Matahari sudah tak malu lagi memancarkan cahayanya, menerobos masuk ke dalam kamar melalui celah jendela. “Mas, peluknya sampai kapan? Aku sudah harus bersiap berangkat,” ujar Bintang pelan. Beginikah rasanya merasa bersalah? Bintang merutuki dirinya karena telah membangunkan macan yang sedang tidur hingga belabakan untuk kembali membuatnya tertidur malam tadi. Sejak malam Abi tidak melepas Bintang sedikitpun hingga tangannya terasa kebas pun tidak dihiraukan. “Bee, aku masih bisa minta izin—” “Mas!” protes Bintang tahu ke arah mana pembicaraan Abi. Masih saja dia berniat ingin ikut ke Surabaya, memangnya perusahaan itu miliknya, pikir Bintang. Perlahan Abi melepas pelukannya, Bintang langsung memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan dirinya, bersiap, dan lanjut membuat sarapan untuk du

