EPILOG

694 Words

Suara alunan musik klasik membuat Desti tersenyum. Mengingat semua kenangan yang pernah dia lalui. Bauh harum panggung dan ruang ganti. Lalu jajaran baju-baju dengan renda yang mengembang indah masih terasa begitu mendebarkan di d**a.  Tempat ini pernah membuatnya sangat bersemangat, tapi juga pernah menjadi alasan untuknya membenci kehidupan. Dika mengeratkan genggaman tangannya, membuat wanita itu menoleh dan tersenyum tanpa beban. Seolah mengatakan bahwa hatinya sudah baik-baik saja. “Sebentar lagi pertunjukannya dimulai, mau disini aja apa mau masuk?” Hari ini memang mereka akan menonton pertunjukan Gissele. Dika sudah memesan tiketya dari jauh-jauh hari. Laki-laki itu bilang ini adalah bagian dari kencan romantis yang dirancangnya. Desti tersenyum geli, karena semenjak menikah terny

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD