Senin keesokan harinya, Malika dan Rivaldi akhirnya ikut datang ke sana setelah Nandita menelepon mereka. “Kalian kesulitan menemukan hotelnya, ya?” tanya Dita penasaran, karena kedua orang itu datang terlambat satu jam dari waktu yang sudah ditentukan. Malika berdeham malu-malu. “Tidak juga. Kami hanya sempat melihat-lihat pemandangan di sepanjang jalan. Saking terlalu menikmatinya, aku lupa mengirim pesan.” Drian mendatarkan mata malas. “Sudah kuduga. Kalian benar-benar keterlaluan! Bulan madu juga ada batasnya. Bagaimana bisa melupakan kami?” “Hush! Drian!” tegur Nandita cepat, menoleh ke arahnya dengan kening bertaut kesal. “Jangan begitu. Kami memang yang salah. Maaf, ya!” balas Malika cepat, terkekeh tak enak hati. Untungnya acara ke panti asuhan dilakukan di siang hari, makany

