Caca bukanlah wanita yang tidak memiliki perasaan, tapi ia berusaha untuk tidak punya perasaan pada suaminya. Bahkan, wanita itu tetap memasang raut wajah datar ke Andra jika hanya berdua saja. Bukan karena apa, wanita itu hanya ingin menjaga hatinya dari rasa sakit yang mungkin saja akan timbul ke depannya.
Terlebih lagi setelah suaminya memohon padanya untuk wanita lain yang tak lain adalah mantan kekasih Andra, maka itu membuat Caca harus bisa membentengi hatinya. Bahkan, sejak pembicaraan waktu itu membuat dokter cantik itu harus mempersiapkan hatinya jika harus berpisah dengan suaminya sewaktu-waktu.
Hari ini merupakan hari libur. Caca sudah terlihat sibuk di dapur setelah dirinya berolah raga sebentar di ruangan gym pribadi milik suaminya. Wanita itu sedang memasak makanan untuk sarapan. Biasanya di hari libur seperti ini, suaminya akan tetap bekerja di ruangan kerja pribadinya. Biarpun mereka hidup di dalam satu atap, keduanya tetap hidup sendiri-sendiri dengan kesibukan masing-masing.
Beberapa saat kemudian Andra terbangun dari tidurnya. Kemudian ia pun keluar dari kamar dengan muka bantalnya dan rambut yang sedikit berantakan. Begitu ia membuka pintu kamarnya, hidungnya telah menangkap aroma masakan. Lelaki itu pun langsung bisa menebak jika istrinya pasti sedang memasak di dapur.
Aroma masakan yang menggoda, membuat Andra segera menyusul Caca ke dapur. Sesampainya di dapur, ia pun mendudukkan dirinya di kursi bar dan mengamati istrinya yang sedang memasak. Caca tidak menyadari kedatangan suaminya dan wanita itu tetap memasak dengan tenang. Bahkan, Andra juga melihat gerakan istrinya yang terlihat begitu cekatan.
Andra dapat melihat dengan jelas leher jenjang bagian belakang yang putih mulus milik istrinya karena rambut wanita itu sedang dicepol ke atas. Untuk sesaat hasrat Andra mulai terpancing. Namun, sebelum hasrat itu sampai ke permukaan, lelaki itu berusaha dengan sekuat tenaga untuk menekannya.
“Ca …,” panggil Andra.
Lelaki itu akhirnya bersuara untuk memberi tahu Caca kalau ada dirinya juga di sana. Bahkan, suara serak khas seseorang yang baru bangun tidur telah menerobos ke dalam pendengaran wanita itu.
Mendengar panggilan dari suara yang terdengar familiar di pendengarannya, membuat Caca pun langsung memalingkan wajahnya ke arah asal suara. Melihat suaminya sudah duduk dengan muka khas bangun tidur membuat Caca seketika menyunggingkan senyumnya.
“Hai … mau sarapan juga?” tanya Caca yang disertai dengan senyum lembutnya.
Wanita cantik itu memang sengaja bertanya terlebih dahulu pada suaminya, karena mengingat selama ini mereka hampir tidak pernah makan bersama di apartemen. Caca tidak ingin makanan yang telah dengan susah payah ia siapkan malah berakhir di tempat sampah karena tidak disentuh oleh Andra. Ia memang tidak ingin berbasa-basi dalam menghadapi suaminya, mengingat perjanjian pernikahan yang telah ia tanda tangani. Di mana keduanya tidak akan saling mengusik kehidupan pribadi masing-masing.
“Ya maulah, aku juga udah laper banget,” jawab Andra sambil mengelus perutnya yang terlihat rata.
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut suaminya membuat Caca langsung terkekeh. Akhirnya wanita itu pun menambah porsi masakannya. Beberapa menit kemudian masakannya pun telah selesai dan tersaji di atas meja makan.
Tanpa ada yang menyuruh, Andra tampak beranjak dari duduknya dan bergegas menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Lelaki itu berniat untuk mandi. Karena rasa lapar dan teringat aroma masakan yang menggodanya, membuat lelaki itu pun mempercepat urusannya di kamar mandi. Setelah selesai, ia pun bergegas kembali ke meja makan. Namun, begitu dirinya sampai di sana, ia tidak melihat keberadaan Caca. Kemudian ia pun memutuskan untuk menunggu istrinya kembali.
Tak sampai lima belas menit akhirnya Caca kembali ke meja makan. Kali ini wanita itu sudah terlihat lebih segar. Tanpa mengenakan riasan dan rambut diikat ekor kuda membuat kecantikan alami seorang Brinda Osha Atmaja semakin terpancar. Dengan mengenakan pakaian ala rumahan, yaitu celana jeans pendek hingga sepaha dan kaos oblong membuat Caca terlihat seperti layaknya anak SMA.
Melihat penampilan istrinya yang terlihat seperti gadis belia, membuat Andra terpana. Entah kenapa dirinya baru menyadari jika istrinya benar-benar sangat cantik. Karena perbedaan usia di antara mereka, membuat Andra merasa tidak sampai hati untuk menikahi Caca. Namun, demi membuat kedua orang tuanya merasa senang, maka ia pun menerima perjodohan tersebut.
“Ehm …,” Andra pun berdeham untuk mengalihkan apa yang baru saja terlintas di dalam pikirannya.
Melihat istrinya berjalan mendekati meja makan, membuat lelaki itu pun juga mengikutinya. Kini keduanya duduk berhadapan yang hanya dibatasi oleh sebuah meja. Tampak Caca mulai mengisi piring suaminya dengan nasi goreng buatannya.
“Mas mau pake lauk telur mata sapi atau ayam suwir?” tanya Caca.
“Telur mata sapi aja,” jawab lelaki itu.
Andra tampak terus menatap lekat ke wajah cantik istrinya. Namun, yang ditatap seperti tidak memperdulikannya. Wanita itu dengan santai menyantap makanannya. Bahkan, perempuan itu makan dalam diam, sedangkan Andra tampak sesekali melihat wanita cantik yang duduk di hadapannya. Katakanlah Andra mencuri-curi pandang pada istrinya sendiri.
Beberapa menit kemudian, urusan di meja makan pun selesai. Setelah membersihkan piring dan gelas kotor, tampak Caca sudah duduk di sofa depan tv dan mulai fokus dengan ponselnya. Sesekali wanita itu tampak menyunggingkan senyumannya yang membuat Andra yang duduk tak jauh dari dirinya tampak penasaran.
Semua ekspresi Caca dapat ditangkap oleh Andra. Entah kenapa kali ini lelaki itu tidak mengurung diri di ruang kerjanya. Bahkan, dia seakan sedang membayangi istrinya sendiri.
“Dia sedang berkirim pesan dengan siapa?” tanya Andra di dalam hati.
Tepat jam sebelas siang, tampak Caca beranjak dari duduknya dan pergi masuk ke dalam kamarnya yang juga berada di lantai atas, tepatnya bersebelahan dengan kamar yang ditempati oleh suaminya. Tak lama setelah itu, ia pun keluar kembali dengan penampilan yang lebih rapi. Dengan mengenakan celana skinny jeans yang dipadukan dengan kaos oblong membuat perempuan itu terlihat lebih muda dari usianya. Apalagi dengan mengenakan sepatu converse dan tas slempang kecil membuat Caca layaknya gadis belia.
“Kamu mau ke mana?” tanya Andra sambil memicingkan kedua matanya.
Bahkan, lelaki itu tampak menelisik penampilan istrinya yang terlihat seperti mahasiswa yang baru masuk ke perguruan tinggi. Padahal Caca juga berjalan ke arahnya karena ingin berpamitan padanya. Bagaimanapun, Andra adalah suaminya, jadi ia harus tetap berpamitan sebelum dirinya pergi.
“Aku mau pergi belanja sama Tia,” jawab Caca.
Mendengar jawaban yang baru saja dilontarkan oleh istrinya, seketika membuat Andra mengerutkan kedua alisnya. Entah kenapa kali ini ada rasa tidak rela jika istrinya pergi sendirian.
“Aku antar!” ucap Andra singkat.
Lelaki itu berkata sambil berdiri dari duduknya dan langsung pergi ke kamarnya tanpa menunggu jawaban dari Caca. Lebih baik ia mengantar istrinya daripada ada perasaan was-was di dalam hatinya.
Ingin bersuara, tapi suaminya telah pergi meninggalkan dirinya seorang diri di ruang tengah. Sebenarnya ada rasa kebingungan yang tiba-tiba muncul dari dalam hatinya, tapi ia tidak berani bertanya. Mau tidak mau ia pun harus menunggu suaminya, karena mengingat karakter Andra yang dominan membuat Caca harus lebih banyak bersabar.
Tak berapa lama, Andra sudah keluar dari kamarnya dan kembali ke hadapan istrinya. Caca yang melihat penampilan suaminya lebih terlihat casual tampak tercengang, karena setiap hari ia melihat suaminya yang mengenakan setelan jas untuk kerja. Perempuan itu tidak pernah melihat sisi suaminya dengan penampilan seperti ini. Kali ini Andra terlihat jauh lebih muda dari usianya.
“Baru tau kalau suami kamu tampan?” tanya Andra dengan tiba-tiba.
Caca yang mendengar pertanyaan dari suaminya seakan baru tersadar dari lamunannya. Sungguh kali ini dirinya benar-benar malu karena telah tertangkap basah sedang memandang suaminya tanpa berkedip. Caca pun akhirnya mendengus sambil berdiri dari duduknya.
Tanpa menjawab pertanyaan dari suaminya, perempuan itu melenggang pergi hendak keluar unit apartemen. Bahkan, Andra yang memanggil dirinya tidak ia hiraukan.
“Ca … Ca, tunggu!” pinta Andra sambil menyusul istrinya yang sudah meninggalkannya.
Selama di dalam perjalanan menuju sebuah mall terbesar yang ada di ibu kota, keduanya tampak diam tak bersuara. Selama mobil meninggalkan area parkiran apartemen, hanya terdengar suara musik yang mengiringi perjalanannya.
Tak sampai empat puluh menit, mobil telah memasuki parkiran mall, dan Andra langsung memilih tempat yang tidak jauh dari pintu masuk. Sepasang suami istri itu tampak berjalan beriringan. Banyak pasang mata yang menatap keduanya dengan penuh kekaguman. Bagaimana tidak kagum, jika paras rupawan mereka dapat menyita perhatian banyak orang.
Sadar akan posisinya yang berada di tempat umum, membuat Andra langsung merangkul pinggang istrinya. Kali ini apa yang dilakukan oleh suaminya tidak membuat Caca terkejut lagi. Perempuan itu telah terbiasa dengan lakon yang sedang diperankan oleh suaminya. Oleh karena itu, ia pun juga harus memerankan lakonnya dengan sangat baik.
Caca juga sadar siapa sosok suaminya, seorang pengusaha sukses yang cukup disegani di dalam dunia bisnis. Bahkan, wajah tampan layaknya orang Italia telah menghiasi banyak sampul majalah bisnis. Biografinya juga banyak diulas di berbagai media. Siapa yang tidak mengenal seorang Affandra Bimantara Wijaya di dalam dunia bisnis?
“Caca mau belanja sama Tia, Mas nggak apa nungguin? Atau Mas mau langsung balik aja?” tanya Caca dengan raut wajah tidak enak.
Dia yang tidak terbiasa pergi belanja dengan diantar oleh lelaki yang berstatus sebagai suami sahnya merasa tidak enak hati. Ia tidak ingin Andra merasa jenuh dengan kegiatannya.
“Aku tunggu aja! Atau kamu yang memang tidak ingin aku temenin?” tanya Andra balik.
Mendengar jawaban yang tidak pernah ia duga sebelumnya, seketika membuat Caca ternganga. Wanita itu sungguh tidak menyangka jika suaminya akan menuduh dirinya seperti itu.
“Mas, Caca merasa nggak enak kalau Mas terlalu lama menunggu, hanya itu aja, kok,” jawab Caca berusaha menahan emosinya agar tidak sampai terpancing.
“Sudah resiko seorang suami yang memang nungguin istrinya belanja,” jawab Andra dengan santai.
Entah kenapa mendengar ucapan suaminya ada rasa tidak terima di dalam hati wanita cantik dengan segala kesempurnaannya tersebut. Ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Andra seolah-olah merupakan sebuah keterpaksaan seorang suami yang dituntut harus mengantar ke mana pun istrinya pergi.
Detik kemudian tampak Caca tertawa lirih. Bahkan, perempuan itu juga menunjukkan rasa miris untuk dirinya sendiri. Sebenarnya ia tidak ingin berdebat dengan lelaki yang menjadi suaminya tersebut di tempat umum seperti sekarang ini.
“Tolong jangan berdebat di sini, Caca malu!” ucap perempuan itu dengan suara yang tertahan.
Mendengar ucapan Caca, seketika membuat Andra mengerutkan kedua alisnya. Entah kenapa lelaki itu merasa tidak bisa menerima perkataan istrinya.
“Jadi kamu malu pergi dengan suami kamu sendiri?” tanya Andra sambil menatap tajam tepat ke dalam manik mata almond milik sang istri.
Seketika Caca memejamkan matanya ketika mendengar perkataan suaminya yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Bahkan, perempuan itu juga menghela napas panjangnya sebelum ia menghembuskannya dengan perlahan. Kali ini suaminya benar-benar telah menguji kesabarannya.
“Mas, plis … boleh aku ingatkan sesuatu?” tanya Caca pada akhirnya.
Andra tampak hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan sang istri. Namun, tatapan mata elangnya seakan enggan untuk beredip. Lelaki itu seolah-olah takut jika ia mengedipkan matanya, sosok perempuan cantik yang ada di hadapannya akan menghilang.
“Caca udah terbiasa ke mana-mana sendirian, jadi tolong jangan pernah membuat masalah. Apa Mas lupa dengan perjanjian pernikahan kita? Apa perlu Caca ingatkan kembali?” tanya Caca bertubi-tubi.
Sungguh, wanita itu sudah lelah meladeni suaminya yang memang seakan sengaja membuat masalah dengan dirinya. Menurutnya, hanya dengan mengingatkan perihal perjanjian sialan itu yang dapat membungkam mulut Andra.