2

1259 Words
Kedua mata Bianca memerah. Air matanya dengan cepat mengumpul dipelupuk mata. Mungkin sekali berkedip, air mata itu dengan mudah turun begitu saja. Ternyata bukan berita baik sesuai harapannya, tetapi berita buruk yang membuatnya hilang arah seperti beberapa tahun lalu. Semua laki -laki itu sama! Hanya bisa meninggalkan dan bukan mempertahankan! Emosi Bianca memuncak. Ia menepis tangan Juna yang masih terus memegang erat tangan Bianca. "Sayang ... Kita maish bisa bicarakan soal hubungan kita," jelas Arjuna pada Bianca. Bianca melotot tajam ke arah Juna. Ia tidak mengerti dengan cara berpikir Arjuna yang masih bisa memanggilnya kata sayang dan sola hubungan mereka. Gila! Ini benar -benar gila! "Apalagi yang harus kita bicarakan Juna!" ucap Bianca sinis tanpa memanggil Juna dengan sebutan Mas seperti biasanya. "Sayang ... Kamu hanya lagi emosi saja. Kamu harus tenang dulu," pinta Arjuna memelas. "Emosi?! Perempuan mana yang gak emosi dengar kekasihnya malah akan menikah dengan wanita lain, dan bukan dirinya yang sudah hampir empat tahun menemani!" jelas Bianca menghapus air matanya yang tak mampu lagi ia bendung. Bianca kembali mengambil tisu dan mengelap kedua matanya yang terus mengucurkan air mata. "Bianca ..." panggil Juna frustasi. "Aku mau pulang. Kita sudah gak ada hubungan kan?" ucap Bianca terbata dan perih. Untuk berteriak keras, rasanya sudah tidak mampu lagi. Tenaganya melemah tiba -tiba saja. Harapannya pupus, tujuan hidupnya yang semula begitu indah harus terperosok jatuh dan perlahan harus ia bangun lagi dari awal. Tapi bagaimana caranya? Semangat itu hilang. "Sayang ... Kita masih pacara. Aku gak mau putus sama kamu, sayang. Kalau bukan Papa yang memaksa pernikahan ini, aku bakal menolak tegas," ucap Juna memberikan alasan. Arjuna mengejar Bianca yang sudah berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar restoran itu. Sambil memegang tangan Bianca yang berkali -kali menepis tangan Juna. Bianca seolah sudah jijik dengan Arjuna. "Sayang ... Ngomong dong. Jangan begini. Aku ga sanggup hidup tanpa kamu, sayang ..." ucap Juna memelas. Bianca memegang gagang pintu keluar restoran itu lalu menoleh ke arah Arjuna yang masih mengejarnya. Keduanya sudah tidak malu lagi, kalau seluruh tamu restoran itu menyimak drama mereka. Luka di hati Bianca begitu perih menyobek semua list kebahagiaannya yang sudah direncanakan. Dan itu dihancurkan sendiri oleh Arjuna, kekasihnya. "Kalau kamu gak bisa hidup tanpa aku? Seharusnyakamu pilih aku, Juna! Bukan memilih dia!" ucap Bianca semakin ketus. Suaranya terdengar menyakitkan. Tatapannya begitu senis dan penuh luka. "Bianca ... Aku mencintai kamu. Hanya kamu, wanita yang aku cintai. Kita bisa bicarakan soal ini, kan? Ini hanya soal waktu, sifatnya sementara," jelas Juna cepat. Ia tidak ingin Bianca salah paham atas pernikahan Arjuna dengan perempuan pilihan Papanya itu. "Aku sudah tidak ingin mendengar sebuah alasan apapun, Juna!" jelas Bianca yang langsung mendorong pintu itu dan memanggil taksi yang kebetulan sedang lewat di depan restoran itu. Ia merasa bersalah telah memanggil Arjuna dengan panggilan nama. Itu tandanya Bianca sangat marah sekali. Ini kemarahan Bianca yang paling dahsyat setelah tiga tahun berlalu, ia pernah salah paham soal Kinari. Perempuan yang selalu menjemput Arjuna di Kampus dengan mobilnya. Wanita cantik dan seksi, yang ternyata wanita itu adalah Kinari, kakak kandung Arjua. Bianca sudah duduk di kursi penumpang di dalam tasi. Ia sudah menyebutkan salah satu alamat tetapi bukan alamat rumahnya. Ini alamat rumah Anjani, sahabatnya sejak SMA. Taksi itu sudah berhenti di slaah satu rumah mewah di salah satu Perumahan elite. Bianca membayar ongkos taksi itu dan turun dari taksi menuju pagar rumah Anjani. Seorang satpam menemui Bianca dan langsung membukakan pintu pagar untuk Bianca. "Anjani ada, Pak?" tanya Bianca sopan. "Ada Non Bianca. Di dalam rumah, kebetulan sepupunya Non Anjani juga baru datang," jelas satpam itu. "Oke Pak. Makasih ya," jawab Bianca sopan. Bianca langsung berjalan ke aras teras rumah dan menekan bel rumah. Pintu itu dibuka dan seorang pelayan yang suah dikenal Bianca tersenyum pada Bianca. "Ehh ... Non Bianca. Masuk Non ke dalam. Non Anjani lagi main PS sama sepupunya di dalam," ucap pelayan itu mempersilakan Bianca masuk ke dalam. "Makasih ya, Mbok," jawab Bianca lalu masuk ke dalam. Bianca masuk ke dalam langsung menuju ruang keluarga. Itu adalah tempat favorit Anjani dan Bianca kalau main ke rumah Anjani. Bianca dengan santainya duduk di sofa tanpa bicara. Melepas tas yang masih ada dipundaknya. Anjani dan sepupunya menatap Bianca lekat. "Kenapa kamu? Lemes amat? Habis nangis?" tebak Anjani denagn suara lantang. Bianca mengangkat wajahnya dan menatap Anjani serta lelaki di smaping Anjani yang kata satpan dan pelayan tadi adalah sepupunya. Ia pikir, sepupu Anjani, si boy, anak laki -laki yang suka main di rumah Anjani. Tetapi kali ini sepupunya adalah lelaki yang cukup ia kenal selama hampir dua minggu menjadi dosen pembimbing pengganti di Kampusnya. Bianca melongo dengan bibir sedikit membuka. "Woy! Bianca, aku lagi ngomong sama kamu," ucap Anjani kesal karena ucapannay tidak didengarkan Bianca yang terpaku melihat ke arah sebelah ANjani. Anjani mengibaskan tangannya di depan Bianca. "Gak bisa banget lihat cowok ganteng ya?" ucap Anjani semakin sewot. "Eh ... Maaf," jawab Bianca langsung berdiri dan menarik Anjani dari tempat duduknya. "Ish ... Kenapa sih, Bi," ucap Anjani yang mengikuti Bianca ke runag tamu. Bianca melapas tarikannya di tangan Anjani. "Itu sepupu kamu?" tanya Bianca serius. "Iya. Kenapa? Ganteng ya? Lebih ganteng sepupu aku kan dari pada Arjuna, pacar kamu itu," ucap Anjani menggoda. "Ganteng Juna," jawab Bianca jujur. "Iya, iya, ganteng Juna. Tapi, sepupu aku ini baik banget. Bentar, kok manggilnya Juna? Gak Mas Juna? Kenapa? Ada masalah sama Juna? Kalau Juna berani bikin kamu nangis, nih bogem buat dia," ucap Anjani cepat sambil menunjukkan kepalan tangannya. "Gak. Ntar aku ceritain deh. Sekarang kamu main PS dulu aa. Aku juga lagi gak mood. Aku numpan ngadem di kamar kamu ya?" ucap Bianca terlihat lemas. "Oke. Masuk aja," jawab Anjani pada Bianca. Bianca berjalan lebih dulu mengambil tas dan masuk ke kamar Anjani yang tak jauh dari ruang keluarga itu. Anjani kembali duduk di sofa dan mengambi stik PS. "Ayo mulai lagi. Iklan sudah selesai," jelas Anjani tertawa. "Oke. Itu siapa?" tanya Damian pada Anjani. "Bianca, sahabat aku dari SMA. Kenapa? Suka ya?" tuduh Anjani melirik sekilas ke arah Damian. "Hmmm ... Dia anak bimbinganku di Kmapus," jelas Damian santai. "What? Anak bimbingan kamu? Serius Kak?" tanya Anjani dengan kedua mata melotot. "Iya serius," jawab Damian yang tetap fous pada layar televisi untuk memainkan gamenya. "Cantik ya?" ucap Anjani terkekeh. "Hmmm ... Biasa aja," jawab Damian. "Awas kalau jatuh cinta," ucap Anjani emosi. Lelaki mana yang lihat Bianca tidak memuji kecantikan Bianca. Bianca itu mirip gadis korea. Badannya memang tidak putih sekali, lebih ke kuning langsat, bodynya pas, rambutnya ikal panjang, matanya indah dnegan bulu mata lentik, bibirna mungil dan sensual. Sempurna sekali. "Dikit," jawab Damian santai. Anjani menoleh ke arah Damian dan emnatap sepupunya tajam. "Hei ... Aku serius," ucap Anjani kesla. "Aku juga serius," jawab Damian tenang. "Kakaksuka sama Bianca?" tanya Anjani lagi. "Iya," jawabnya snatai. "Katanya gak cantik," ucap Anjani sewot. "Harus bilang cantik?" tanya Damian lagi. "Setidaknya itu kan kekaguman," jelas Anjani lagi. "Ya, Dia cantik, pintar. Aku suka ..." ucap Damian begitu jujur dan tulus. *** Arjuna kembali ke Kantor. Pikirannya semakin ruwet setelah bicara jujur dengan Bianca. Bukannya menemukan solusi malahan hubungannya dengan Bianca juga terancam selesai. Ingin Arjuna, ia tetap menjalin hubungan dengan Bianca. Arjuna akan tetap mempertahankan Bianca. Pernikahannya bersama Kayla hanya pernikahan paksaan. Pernikahan yang terjadi bukan karena cinta tapai demi keuntungan kedua keluarga. Malam ini, ia harus bertemu dengan Kayla. Ini memang bukan pertemuan petama dengan Kayla, sudah beberapa kali, Juna bertemu Kayla bersama keluarga besar mereka. Tetapi ini pertemuan pertama mereka yang hanya berdua saja. Entah apa yang harus, Juna bicarakan saat bertemu dengan Kayla nanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD