“Wuah! Sabtu malam di kota ini memang beda, ya?” komentar Nandita yang melihat banyak lampu-lampu di jalanan terkenal New York. “Kamu norak sekali. Memangnya ini pertama kali kamu datang ke sini? Tidak, kan?” sindir Drian ketus. Nandita terkekeh mendengarnya, lalu nyengir ke arah Malika dan Rivaldi yang tampak bergandengan tangan sangat mesra dan akur. “Aku tidak menyangka kalau mereka cepat baikan juga, ya?” bisik Anita kepada Damar. “Kenapa? Kamu ingin mereka berdua bertengkar terus, dan kita menjadi penjaganya?” Anita cemberut. “Kamu suka kalau mereka bertengkar, kan? Punya alasan untuk bersamanya seperti sekarang?” Damar menghela napas berat. Dia lalu mencubit sebelah pipinya gemas. “Kamu juga jangan terlalu cemburuan. Kamu lihat sikap Malika yang seperti itu? Dia membuat suaminy

