bc

Bukan Karena Pilihan

book_age18+
720
FOLLOW
2.9K
READ
revenge
fated
dominant
tragedy
no-couple
serious
mystery
office/work place
another world
virgin
like
intro-logo
Blurb

SUDAH TAMAT

cerita baru bukan karena unik, hanya serangkai kata sebagai curhatan kenangan masa angan-angan. ^^

JANGAN LUPA TAG LOVE buat yang suka cerita yang paling greget & membingungkan. ^^

****

Jangan pernah merasa bosan dengan cerita berunsur tema perjodohan, mengganti kerugian, jaminan, dan lain-lain. Kali ini cerita masih menyangkut dengan tema pemilihan untuk dijadikan seorang istri.

Bukan tema pencemaran nama baik atas tema kisah yang tak layak dijadikan kisah cerita. Ini hanya cerita fiktif, hanya halusinasi.

Bagi yang tidak suka dengan cerita bertema seperti ini, bisa di skip. Karena cerita ini tidak menarik atau bukan cerita terbaik ^^

LANGSUNG SAJA KE INTI CERITA BAGI YANG PENASARAN DENGAN KISAH INI ^^

publish tanggal : 11 Oktober 2021

****

chap-preview
Free preview
1. Keputusan.
Aisyah Ratnasari 22 tahun, gadis pendiam tidak memiliki bakat sempurna seperti saudara-saudaranya.  Suatu ketika terjadi bencana untuk keluarganya sendiri. Perusahaan orang tuanya harus mengalami kerugian besar saat menanam investasi bisnis. Karena takut akan jatuh kemiskinan, orang tuanya terpaksa melakukan sesuatu rencana yaitu memilih salah satu tiga anak mereka dijadikan tawanan istri untuk seorang pengusaha kaya raya. Aisyah yang masih kuliah dan bekerja di salah satu kota yang sumpek. Ketika seseorang datang ke rumah mereka. Aisyah sedang mengerjakan tugas mata kuliahnya. Beberapa saat Aisyah dipanggil oleh ibunya untuk berkumpul di ruang keluarga.  "Cepetan! Lambat banget," pinta Helena - Ibunya Aisyah. Aisyah mendekati kedua kakaknya ikut bergabung. Di depan terdapat seorang lelaki tampangnya boleh dibilang tampan karena ditutup oleh rambut kecil rahang yang lebar. Apalagi matanya berbeda warna biru abu-abu. "Ini, Tuan. Anak-anak saya. Silakan sesuai dengan syarat yang Anda inginkan," ucap Helena beri tahukan kepada lelaki yang duduk berhadapan ketiga perempuan itu. Kedua bola mata biru abu-abu itu mulai menatap intens ketiga perempuan yang cantik, manis, putih serta berisi. Lelaki itu menatap mereka berdua, hanya satu orang menatap wajahnya tanpa kedip. Aisyah menatap wajah lelaki itu, bukan karena terpukau atau tampan. Aisyah hanya merasa sedikit kurang menyukai dengan lelaki di depannya. "Siapa nama kalian?" tanya lelaki itu. "Namaku, Lidya Ratnasari, 28 tahun, hobiku mengoleksi baju bermerek, terus aku juga bisa menggambar beberapa busana,” jawabnya, lelaki itu tersenyum "Namaku Meisya Ratnasari, 24 tahun, hobiku banyak, paling suka itu …, film drama Korea. Terus impianku ingin ketemu para artis Korea," lanjutnya Lelaki itu kembali senyum, senyumnya bukan karena tertarik dengan kehidupan dua perempuan itu. Kini giliran Aisyah, Aisyah masih menatap lelaki itu. Kini lelaki itu menatapnya penuh tanda tanya. Helena menyolek putri bungsunya, seketika Aisyah mengedip beberapa kali kedua matanya. "Ya!" responsnya membuat kedua saudaranya ingin mengetuk kepalanya. "Siapa namamu?" tanya Lelaki itu. "Aisyah Ratnasari," jawabnya datar "Berapa umurmu?" "22 tahun, tidak memiliki kemampuan apapun," jawabnya lagi Helena menepuk jidatnya, Helena merasa menyesal melahirkan anak perempuan yang paling bodoh. Lelaki itu mangut - mangut. Lalu dia sedang membisikkan pada seseorang di sebelahnya. Lelaki itu kemudian pergi meninggalkan tempat itu. "Begini, Bu Helena. Untuk pemilihan sudah ditetapkan, yang menjadi istri, Tuan David adalah ...." Mereka berdua berharap terpilih adalah Lidya dan Meisya. Aisyah masih posisi tidak merespons apapun, sebab Aisyah hanya memikirkan perkuliahan dan masa depannya setelah lulus nanti.   "Nona Aisyah, silakan ikut dengan saya," ucap Antonius kemudian. Aisyah tertegun dan mendongak, dia tidak percaya apa dia dengar tadi. Antonius menunggunya untuk disambut kembali. Lidya dan Meisya terkejut bahkan mereka berdua shock akan jawaban dari lelaki tua itu. "Apa? Kenapa harus Aisyah? Dia tidak mempunyai kelebihan, bukankah syarat yang ditentukan oleh Tuan David tadi—" protes Lidya. "Memang benar, Tuan David memberi persyaratan seperti itu, akan tetapi, saya minta maaf, Nona Lidya. Ini perintah dan pemilihan dari Tuan David. Nona Aisyah silakan …." Aisyah masih belum sepenuhnya menerima, entah kenapa dia merasa senang saja, tanpa ragu pun dia berdiri, dan para bawahan menyambut Aisyah dengan baik. Aisyah sendiri tidak mengerti kenapa harus dirinya. Kenapa bukan saudaranya. Di mobil, David sudah menunggu lama kehadiran gadis itu. Ketika Aisyah masuk ke mobil,  David meraih tangan tangannya, Aisyah tertegun dalam kebisuan. Selama perjalanan menuju kediaman David, Aisyah pun memberanikan membuka percakapan sebagai perkenalan. "Kenapa Anda memilihku, kenapa tidak Kak Lidya atau Kak Meisya. "Karena kamu lebih pantas jadi istri terbaik di keluargaku nantinya," jawab David. "Aku tidak memiliki kemampuan apapun, bagaimana bisa menjadi istri yang baik?" Pertanyaan kembali terlontarkan. "Suatu saat nanti kau memilikinya." "Saya tidak kenal Anda, apa bisa menikah tanpa cinta?" Pertanyaan itu terus yang Aisyah keluarkan. "Bisa, jika kau menuruti segala perintahku. Jangan terlalu banyak pertanyaan, masih syukur aku memilih dirimu daripada saudara-saudaramu itu," ucap David tegas.  **** Aisyah keluar dari mobil, David melangkah masuk ke rumah yang sederhana namun halamannya luas, desain interiornya benar mirip seperti luar negeri. David memang menyukai keunikan bangunan. Selain luas, halamannya seperti lapang golf. Jika kegiatan di pagi hari, David suka melakukan olahraga golf di rumah daripada harus pergi jauh tempat dengan cahaya terik matahari panas itu. Bukan itu saja, masih banyak di dalam rumah. Jika ingin berolahraga ringan juga ada, segalanya milik David lengkap. Kolam berenang juga ada. Permasalahan sekarang ini adalah Aisyah, dia masih  kuliah dan bekerja. Jika sudah di pilih menjadi istrinya David, apa bisa Aisyah keluar masuk dari rumah hanya untuk kegiatan sehari-hari. Aisyah memasuki rumah interiornya yang unik. Beda dengan rumah yang pernah dia tinggal. Tidak terlalu semak di matanya. Lampunya sesuai dengan warna di dinding, terasa berada di dunia alam sendiri. Aroma di rumah juga sejuk, David mengambil minuman, di sana Antonius sudah mempersiapkan semua barang milik Aisyah. "Tuan, saya sudah menyiapkan Tuan perintahkan," lapor Antonius kepada Tuannya. "Baiklah, kau boleh keluar," pinta David "Baik, Tuan." Antonius keluar dari rumah itu, Aisyah masih berdiri di tempat namun matanya tidak berhenti melihat struktur dekorasi yang unik itu. "Apa yang kau lakukan di sana. Kemari, lah." David menyuruh Aisyah duduk di sebelahnya. Aisyah masih ragu, karena ia belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. "Aku tidak akan menyakitimu." Aisyah mulai melangkah kaki maju ke depan. Pria itu  menarik lengannya secara kasar, sehingga dia terduduk di pangkalan pahanya. Jaraknya sangat dekat buat Aisyah tidak berani menatap wajahnya. David memegang dagu perlihatkan wajahnya. Mata Aisyah malah mengarahkan tempat lain. "Tatap mataku!" titah David dingin. Kedua bola mata Aisyah mulai menggerakkan arah wajah pria itu begitu menyeramkan, warna biru abu-abu membuat Aisyah merinding ngeri sekujur tubuhnya. "Setelah menikah nanti, kau harus melakukan apa yang aku perintahkan. Jika aku tidak menyuruhmu melakukan atas perintah. Jangan kau lakukan termasuk keluargamu itu. Kau mengerti!" Aisyah diam, lalu menggerakkan kepalanya. Pria itu tersenyum tipis membuat Aisyah kesusahan menelan air liurnya.  Dua bola mata Aisyah melebar sempurna, David tengah mencium bibir tidak pernah disentuh oleh siapa pun. Tidak sengaja pria itu menggigit bibirnya. Membuat ia meringis nyeri. "Akh!" desisnya. David melepaskan ciuman itu, darah segar mengalir di bibirnya. Aisyah ingin menangis namun dia menahannya. "Maaf, terlalu gemas. Kau belum pernah melakukan cara ini?" tanya David pada Aisyah. Aisyah menggeleng. Pria itu mengerti, di jilat kembali darah yang terus mengalir di bibirnya. Aisyah mengerutkan matanya untuk menahan rasa nyeri itu. David bisa melihat wajahnya menahan rasa sakit di bibir saat ia menggigitnya. Rasanya manis, benar sangat manis. batinnya. Aisyah berada di salah satu kamar, kamarnya luas seperti ruang tamu. Ada televisi, DVD, sofa, selayaknya apartemen. "Ini kamarmu. Apa kau menyukainya?" David bersuara membuat Aisyah terperanjat kaget. "Iya, suka," gugupnya. "Untuk masalah kuliah dan kerjaanmu. Kamu tenang saja, mereka akan terus mengikutimu. Jangan pernah berbuat macam-macam di luar. Sampai aku mendapat berita dari mereka. Maka kau akan habis aku buat." Aisyah menelan air liurnya, kehidupannya terancam. Bukan terancam tapi semakin berat. Selama kuliah dan kerja, anggota Antonius selalu mengamati dan mengawasi gerak – geriknya selama di luar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

My Secret Little Wife

read
94.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook