Anggun dirawat di rumah sakit sudah beberapa hari lewat, hari Sabtu ini mereka semua datang berkunjung untuk menjenguknya. Rombongan itu cukup ramai dan membuat Anggun terharu. “Terima kasih sudah menjaga Kinnan selama aku belum sadar. Aku betul-betul berterima kasih, Malika,” ucap Anggun dengan suara serak dan tidak bersemangat. Dia masih lemah di tempat tidur dengan perut yang dibalut dengan perban. “Tidak apa-apa. Kinnan juga adalah orang yang berarti bagiku. Dia sudah seperti putriku sendiri. Kamu tidak perlu berkata demikian,” balas Malika dengan senyum sedikit canggung, karena di depannya saat ini, Rivaldi sedang duduk dan menggenggan tangan wanita itu. Kenapa dia harus mengganggam tangannya segalanya? Apakah itu perlu? Malika bertanya-tanya dalam hati. Ingin rasanya marah sekali

