Bugh! "Bangun! Kamu itu pengecut! Sebagai seorang laki-laki, seharusnya kamu menyelesaikan masalahmu sejak sepuluh tahun lalu. Kamu pecundang rendah yang tidak memikirkan akibat dari perbuatanmu. Lari dari tanggung jawab seperti cecurut!" Pak Sanwani menarik kerah baju Iwas agar berdiri, untuk kemudian menghempaskannya kembali. Iwas mengibaskan kepala. Berusaha menjernihkan pandangannya yang mengabur. Hidungnya terasa hangat oleh tetesan darah. Sementara sudut bibirnya yang robek terasa perih. Giginya telah melukai bibirnya sendirinya. "Pak, itu anakmu ditolong, dong! Apa Bapak mau Iwas mati?" Bu Arini melepaskan cengkraman tangannya dari sang suami. Ia bermaksud menolong Iwas. Sekonyong-konyong Bu Fauziah maju dan ganti menahan tangan Bu Arini. "Ibu kasihan melihat anak Ibu yang bar