Prolog

325 Words
Zea El-Nanda Amran, Mahasiswa semester akhir yang tak kunjung selesai skripsinya karena dipersulit oleh Dosen pembimbingnya sendiri. Gadis 22 tahun itu dikenal sangat ambisius. Prestasinya mengalir deras sepanjang masa kuliah, dan IPK-nya selalu nyaris sempurna hingga membuatnya jadi kebanggaan para Dosen di Kampus. Namun sayangnya, keberuntungan seolah menjauh di penghujung studinya. Di semester terakhir, ia harus berhadapan dengan Dosen kejam yang ditakdirkan menjadi pembimbing skripsinya. Refaldi Alfiansyah. Di mata mayoritas mahasiswa, ia dikenal sebagai Dosen yang profesional dan cukup menyenangkan. Tapi entah kenapa, sejak menjadi pembimbing skripsi Zea, sikapnya berubah total. Ia menjadi keras, dan seolah sengaja mempersulit setiap proses yang Zea jalani. Zea tidak tahu apa penyebabnya. Yang pasti, ia merasa tak pernah berbuat salah. Selama ini, ia selalu menjadi mahasiswa yang rajin, sopan, dan menghargai dosen. Ia tak pernah membantah, tak pernah mencari masalah, bahkan selalu menjaga sikap dan etika dalam setiap interaksi. Namun entah kenapa, justru di akhir perjuangannya, Tuhan memberinya ujian paling berat, hingga sempat terlintas dalam benaknya untuk mengakhiri segalanya. Zea bersumpah, berurusan dengan Aldi adalah kesialan terbesar dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar, ia lebih memilih membantu orang tuanya bekerja daripada harus kuliah dan dipaksa berhadapan dengan sosok yang kini ia anggap sebagai iblis berwujud manusia. "Tulisan kamu nggak layak disebut skripsi. Hancur. Mahasiswa berprestasi seperti kamu seharusnya bisa bikin karya ilmiah yang jauh lebih baik. Ini mah, anak semester satu juga bisa." Ucapan itulah yang menjadi titik balik dalam hidup Zea. Kata-kata yang meruntuhkan kesabaran yang selama ini ia jaga. Sejak hari itu, ia tak lagi peduli pada etika maupun sopan santun. Zea berubah menjadi pribadi yang mudah tersulut emosi, tak segan membalas ucapan dengan nada tinggi, bahkan sering kali membantah Aldi secara langsung. Namun alih-alih membuat segalanya lebih baik, sikap itu justru membuatnya semakin tersiksa. “Ya Allah... siapa pun wanita yang Engkau takdirkan menjadi istrinya, semoga Engkau anugerahi kesabaran seluas samudra.” Itulah doa yang selalu Zea bisikkan dalam hati setiap kali ia lelah menghadapi Aldi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD