"Istriku?" Tanya Leebin sambil tersenyum menatap wajah manis Melisa. Gadis itu mengangguk cepat sambil memeluknya erat sekali. "Gue pasti pulang!" Sahutnya segera, dia bahagia sekali. Gadis itu menerimanya, Melisa yang dia inginkan, telah menerima perasaanya. Semakin jelas hubungan antara mereka berdua. "Tapi jangan marah-marah sama gue, kalaupun lu bakal nikah sama gue! Lu tahu kan gue pemalas, dan males di cerewetin mulu." Ujar gadis itu padanya. "Nggak akan Mel, marah palingan cuma bentar kok. Nggak lama, serius!" Ujarnya sambil tersenyum menciumi bibir gadis itu. Sudah lama Leebin tinggal di sekitar rumah Melisa, bahkan teman sekaligus tetangganya itu acap kali pergi membelikannya pembalut, atau jamu kunyit. Tidak malu sama sekali, dan setiap ditanya sama pemilik toko, atau kas