Bab 18. Tentukan pilihanmu!

1141 Words
Kenzo tertawa mendengar pertanyaan Kanaya. Dia kemudian berjalan menuju meja bar dan menuangkan wine ke dalam gelas. Kenzo membawa dua buah gelas berisi red wine di tangannya dan mendatangi pengantinnya. Dia menyodorkan gelas itu ke Kanaya sambil melempar senyum andalannya. “Kenapa buru-buru. Apa kamu gak pengen mengulang kejadian tempo hari?” Kenzo mengangkat gelasnya. “Cheers.” Kanaya melihat Kenzo menelan wine di tangannya itu sampai tandas. Entah apa yang terjadi pada wanita itu, pandangannya justru terpaku pada adam apple milik Kenzo yang sedang naik turun. Seksi! Kanaya segera menggelengkan kepalanya, pertanda dia harus kembali ke kewarasannya. Dia tidak boleh tergoda, meski pandangan di depannya sempat menggodanya meski hanya sedetik. “Jawab dulu, kapan kita akan bercerai?” ulang Kanaya tanpa ingin menjawab ajakan Kenzo tadi. Kenzo berjalan ke sofa dan duduk di sana. Pria itu duduk sambil bersandar dan menumpukan satu kakinya di atas kaki lainnya. “Kenapa tanya itu sskarang? Bukankah kamu udah tau kalo semua itu aku yang mengatur dan kamu cuma hanya perlu menurutinya aja,” jawab Kenzo. “Setidaknya, aku ingin tahu sampai kapan aku harus terus bersandiwara. Aku lelah kalo harus terus bersandiwara. Aku muak!” “Nikmati aja dulu. Apa kamu tidak ingin menikmati kehidupan orang kaya? Pasti kamu belum pernah kan jalan-jalan keluar negri pakai first class atau bahkan jet pribadi.” “Setidaknya, manfaatkan dulu semuanya. Paling gak, pas kamu udah jadi janda Kenzo Sagala, kamu udah pernah merasakan semuanya,” lanjut Kenzo sambil tertawa meledek Kanaya. “Oh iya, video itu. Hapus sekarang!” Kanaya teringat akan satu poin perjanjiannya dengan Kenzo yang belum ditunaikan pria itu. “Kameranya ada di sana. Hapus sendiri, biar kamu puas,” ucap Kenzo sambil menunjuk ke kamera yang ada di atas nakas dekat tempat tidur dengan dagunya. Melihat ada benda perekam yang duku mengabadikan hubungan terlarangnya dengan Kenzo, Kanaya segera berjalan cepat menuju tempat tidur. Dia duduk di atas tempat tidur dan segera meraih kamera itu. Kanaya memeriksa kamera itu dan benar saja, video itu ada di sana. Tanpa pikir panjang lagi atau sekedar ingin melihat adegan percintaannya dengan Kenzo, Kanaya langsung menghapusnya begitu saja. Kanaya melihat ke arah Kenzo. “Kamu yakin gak simpen salinanya?” Kanaya ingon memastikan. “Aku bukan orang yang suka ingkar janji. Pantang bagiku ingkar janji!” “Lagi pula, apa untungnya nyimpen video kayak gitu. Kalau pun sampai tersebar, pasti aku tetap akan mendapat banyak pujian dan semakin banyak orang yang ingin tidur denganku. Tapi kau –“ Seringai iblis Kenzo muncul kembali. “Pasti akan banyak yang menghinamu karena menjadi wanita malam Kenzo.” Kanaya memasang wajah datar. Dia seolah sudah kebal dan terbiasa dengan hinaan, ancaman bahkan direndahkan oleh Kenzo. Harga dirinya sudah diletakkan oleh Kenzo di dasar sumur, jadi akan sia-sia saja mempertahankan harga diri di depan pria itu. Malah akan semakin membuat emosi dan kesal berkepanjangan. Kenzo menatap heran pada Kanaya. Sejak dari rumah sakit, Kanaya banyak berubah. Wanita yang ada dalam kuasanya itu kini menjadi lebih penurut dan banyak diam. Kanaya bahkan jarang sekali mendebat dirinya, setiap kali dia menolak permintaan Kenzo. “Setelah ini, kita tinggal di mana?” tanya Kanaya ingin tahu. “Di rumahku. Rumah keluargaku,” jawab Kenzo sambil menuang wine lagi ke dalam gelasnya yang telah kosong. “Kamu gak punya rumah sendiri?” Kenzo menoleh. “Emang kenapa?” “Ken, aku mau memperbaiki perjanjian kita lagi.” Kenzo menarik suduk bibir kanannya ke atas, “Terlambat! Aku tidak pernah mengulang perjanjian dengan orang yang sama.” “Tapi aku butuh perlindungan! Keluargamu –“ Kanaya menggantung kalimatnya, berharap Kenzo paham dengan apa yang dia maksudkan. Pertemuan malam itu dengan kedua orang tua Kenzo, membuat dia sedikit ngeri. Ternyata bukan hanya Kenzo yang menakutkan, tapi mama Kenzo juga sepertinya selalu menatapnya dengan kebencian. Baru pertama kali bertemu saja Kanaya sudah tidak nyaman, apa lagi kalau harus tinggal satu rumah. Belum lagi Dilan. Pria yang telah menabrak ayahnya itu, selalu menatapnya dengan arti tidak jelas. Ada sedikit rasa takut di diri Kanaya setiap kali pandangannya bertemu dengan Dilan. Pria yang perangainya belum dia ketahui. “Itu bagian dari balasanmu, Kanaya!” “Balasan apa lagi? Apa kehancuran hidupku belum cukup?!” “Tentu saja belum. Ingat Kanaya, orang yang sudah lebih dulu kau hancurkan itu bukan hanya aku, tapi mereka juga. Jadi, nikmati aja dulu.” Pandangan kelam kehidupan pernikahannya mulai bisa dilihat Kanaya. Sepertinya dia nanti akan dibawa Kenzo masuk ke dalam neraka yang memang menjadi istana iblis. Kanaya menghela napasnya kasar. Tampaknya pria itu belum puas menyiksanya dan kini bahkan dia akan mengajak seluruh keluarganya. “Aku harus bertahan. Aku harus cari cara untuk bertahan. Nay, kamu pasti kuat. Kamu bukan perempuan lemah, Nay. Kamu harus mencari cara agar Kenzo mau melindungimu dari serangan para serigala itu!” ucap Kanaya dalam hati, berusaha menguatkan dirinya sendiri. Tiba-tiba lamunan Kanaya bubar saat dia mendengar suara ponsel berbunyi. Suara ponsel Kenzo, membuat Kanaya mengalihkan perhatiannya pada si pemilik ponsel. “Halo, sayang,” sapa Kenzo dengan santainya. “Sayang? Ck, ternyata dia punya pacar,” gumam Kanaya menertawakan dirinya sendiri yang tidak menyadari kalau pria seperti Kenzo tidak mungkin masih sendirian. “Ken, kamu lagi ngapain? Kamu gak lagi seneng-seneng sama istri kamu kan?” tanya Megan, kekasih Kenzo dengan nada kesal. “Gak mungkin lah, sayang. Kamu kan tau kenapa aku lakukan ini. Jangan marah dong,” buju Kenzo. “Cih! Iblis bisa romantis juga ternyata,” gumam Kanaya yang mendengarkan suaminya menerima telepon. Rasanya dia melihat Kenzo dalam bentuk yang lain saat ini. “Kalo gitu, kamu gak boleh tidur di sana malam ini. Kamu harus tepati janji kamu! Kamu ke sini sekarang.” “Ok, sayang. Aku bakalan ke sana.” Kenzo melirik ke arah Kanaya, seolah sedang memamerkan obrolannya dengan sang kekasih. “Tunggu aku di sana ya. Pakai baju yang seksi dan pakai parfum yang aku kasih.” “Ok, sayang. Tapi kamu juga harus janji ya, kalo kamu gak akan pernah jatuh cinta sama dia.” “Iya. Mana mungkin aku jatuh cinta sama dia. Dia itu bukan saingan kamu. Dia bukan –“ Tiba-tiba tenggorokan Kenzo terasa tercekat kala dia melihat Kanaya tiba-tiba membuka resliting gaun pengantinya. Punggung mulus yang pernah Kenzo jelajahi itu kini terpampang di depannya. Bukan hanya itu saja, ternyata Kanaya semakin berani. Wanita yang baru beberapa jam lalu dia nikahi itu malah menanggalkan gaun itu di depannya tanpa basa-basi. Kanaya kini berdiri membelakangi Kenzo hanya menggunakan pakaian dalamnya saja. “Aku sudah hancur. Sudah tidak ada lagi yang aku lindungi. Bahkan dia sudah pernah melihat seluruh tubuhku dalam keadaan sadar. Dan kini dia sudah jadi suamiku, jadi apa salahnya kalau aku merayunya demi perlindunganku,” ucap Kanaya dalam hati. “Ken, ini pilihanku. Kau akan tetap bersamaku atau bersama wanitamu yang lain. Tentukan pilihanmu, Ken,” gumam Kanaya pelan sambil berjalan menuju ke kamar mandi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD