01 - Sebuah Harapan

1061 Words
Aurora tumbuh menjadi gadis cantik, ceria dan introvert. Dia selalu menutup dirinya dari banyak teman-temannya. Ia hanya memiliki 2 orang teman dekat saja. Bukan tanpa alasan yang jelas dia tumbuh menjadi introvert, pasalnya dulu dia pernah dikhianati oleh teman baiknya sendiri, dan mulai dari saat itulah dia berubah menjadi sangat-sangat pemilih dalam pertemanan. Dia sangat beruntung karena lahir dan tumbuh dari kedua orang tua lengkap, harmonis, sayang sekali kepadanya. Apapun yang dia inginkan selalu diberikan kepadanya. Akan tetapi, Aurora bukan seorang Putri yang suka menghambur-hamburkan uang demi untuk berfoya-foya saja. Bahkan untuk penampilannya saja, dia terlalu biasa saja dibandingkan gadis seusianya yang sudah mencoba berbagai merek kecantikan. Aurora hanya memakai riasan sederhana dan selalu menakan kaca mata. Dia terlalu suka membaca segala jenis buku pengetahuan. Dan ada satu buku yang tidak mungkin terlewat, buku tentang seorang Pangeran. Ya walaupun dia mengetahui bahwa tidak ada sosok pria seperti itu. Tapi dia punya mimpi jika suatu saat harus menikah, sosok pria itu harus mendekati tipe Pangeran yang selalu dibacanya. Besok adalah ulang tahunnya yang ke 19 tahun. Papa dan Mamanya selalu membuat acara perayaan besar setiap tahunnya. Malam ini tepat sebelum dia make a wish untuk meniup lilin kue ulang tahunnya, dia memejamkan kedua matanya, membuat sebuah harapan atau permohonan supaya Tuhan mengabulkan keinginannya. Aurora yanng terlalu lugu dan naif hanya menginginkan supaya dipertemukan dengan sosok Pangeran. Selama ini dia tidak pernah berpacaran, padahal Papa dan Mamanya tidak pernah mengekangnya. Dia selalu didukung dengan pilihannya yang membuatnya bahagia. Tapi, lagi-lagi pilihan memang selalu di tangannya. Tahun ini merupakan tahun keduanya di kampus. Aurora masih membatasi dan menutup dirinya dari semua orang, kecuali kedua sahabat baiknya Dea dan Hana yang selalu menemaninya. Mereka bertiga termasuk gadis-gadis cupu yang selalu dikucilkan, dibully di kampus karena berpenampilan sebagai kutu buku dan terlalu taat aturan. Aurora dan kedua temannya tidak berusaha untuk membalas setiap teman menyakiti mereka, karena mereka tidak ingin ada musuh disini, mereka hanya ingin tenang berkuliah disini sampai tamat. Akan tetapi itu hanya sebuah khayalan belaka saja. Karena Tuhan ternyata malah mempersiapkan rencana yang diluar kendali mereka. Rencana yang cukup membuat Aurora terkejut, syok dan tidak bisa menolak sama sekali. Mama dan Papanya mengajaknya makan malam diluar, tadinya dia berpenampilan biasa saja, hanya mengenakan mini dress dan memakai sepatu kets saja. Tapi Mamanya malah mengatur pakaiannya dan juga sepatu bahkan make up nya. Ia hanya pasrah dan menuruti keinginan Mamanya. Mungkin mereka akan menemui tamu penting hingga membuatnya harus mengenakan pakaian yang terlihat pantas sehingga tidak memalukan kedua orang tuanya. Berbeda dengan Aurora yang terlalu sederhana, Mamanya Raquel terlihat seperti anak gadis ABG, penampilan menarik, mempesona dan juga glamour. Dengan polesan make up dan skin care yang harganya bernilai puluhan bahkan ratusan juta, dirinya rela menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk membuatnya terlihat awet muda karena tidak ingin suaminya terpikat oleh wanita muda-muda yang jauh lebih fresh dan cantik-cantik darinya. Setelah didandani, Aurora benar-benar terlihat begitu cantik bak seorang Putri seperti namanya yang begitu indah. Harapan Raquel memberikan nama Anaknya Aurora mempunyai arti yang bagus seorang Dewi yang sangat cantik. Apalagi saat ini dia sedang melepaskan kaca mata yang selalu saja dia kenakan, Mamanya menggantinya dengan kontak lens berwarna abu-abu. Kini matanya keliatan jauh lebih bersinar dari sebelumnya. Penampilannya begitu membuat dirinya tampak berbeda. Rambutnya yang panjang nan lurus dibiarkan terurai, dengan bentuk tubuh yang sangat indah Aurora bisa mengenakan dress manapun bisa terlihat bagus ditubuhnya. Ya sekalian dia mengenakan dress murah, dia tetap terlihat cantik dan menggoda. Apalagi yang orang tuanya bisa membelikannya dress manapun, dengan harga yang tidak masalah sama sekali seperti sekarang ini, membuatnya begitu berkilau. Jujur saja melihat penampilannya sendiri saja membuatnya tidak percaya diri. Itu adalah salah satu kekurangannya, merasa tidak layak untuk menunjukkan aura kecantikan dirinya yang sesungguhnya. Dengan kesulitan dia berusaha untuk berjalan mengenakan sepatu hak tinggi 7 senti meter yang sudah dipilihkan oleh Mamanya, dia berjalan menunduk untuk mengikuti langkah kaki kedua orang tuanya yang saat ini sedang bergandengan tangan sembari tersenyum. "Hai, maaf sudah lama membuat kalian menunggu." Dengan ramah tamah, Raquel menyapa dan berpelukan dengan teman lamanya. Sementara Aurora begitu tidak nyaman dengan keadaan saat ini, sejak tadi ada sepasang mata yang terus saja menatapnya dengan intens, dirinya hanya menundukkan kepala. "Hampir lupa, ini kenalin Aurora, Putriku." Ujar Raquel dengan bangga memamerkan Putrinya. "Aurora, Tante." Ujarnya sambil mengulurkan tangannya sembari tersenyum. "Cantik, sama seperti namanya." Aurora hanya tersenyum, "Terimakasih, Tante." "Ini Putra Tante, Samuel Adiwijaya, biasa dipanggil Sam." "Ayo Sam, ulurkan tangan kamu, kenalan sama Aurora." Desak Mamanya terlihat begitu jelas. Aurora mengenalnya, dia merupakan teman satu kampusnya, namun, keduanya tidak pernah saling menyapa apalagi mengobrol. Dia tidak yakin bahwa pria itu akan mengingatnya siapa. Mengingat dirinya dikampus hanya sekumpulan gadis cupu yang suka dibully. Mana mungkin seorang Sam mengingatnya, apalagi dengan penampilannya yang jauh berbeda dari sebelumnya seperti sekarang ini. "Sam," Dengan terpaksa dia mengulurkan tangannya. "Aurora," Balasnya dengan cepat tanpa berani menatap Sam sama sekali. "Cantik bukan? Apa dia tipe kamu, Sam?" Tanya Mamanya seraya menggoda Putranya yang terlihat seperti bad mood karena merasa terpaksa harus hadir diacara makan malam ini. Aurora bisa merasakannya, bahwa pria itu tidak ingin berada disini. Dipuji begitu membuat wajahnya merona. "Sam kenal, Ma. Kami satu kampus cuma beda jurusan." Balasnya hingga membuat Aurora begitu kaget, dia hampir tidak bisa mempercayainya bahwa pria tampan seperti Sam mengingat tentangnya. "Oh ya? Berarti bagus dong, barang kali kalian berjodoh." Ucap Intan, Mamanya Sam. Aurora hanya tersenyum miring. Sementara Papanya Aurora dan Papanya Sam terus saja mengobrol tentang bisnis, kedua mama mereka terus saja bergosip seraya menggoda kedua Putra dan Putri mereka. Situasi yang benar-benar membuat Aurora dan Sam menjadi sangat tidak nyaman. Terlihat Sam terus saja menatap layar ponselnya, seperti sedang chattingan dengan seseorang. Sesekali Aurora mencuri pandangan dengan pria itu. Dia berharap tidak akan bertemu lagi dengannya, karena dirinya tidak ingin mendapatkan masalah di kampus. Aurora juga ingin berkuliah dengan tenang sampai saatnya lulus kelak, dia tidak ingin memiliki sebuah drama yang akan membuat hidupnya lelah. Harapan yang terlalu naif dari seorang gadis lugu, pemalu dan tidak percaya diri seperti dirinya yang sangat terkucilkan dikampus. Sangat berbeda jauh dengan Sam yang begitu tampan, tegas, pintar dan populer di kampus. Kehidupan keduanya berbanding terbalik. Lagian mana mungkin pria seperti Sam tertarik dengan seorang kutu buku yang selalu menuangkan segalanya melalui tulisan yang selalu dia ketik. Sesaat Aurora sadar, bahwa tidak ada yang namanya Pangeran di kehidupan nyata seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD