Kedua tangan Neeta bergetar saat sebaris kalimat yang Giandra ucapkan menerobos masuk ke dalam indra pendengarannya. Kepalanya senantiasa menunduk menatap pahanya sendiri. Rasanya tak sanggup bagi Neeta untuk menatap pria itu sekarang. Berulang kali Neeta meyakinkan diri. Jika semua yang terjadi sekarang hanyalah sebuah mimpi. Rasanya terlalu menyakitkan. Kenapa mereka semua memperlakukan Neeta seperti ini? Neeta memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dengan perlahan. Menatap Giandra yang duduk tepat di seberang. Matanya bergetar seolah menyesali semuanya. Tapi, apa gunanya sekarang? “Jadi, kamu sama sekali nggak kehilangan ingatan? Selama ini kamu hanya menipuku dan memanfaatkan aku. Begitu?” tanya Neeta dengan suara bergetar, meski dalam hatinya mati-matian berharap jika Giandra