Suara dering telepon terus saja memenuhi kamar inap hotel, yang di tempati Ara dan Reza. Ara yang tadinya masih menutup mata, mulai membuka kedua netranya. Dalam keadaan lemah, dan tidak bertenaga ia merasa penasaran siapa yang menelepon dirinya. Tiba-tiba bayangan sosok Papanya muncul di pelupuk mata, jadi, ia merasa yakin kalau yang menelepon dirinya adalah Papanya. 'Siapa yang telepon?' lirih Ara, seraya berusaha bangun dan duduk di atas kasur. Sesaat Ara melihat sekitar, dan baru teringat kalau yang ditempatinya saat ini bukanlah kamarnya. Ia merasa kalau kamar hotel rasanya sepi, dan sunyi. Ia juga tidak menemukan sosok suaminya di dalam kamarnya. Ketika Ara hendak mengambil ponsel miliknya dengan turun dari ranjang, ia langsung terjatuh. Karena lemahnya dirinya saat ini, ia pu