Seusai makan siang, aku menunggu Leo yang sedang berada di musholah. Aku menunggu di dalam ruanganku. Dari tadi Abil mengirim chat padaku. Dia selalu mengirim lelucon dalam chatnya yang membuat aku tertawa saat membacanya. Dia memang seperti itu, bisa membuat aku tertawa lepas, melupakan semua beban hidupku. Abil selalu membuatku tersenyum, meski pelik sekali jalan hidupku. “Kelihatannya ada yang sedang bahagia, nih?” Aku tidak menyadari kalau Leo sudah kembali ke ruanganku. Aku sampai malu, sedang tertawa karena membaca chat dari Abil. “Sudah selesai Sholatnya?” tanyaku. “Sudah, kamu sudah selesai tertawanya?” jawabnya dan dengan menatapku penuh tanda tanya. “Ini Abil, kebiasaan kalau ngirim chat bikin perutku sakit,” jawabku dengan menaruh ponselku ke dalam tas. “Kenapa tidak dilanj