“Undangan untuk keluarga kamu ada di kamar, seratus cukup?” tanya Rasya ketika mereka berdua masuk ke dalam rumah. Seharian ini entah sudah berapa kali Yura menghela napas panjang. Pasalnya pandangan orang-orang terhadapnya sangat berubah. Mereka yang tidak pernah akrab sebelumnya langsung menyapa dan sok akrab. Pak Alfi, atasannya terlihat segan terhadapnya, juga rekan-rekan kerjanya yang biasanya sibuk bergosip tentang peraturan perusahan dan lain sebagainya, kini sibuk bercerita tentang kebaikan perusahaan. Hanya Mia yang tak berubah karena dia tahu lebih dulu tentang pernikahan Yura. “Aku enggak punya keluarga tersisa, Mas. Seluruh keluarga dari Nenek dan juga keluarga ayah, meninggal satu persatu,” ucap Yura menunduk sedih. Ingin Rasya membelai rambutnya ketika mendengar cerita mem