BTL~25

1624 Words

Rumi mulai sakit kepala melihat sikap Dandi. Semakin ke sini, Dandi semakin posesif dan sikap pria itu bahkan hampir menyamai Alpha. Rumi jadi bingung sendiri, harus bersikap seperti apa, karena Dandi sudah lebih dulu membentangkan tembok di antara mereka. “Jangan baper.” Kalimat Dandi itulah, yang membuat Rumi sebenarnya bisa lebih tenang. Namun, kenyataan yang ada, justru tidak seperti yang Rumi pikirkan. Dengan perlakuan Dandi yang seperti sekarang, Rumi sepertinya harus menjaga hatinya baik-baik dan tidak boleh terbawa perasaan. “Sorry, Mas, saya sibuk dari pagi.” Rumi menoleh ke sekitar dengan canggung. “Nggak mungkin.” Dandi bisa menyanggahnya, karena ia punya alasan yang cukup kuat. “Kamu berangkat dari rumah sebelum jam setengah tujuh. Anggaplah jalanan macet parah dan paling l

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD