bc

RAHASIA ISTRI YANG TAK DIANGGAP

book_age18+
19
FOLLOW
1K
READ
revenge
HE
tragedy
bxg
city
wild
like
intro-logo
Blurb

Rachel rela menderita menjalani rumah tangga bersama Septian demi cintanya pada pria itu. Bahkan saat suaminya berselingkuh pun, Rachel memaafkannya.

Penderitaan Rachel semakin bertambah karena ibu mertuanya selalu menghinanya sebagai perempuan mandul. Belum bisa memberikan keturunan untuk Septian setelah pernikahannya menginjak dua tahun membuat ibu mertuanya terang-terangan mendukung anaknya untuk berselingkuh.

chap-preview
Free preview
PENGKHIANATAN
"Mantu Jeng Reni cantik, ya. Beruntung banget, punya mantu cantik kayak Rachel." "Alah, buat apa cantik kalau nggak bisa ngasih cucu. Dua tahun saya nunggu, tapi nggak hamil-hamil!" Ucapan Reni disambut gelak tawa oleh keenam anggota arisan lainnya. "Jangan-jangan mantu kamu itu mandul, Ren, makanya nggak hamil-hamil." Salah satu wanita dengan makeup tebal menimpali. Wanita itu melirik ke arah Rachel. "Mungkin." Reni menjawab dengan pelan. Sama seperti wanita tadi, dia pun melirik ke arah Rachel. Wajahnya terlihat kesal. Sementara itu, Rachel hanya bisa mengelus dada. Sama sekali tidak menyangka kalau ajakan ibu mertuanya ikut arisan hanya untuk mengolok-olok dan mempermalukan dirinya. Dia pikir mertuanya itu sudah berubah, ingin memperkenalkan dirinya sebagai menantu. Namun, dugaan Rachel ternyata salah. Satu tahun lebih menikah dengan Septian, hanya tiga bulan di awal menikah saja Reni bersikap baik padanya. Itu pun hanya karena menghargai pilihan putranya. Setelah menikah, barulah Rachael tahu kalau Septian awalnya mau dijodohkan dengan anak sahabat ibu mertuanya, tetapi, karena pria itu sudah jatuh cinta pada Rachel, Septian bersikeras tetap memilih Rachel sebagai istrinya. Keduanya menjalin asmara setelah beberapa kali bertemu dan akhirnya jatuh cinta. Rachel dan Septian bertemu pertama kali saat mereka meeting di perusahaan. Saat itu, Septian menjadi perwakilan dari perusahaannya untuk persentase bahan kerjasama yang akan dijalin dengan perusahaan tempat Rachel bekerja. Rachel yang diperkenalkan sebagai sekretaris oleh Ryan saat itu, mulai mendapat perhatian dari Septian. Pria itu mulai datang menjemput Rachel pulang kerja dan tak jarang mengajak gadis itu jalan. Hingga pada akhirnya, Rachel menerima pernyataan cinta dari Septian, karena tidak bisa ditampik kalau Rachel juga memiliki perasaan yang sama pada pria itu. "Harusnya kamu ikutan program hamil. Bila perlu program bayi tabung biar kamu cepat punya anak," tambah yang lain, membuyarkan lamunan Rachel. "Benar itu apa kata Jeng Santi, jangan salahkan Septian kalau nanti dia sampai selingkuh dari kamu karena kamu belum punya anak. Zaman sekarang ini banyak gadis yang mau sama suami orang, apalagi punya duit dan jabatan. Bahkan banyak di antara mereka yang rela menyewakan rahimnya melahirkan anak suami orang!" Kumpulan wanita itu penuh semangat menjatuhkan mental Rachel. Perempuan itu menoleh pada mertuanya, berharap mendapat pembelaan, tetapi, justru harapan itu jatuh terhempas ke dasar kakinya. Bagaimana ibu mertua mau membelanya, jika yang memulai penghinaan itu justru ibu mertuanya sendiri. "Kamu dengar itu apa kata teman-teman mama? Jadi, kalau mama sering ngomel dengan ketidakmampuan kamu memberikan anak pada Septian, bukan karena semata-mata mama benci, tapi karena mama jenuh nungguin kamu nggak hamil-hamil! Mama pengen nimang cucu, Rachel." Reni menatap menantunya dengan tatapan marah. Rachel menunduk. Titik air matanya jatuh di tangan. Almarhum ibunya pernah mengatakan harus hormat pada orang tua. Kalau tidak mengingat hal itu, Rachel pasti sudah menampar wajah wanita-wanita berlidah culas itu. Obrolan itu terhenti sejenak saat para pelayan masuk membawakan berbagi jenis menu makanan yang memang sudah mereka pesan sekaligus saat memesan tempat itu. Semua terlihat sangat nikmat saat dihidangkan di atas meja. Tanpa sadar, Rachel menelan salivanya. Perutnya sudah bergejolak sejak tadi. Maklum saja, tadi malam dia tidak makan. Mertuanya itu terkadang memang bisa berubah jadi iblis jahat. Saat mereka makan malam kemarin, Rachel yang sudah menyiapkan semua makanan di atas meja, justru di minta ke warung simpang rumah untuk membelikan ibunya larutan penyegar. Wanita itu harus rela menahan rasa laparnya, segera menjalankan perintah sang ibu mertua. Tertatih dia berjalan cepat, agar cepat sampai di rumah. Begitu masuk ke ruang makan, Suami, ibu mertua dan juga karyawan ibu yang juga tinggal di rumah mereka, sudah selesai makan. "Ini, Bu." Rachel meletakkan minuman kaleng itu di sisi tangan mertuanya. Dia kembali ke tempat duduknya semula, rasa laparnya kian menjadi-jadi. Namun, saat akan menyendok nasi, pandangannya terarah pada piring-piring di atas meja yang sudah kosong, hanya sisa minyak dan juga tulang ikan. Rachel melirik ke arah mangkok yang tadi dia isi sayur, kini juga sudah ludes. "Mas, lauk buat aku?" "Hah? Sorry, udah habis. Kamu masak lagi, ya," jawab Septian tanpa rasa bersalah. Bukan hanya sekali mereka tidak menganggap dirinya, tetapi, demi cintanya pada Septian, Rachel menahan rasa sedihnya. "Kamu kenapa bengong? Buat malu aja. Nggak ak usah ngeliatin makanan kayak begitu, udah kayak nggak pernah makan saja. Lebih baik kamu pulang sekarang dari pada buat aku malu!" "Tapi, Ma ...." "Tapi apa?" "Boleh, ya, aku makan dulu. Dari tadi malam aku belum makan. Aku lapar banget, Ma." Keluhan Rachel bukan membuat mertuanya iba, wanita itu justru memberikan satu cubitan di pinggangnya. "Berhenti buat malu Mama. Sekarang kamu pergi!" Rachel bangkit dari duduknya, menahan air mata, agar tidak sampai jatuh di pipi. "Jangan nangis Rachel, itu hanya akan membuat kumpulan manusia sombong ini senang," batin Rachel. "Aku pulang, Ma." Rachel berjalan, mengangkat kepalanya dengan tegak menuju pintu dan segera keluar dari ruangan itu. *** Kepala Rachel terasa berputar. Tidak hanya makhluk hidup, benda-benda mati yang dia lihat tampak bergerak. Dia memutuskan untuk duduk di simpang gang rumahnya terlebih dulu setelah turun dari ojek untuk sekedar meluruskan kaki dan beristirahat sejenak. Setelah dirasa cukup kuat, Rachel melanjutkan langkahnya. Dia milih untuk turun di simpang gang, karena ingin singgah di warung langganannya, membeli bahan untuk dimasak sore nanti. Sejenak Rachel menatap rumah mertuanya, menggenggam kuat ujung pagar yang ada di depannya. Dia teringat rumah orang tuanya yang sudah lama tidak dia kunjungi. Rachel mendorong pintu gerbang, dan mulai melintasi halaman yang tampak rapi dan terawat. Semua itu hasil tangannya. Seminggu setelah menikah, mertuanya memecat pelayan di rumah, dan meminta Rachel mengurusi semuanya. Dia ikhlas. Sebagai istri itu memang kewajibannya. Menikah dengan Septian juga atas keinginannya, jadi apapun yang terjadi di rumah tangganya dia akan menerima. Hanya satu pintanya, Septian menjaga kesucian mahligai rumah tangga mereka. Kening Rachel mengernyit. Mobil Septian sudah terparkir di garasi. Bukankah pagi tadi dia pamit untuk bertemu kolega? Kenapa siang begini sudah pulang? Kerutan di keningnya menghilang, berganti dengan senyum yang mengembang di bibir. Dia tebak suaminya pasti sedang tiduran di kamar. "Mumpung Mama lagi di luar, mungkin aku sama Mas Septian bisa ...." Memikirkan hal itu Rachel diserang rasa malu, pipinya merona hanya dengan membayangkan Septian. Rachel berencana memberi kejutan pada Septian, berjalan mengendap-endap sampai ke kamarnya. Kosong. Kembali keningnya berkerut. "Kemana Mas Septian?" Cicitnya berjalan ke ruang tengah. Dia memutuskan mengambil air di kulkas. Berjalan ke arah dapur, Rachel melewati kamar Dita, karyawan mertuanya. Ada suara bersahutan yang halus dari dalam kamar. Rachel melirik jam tangannya, ini masih siang. Seharusnya saat ini gadis itu masih berada di toko. Suara halus dan sesekali menghilang itu membawa langkah Rachel mendekat. Kenapa suara itu berubah jadi ada dua? Siapa yang saat ini bersama Dita. Pintu kamar itu terbuka sedikit, mungkin saking ingin segera bersenang-senang, orang di dalamnya lupa mengunci pintu. Tiba-tiba jantung Rachel berdetak sangat cepat. Kenapa perasaannya jadi tidak karu-karuan begini, dan pikirannya justru melayang pada wajah Septian? Semakin penasaran Rachel memberanikan diri untuk mengintip, apa yang terjadi di balik pintu itu. Sungguh rohnya serasa lepas dari tubuhnya, melayang bersama pemandangan menyakitkan yang dia lihat saat ini. "Enak benar kamu, Dita. Padahal masih muda begini," racau Septian. Tubuh bagian bawahnya bergerak cepat memompa tubuh Dita yang berada di bawah tubuhnya. "Mas suka? Kalau suka, Mas boleh kok, pake Dita tiap hari. Dita siap melayani Mas Septian," Dita membalik posisi. Wanita itu bergerak lembut seperti pemain rodeo di atas banteng yang sudah berhasil dijinakkan. "Benar, ya. Mas sudah ketagihan sama kamu." Wajah Dita tersenyum, pujian itu semakin membuatnya penuh percaya diri untuk memikat Septian. "Memangnya milik Mbak Rachel nggak enak?" Wanita memang selalu ingin dianggap paling sempurna dibandingkan wanita lain. Dita menginginkan pengakuan itu dari bibir Septian. "Enak, tapi dia nggak pandai goyang. Diam kayak patung. Siapa yang suka. Justru kayak gini, nih, Mas suka, kamu pintar bermacam gaya!" Keduanya tertawa renyah, sebelum Dita menunduk, guna melumat bibir Septian. Bola mata Rachel membulat sempurna, sementara lututnya bergetar, dan habislah sudah, dia bahkan sulit bernapas. Pemandangan haram yang dia lihat di depannya membuatnya lupa cara menarik napas. "Oh, Tuhan ... Apa ini?" Tangan Rachel mendorong daun pintu hingga terbuka lebar hingga membentur dinding kamar. Kedua manusia laknat itu terkejut dengan posisi Dita yang saat itu berada di atas tubuh Septian. "Ini nggak mungkin. Ini hanya sekedar mimpi buruk atau halusinasi karena perutku sangat lapar," batin Rachel sambil menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Tanpa sadar, gadis itu menyakiti bagian dirinya sebagai penolakan dan bentuk amarah dari pengkhianatan Septian.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.9K
bc

My Secret Little Wife

read
96.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook