"Kenapa wajah kamu panik begitu?" tanya Richi pada Tesa. Tesa yang sempat melamun karena bingung harus berbuat apa, akhirnya tersenyum tipis dan berpura- pura menyeruput air jahe miliknya. "Eum ... Lagi mikir Mas. Gimana caranya bisa ngobrol dari hati ke hati sama Anin. Kan Mas tahu, selama ini, Anin gak bisa menerima aku dengan baik. Anin selalu menjauhi aku, dan sama sekali gak mau berusaha dekat," ucap Tesa berusaha membela diri. Tesa amat sangat gugup sekali. "Kamu coba sekali lagi ya. Sore ini, aku janiji akan mengantarkan Anin ke pemakaman. Ia rindu dengan almarhum Ibunya. Aku harap, kamu mau ikut dan mendampingi Anin," pinta Richi pada Tesa. Tesa mengangguk dengan pasrah. "Iya Mas," jawab Tesa singkat. Entah bagaimana nanti sja. Tesa tak sanggup melihat Anin yang sedang hancur.