Aku menatap wajah kak Alfath yang tengah mengobati kakiku. Tak hayal, tiba-tiba jantungku berdetak kencang. Aku berdebar melihat wajah tampan nan seriusnya. Sampai sakit di kakiku malah tidak berasa sama sekali. "Ini nih kalau apa-apa gak diluruskan, malah kabur-kaburan. Kamu sendiri yang terluka," omel Kak Alfath. "Adiva, setiap kejadian itu memungkinkan kesalah pahaman, jadi jangan kabur-kaburan. Tanya dulu benarnya yang mana!" ucap Kak Alfath lagi. "Tapi, manusia banyakan gak jujur, kak," cicitku. "Kamu memandang manusia tidak jujur, sejatinya itu tengah mencerminkan dirimu. Kamu merasa dirimu pembohong, maka kamu akan menganggap orang lain bohong," jelas Kak Alfath. Aku menganggukkan kepalaku. Bagaimana aku masih ragu sama Kak Alfath yang baiknya minta ampun. Kalau sekedar pencitr