jadi, yang tertera di pintu itu hanya sekedar stiker atau kau sudah menikah?" Tanyaku mengingat tulisan yang tertera si pintu depan. "Hah? I-i-itu.." Wajahnya semakin memerah sekarang. Vote and Comment guys!!! TheHalfsoul❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD