“Malika? Kamu kenapa? Hamil, ya?” tanya Harima yang seperti sebuah de javu di telinga Malika. “Jangan bicara sembarangan! Aku hanya pusing sedikit karena semalam kurang tidur. Jalan santai tadi membuatku agak sedikit terkuras juga. Rasanya perutku berputar-putar. Kepala juga agak pening,” terang Malika santai, menutup keran di depannya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Harima akan masuk ke toilet dan mendapatinya muntah. Siapa pun yang melihatnya pasti akan berpikiran sama dengan wanita kecil itu. Malika tidak bisa tahan lagi dengan dugaannya. Dalam waktu dekat, dia harus memastikan kondisi tubuhnya. Karena terlalu sibuk dan memikirkan banyak hal, Malika tidak sempat melakukan tes mandiri dengan kondisi tubuhnya. Kalau dia benar hamil, lalu apa yang harus dilakukannya kelak? Di

