Sambungan telepon itu masih terhubung, Shintia merasakan deg-degan sendiri setelah menumpahkan isi hatinya pada Pak Nizam. Tapi, pria paruh baya yang kini di ujung telepon belum memberikan reaksi apa-apa pada putrinya. 'Kenapa Papa diam? Apa Papa marah, atas penjelasan yang selama ini aku rasakan?' 'Semoga saja tidak. Aku tidak mau kalau sampai Papa marah lagi padaku, aku sudah bahagia Papa tadi memanggilku dengan kata lembut, Nak. Aku tidak mau kehilangan momen seperti saat ini, mendengar Papa mengkhawatirkan diriku saja seperti mimpi yang menjadi nyata,' batin Shintia penuh ketakutan, kalau Pak Nizam akan marah dan mengabaikan dirinya lagi. Nyatanya tidak, pria paruh baya itu telah banyak menyadari kalau dirinya selama ini telah banyak melakukan kesalahan. Ada hikmah baik yang di dapa