bc

Aku Kira Kau Miskin, Mas!

book_age18+
10.5K
FOLLOW
61.3K
READ
billionaire
possessive
HE
independent
sweet
bxg
city
office/work place
poor to rich
office lady
like
intro-logo
Blurb

"Ayo nikah aja! Biar kamu cuma tukang parkir, nggak masalah! Aku 'kan sudah jadi karyawan di sini. Gajiku empat juta. Belum termasuk lembur. Yang penting kamu harus siap antar jemput aku kerja kalau aku lagi capek. Gimana?" Sheila menatap wajah Jaka dengan penuh harap.

"Oke!" jawab Jaka dengan senyum lebar.

Sheila yang baru patah hati bertemu dengan Jaka yang baik di area parkir. Semenjak itu, mereka sering bertemu dan makan di food court terdekat. Ibu Sheila yang kecewa dengan kandasnya pertunangan putrinya berusaha untuk menjodohkanya dengan putra temannya. Sheila jelas menolak. Dia memilih untuk mengajak nikah tukang parkir di dekat kantornya tanpa dia tahu kalau sebenarnya Jaka adalah pemilik sebenarnya dari kantor tempatnya bekerja.

Akankah Jaka mengungkap jati dirinya sesaat sebelum menikah atau saat sudah menikah? Lalu bagaimana dengan Sheila? Akankah dia senang atau justru merasa dicurangi?

chap-preview
Free preview
Prolog
Dering ponsel yang tiada henti memaksa mata indah itu untuk terbuka. Mulutnya berdecak kesal karena tidur cantiknya terganggu. Rupanya alarm pukul lima pagi. Dengan malas, Sheila mematikan ponselnya dan kembali memejamkan matanya. Namun ingatannya tentang kenangan hari ini sontak membuatnya terbangun. Ya, hari ini adalah hari perayaannya dengan sang pacar yang sudah dua tahun bersama. Decakan kesal yang tadi terdengar, kini berubah menjadi nyanyian riang. Sheila harus segera mandi dan mampir ke toko kue kesukaan Roy, pacar idamannya. Sheila begitu mencintai Roy. Roy adalah cowok populer di kampusnya dulu. Presiden mahasiswa yang keren, tampan, dan cerdas. Begitu banyak yang memujanya termasuk Sheila. Namun gadis yang sering di perpustakaan itu tidak punya cukup nyali untuk menunjukkan perasaannya. Tidak seperti para most wanted girls yang memang begitu menarik dan cantik. Sheila selalu nyaman dengan kemeja longgar dan celana panjang. Hingga saat Roy menembaknya, dia tidak percaya begitu saja. “Arghh! Aku dulu begitu bodoh. Kenapa aku sempat menolaknya?? Karena kebodohanku, kita jadian Cuma satu minggu sebelum sidang skripsi. Ck! Harusnya aku langsung menerimamu, Sayang.” Sheila bermonolog di dalam kamar mandi. Matanya terpejam membayangkan wajah Roy yang tampan dan bersih. Lamunan Sheila tiba-tiba terpotong karena suara gedoran di pintu. “Sheila!!! Kita lagi antri di luar. Jangan melamun lagi!!!” Sheila langsung terkejut luar biasa. “IYA!!” serunya tidak kalah lantang. Sheila terkikik, menyadari kebodohannya yang melamun di kamar mandi kos. Dan menyebabkan antri panjang. Baiklah, dia memang harus cepat agar bisa menemui Roy sebentar sebelum berangkat kerja. Kini Sheila sudah berada di atas motornya. Seragam kantornya dia tutup dengan jaket yang cukup tebal. Masker juga dia pakai untuk menutup hidung dan mulutnya. Untung saja toko roti dan apartemen Roy tidak jauh. Gadis dua puluh tiga tahun itu memesan satu paket cupcake dengan aneka toping bertuliskan “Happy Anniversary”. Sheila begitu bahagia melihat hasil pesanannya. Sangat cantik. Dan pastinya enak. Setelah mengambil satu kue pesanannya, dia segera menuju apartemen Roy. Hanya butuh lima menit. Sheila segera memarkirkan motornya di parkiran dan berjalan ke arah unit pacarnya. Senyum Sheila semakin lebar saat melihat unit apartemen Roy. Dia melihat seorang sekuriti berdiri di depan pintunya. Sheila pun mendekat, membuat sang sekuriti terkejut. “Nona mau masuk?” tanya sang sekuriti. “Hmm.” Sheila menganggukkan kepalanya. “Bapak mengantarkan sarapan?” “Iya, Nona.” Sang sekuriti mengangkat kantong dengan logo restoran. “Ketuk saja, Pak. Saya juga ingin memberi kejutan untuk Roy.” Sekuriti pun mengangguk paham. Ah, anak muda. Betapa cinta mereka begitu menggebu. Setelah dua kali ketukan, pintu pun terbuka. Dan betapa terkejutnya Sheila saat melihat seorang perempuan di sana. Seorang perempuan cantik dengan rambut setengah basah yang menggoda dan kaki panjang. Ya, Sheila bisa melihat kakinya karena dia tidak memakai bawahan. Sheila tidak kenal siapa dia, tapi Sheila yakin kalau kaos yang dipakainya adalah kaos Roy. Dan seketika itu juga, d**a Sheila berdebar semakin kencang dan sesak. Perempuan yang di dalam mengerutkan keningnya. Dia menerima kantong yang dibawa sekuriti, tapi fokusnya ada pada Sheila. Tatapan dua perempuan itu saling mengunci hingga tidak menyadari kalau sekuriti tadi sudah pergi. “Siapa, Sayang?” Suara Roy datang dari dalam. “Nggak tahu. Apa kamu kenal dia, Yang?” perempuan cantik –yang sialnya jarinya juga lentik dan cantik- itu menunjuk Sheila. “Mmm, maaf, Nona. Saya hanya ingin mengantarkan pesanan Mas Roy Tersayang,” ucap Sheila dengan tenang. Dia mencoba menekan kuat gemuruh di dadanya. Suara langkah Roy terdengar mendekat. “Sheila?” Roy dengan kasar membuka lebar pintu apartemennya. Mata Roy membulat sempurna melihat Sheila di depan apartemennya. Air mata Sheila sudah berkumpul di ujung matanya. Roy hanya menggunakan boxer! Otak Sheila langsung memroses semuanya. Seorang wanita setengah telanjang dengan rambut basah dan seorang pria dengan boxer di dalam apartemen pagi hari. Tanpa dijelaskan pun, Sheila tahu apa yang sedang terjadi. “Kamu kenal dia, Sayang?” tanya perempuan yang Sheila yakini juga sebagai pacar Roy. Suaranya yang mendayu membuat Sheila semakin muak. Dia segera membuka penutup kotak cupcake-nya dan melemparnya ke wajah Roy. Wajah tampan Roy sontak penuh dengan krim gula dan potongan cupcake yang hancur. Perempuan cantik itu langsung histeris. Sheila hanya tersenyum miring dan mengibaskan tangannya seakan mengusir kuman dari tubuhnya. “Tidak, Nona. Saya hanya lewat,” ucapnya sambil berlalu. Sheila tidak memedulikan segala teriakan dan umpatan yang dilontarkan perempuan itu di belakangnya. Dia juga tidak peduli dengan raut Roy. Entah hijau atau merah, Sheila tidak peduli. Baginya semua yang dia lihat dan dengar sudah cukup menjadi bukti bagaimana Roy di belakangnya. Langkahnya begitu tegas menuju lift. Wajahnya sama sekali tidak menoleh. Baginya Roy sudah tamat. Dia tidak akan menangis di depannya dan mengemis cinta. Tidak akan! Sheila mendongakkan dagunya dengan angkuh dan memasuki lift. Sesaat setelah pintu lift tertutup, mata Sheila mendadak memanas. Bagaimana pun juga, dia adalah seorang wanita. Dia butuh menangis. Dadanya kini terasa sesak dan air matanya tidak berhenti menetes. Kakinya melemas. Sheila pun bersandar pada dinding lift dan akhirnya dia terduduk. Untung saja lift sedang kosong. Saat lift berdenting, dia segera berdiri dan menghapus air matanya. Kembali dia memasang wajah cuek dan angkuh dan keluar menuju area parkir. Dagunya sedikit diangkat. Sialnya, dia malah terpeleset paving dan kerikil. “Aduh!!” Sheila meringis. Tangannya menggosok pantatnya yang sakit. Seorang pria dengan kaos dan celana pendek berusaha menutupi tawanya meski itu sia-sia. Sheila melihat dengan jelas dia ditertawakan oleh tukang parkir itu. Wajahnya sontak merengut kesal. “Hei, kamu!! Keluarin motorku! Dasar tukang parkir nggak ada akhlak!” Sheila berdiri dengan mata memicing. Tangannya mengibaskan celana panjangnya yang kotor. Tukang parkir itu langsung berhenti tertawa. Matanya mengerjap perlahan. Alisnya bertaut. “Aku?” tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri. “Ya kamu lah! Siapa lagi? Kamu baru ya? Aku sudah sering ke sini dan nggak pernah lihat kamu. Ayo cepetan!! Ntar aku telat ke kantor!” seru Sheila. “Itu motorku!!” Sheila menunjuk motor matic di deretan depan. Tukang parkir itu pun segera mengeluarkan motor Sheila dengan cepat. Mungkin dia juga takut Sheila terlambat. “Nona tinggal di sini?” tanya si tukang parkir. “Nggak. Pa - maksudku mantan pacarku yang di sini. Sekarang aku sudah nggak punya pacar lagi.” “Oh, baru putus ya, Non?” “Iya,” jawab Sheila dengan raut sedih. “Eh, ini ngapain bahas masalah pribadiku?? Udah aku mau berangkat dulu. kalau telat bisa diomeli aku!” Sheila segera menaiki motornya. “Makasih ya, Pak!!” serunya riang. Sepertinya sakit hatinya sudah jauh berkurang setelah terpeleset tadi. Sheila bekerja di kantor yang bergerak di bidang seafood. Lebih tepatnya perusahaan tempat Sheila bekerja membeli ikan hasil tangkapan nelayan lokal dan dijadikan makanan kaleng atau frozen food. Dan sebagian lagi diimpor ke Jepang dan Amerika. PT. Karunia Laut namanya. Sheila bekerja sebagai staf pajak dan akunting. Seharian ini Sheila tidak fokus bekerja. Beberapa kali dia salah input data, membuat pekerjaannya molor. Biasanya dia akan pulang pukul lima atau enam sore. Hari ini, dia terpaksa harus pulang pukul delapan malam. Badan lemas dan capek. Mata mengantuk. Dan perut keroncongan adalah komplikasi menyeramkan yang dialami Sheila sekarang. Dengan kaki lemas, dia berjalan menuju motornya. Ternyata parkiran belum sepenuhnya kosong. Masih ada beberapa motor dan mobil terparkir. Entah apa yang para karyawan itu kerjakan. Sepertinya mereka memang karyawan teladan dan giat. Saat hendak meraih helm, tiba-tiba saja Sheila mencium aroma harum ikan bakar. Inginnya dia mengabaikan saja. dia memilih makan mi instan di kos. Namun suara perutnya yang meraung-raung membuatnya menyerah. Dia pun memutuskan untuk berjalan ke arah penjual seafood bakar di sebelah kantornya. Sebelah kantor Sheila berjajar segala macam penjual makanan. Pemilik lahannya membuatnya seperti food court kecil. Sungguh cerdas karena di sekitar sini sangat banyak kantor membuat food court itu selalu ramai dengan para karyawan. Sheila memasuki area food court dengan mata berbinar. Dengan cepat, dia melangkah menuju penjual bakso beranak. Lho? Bukannya di mampir karena mencium aroma ikan bakar? Yup benar sekali! Tapi melihat antrian ikan bakar yang mengular, Sheila memilih bakso saja, menghemat waktu. Karena meski antri, tapi bakso sudah matang, tinggal tuang. Berbeda dengan ikan bakar yang masih harus dibakar dulu. No! Sheila sudah sangat lapar dan mengantuk. Sheila menatap sekitar, mencari bangku yang masih kosong. Hanya ada di sebelah tengah dan pojok karena semua sudah terisi. Sheila memilih yang berada di tengah agar penjual bakso bisa melihatnya. Lagipula, dia bisa mendengar teriakan abang baksonya. Dan betapa terkejutnya Sheila saat melihat siapa yang duduk di depannya. Si tukang parkir!! Ih, kenapa bisa ingat? Jelas saja ingat karena tukang parkir yang satu ini memiliki tinggi badan yang tidak umum. Dia sangat tinggi dan kulitnya sangat bersih meski tidak seputih aktor Korea. Pandangan mereka pun bertemu. Dan Sheila dengan tidak berdosa bertanya, “Kamu juga jaga parkir di daerah sini?” “Hah??” “Ish! Untung aja kamu cakep meski pendengaranmu agak berkurang. Nggak apa-apa. Yang sabar ya.” Dan tukang parkir itu hanya bisa melongo.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
212.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.4K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.3K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.8K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook