"Are you serious Mariah?"
"Yap, dia bertanya pada ku kita mengadakan pesta dimana, oh aku sangat menyukai dia." Mariah bicara pada Cindy dengan sangat bersemangat.
"Hmm-- kau punya banyak saingan jika jatuh cinta pada pria itu."
"Aku tidak peduli, aku sangat menyukainya, sangattttt." Mariah tersenyum saat melihat Damon masuk ke dalam kelas, ia mengedarkan matanya yang membiru dan sungguh pria itu berhasil membuat hatinya menghangat.
"Ahhh--- Ruth." Teriak Mariah sat melihat gadis itu ikut masuk kesana dan memperhatikan wajah kusut Ruth.
"Hey baby, kenapa wajah mu kusut sekali? Kita baru saja berpesta akhir pekan kemarin." Mariah memperhatikan Ruth duduk di samping nya lalu meletakkan kepalanya yang terasa berat.
"Oh ya, kemarin kenapa kau tiba-tiba menghilang? Bahkan kau meninggalkan mobil mu." Ucapan Mariah membuat Ruth penasaran dan ia langsung menaikkan kepalanya ke arah Mariah.
"Apa kau tidak tau siapa yang membawa ku pulang?" tanya Ruth melihat wajah Mariah dan Cindy secara bergantian. Mereka menggengkan kepala lalu melihat Nial masuk ke dalam kelas dan duduk tepat di belakang Ruth.
"Apa kau pulang bersamanya?" tanya Cindy penasaran sambil melihat Nial.
"Oh ayolah, dia bahkan mencari Ruth." Ucap Mariah ikut penasaran dengan apa yang terjadi malam itu.
"Ruth, are you okay?" Nial menyentuh bahu gadis itu membuat Ruth lngsung menepisnya, sungguh ia tidak suka seseorang pria menyentuhnya demikian, apalagi mengingat bagaimana Nial ingin memanfaatkan keadaan kemarin.
Ctakkk!!! Mereka melihat ke arah Damon yang menekan pena miliknya ke atas meja hingga patah.
"Kenapa dia?" tanya Cindy lalu melihat teman-teman yang lain ikut memperhatikannya. Damon beranjak dari tempat itu,meraih tas nya dan berjalan ke depan untuk meninggalkan kelas.
Tapi, Seorang gadis menghalanginya dengan cepat membuat Damon sejenak terhenti.
"Damon sebentar, aku ingin bicara pada mu." Gadis itu terlihat gugup dan tersenyum malu disana, ia melihat keadaan sekitar lalu melihat betapa tegapnya pria tersebut.
"Bicara apa? Cepat !" Damon terdengar dingin dan ia terus memperhatikan gadis yang tampak semakin takut sekaligus gugup itu. Tiba-tiba gadis itu menyodorkan sebuah surat dan coklat padanya membuat isi kelas tampak bersorak.
"Aku menyukai mu Damon." ucap gadis itu dengan suara yang lantang lalu tersenyum cantik ke arah Damon yang langsung menoleh ke arah Ruth dan kumpulannya.
"Ohh dia melihat ke arah ku." Mariah membatin lalu melihat mata hazel itu kembali berputar ke arah gadis yang berdiri di depannya dengan wajah yang campur aduk.
"Bagaimana pendapat mu?" tanya gadis itu kembali sembari menyisipkan rambutnya di balik telinga. Damon menelan Saliva nya dengan kuat, berfikir sejenak untuk hal ini.
"Sorry." Damon langsung begeser dari tempat itu lalu melewati gadis tersebut dengan cepat. Ia tampak sangat tidak peduli dan itu malah membuat Mariah semakin merasa spesial, sementara Ruth hanya diam lalu fokus pada ponselnya.
"Hey Damon." Panggil seorang gadis dengan wajah tenang. Pria itu tersenyum dan langsung mendekat untuk membantu gadis itu membawa buku-bukunya.
"Apa ini yang kau bilang kemarin Sonya?" tanya Damon dengan wajah sangat senang lalu melihat gadis itu mengangguk dengan pasti.
"Yah, aku rasa kau bisa mendapat referensi dari gambar-gambar disana. Oh ya kau tau? Nanti malam aku akan berkencan." Ucap Sonya memasang wajah merah pada Damon, sahabatnya.
"Kencan? Apa pria kemarin?" tanya Damon penasaran, ia menggigit bibirnya sambil melihat anggukan yang sangat semangat dari gadis itu.
"Hm--- aku rasa dia tidak sebaik yang kau fikirkan. Tapi jaga diri mu, okay." Damon tampak memperingati Sonya agar ia tidak terlalu mempercayai sosok Neels, ia cukup tau siapa pria itu.
"Kau hanya cemburu karna tidak memiliki pasangan." celetuk Sonya sambil menatap wajah dingin Damon, pria itu diam saat melihat Ruth melewatinya tanpa ekspresi.
"Ya sudah aku ke kelas ku dulu, aku sudah terlambat. Bye." Damon mengangguk sembari memasang kacamata nya kembali, ia melihat Nial ikut melewatinya dan berjalan cepat menuju ke arah Ruth yang hampir menghilang dari pandangan nya saat ini.
Ruth terkejut saat sebuah tangan meraih nya dan langsung membenturkan ia di sudut tembok sembari mengunci pergerakannya. Ia menatap sosok yang tidak ia sukai sangat dekat membuat Ruth ketakutan.
"Nial, mau apa kau?" tanya Ruth sembari menelan Saliva nya dengan kuat. Ia melihat Nial tersenyum dengan menang lalu berusaha mendekatkan dirinya ke arah Ruth.
"Kau cantik sekali Ruth. Apa kau mau menjadi pacarku?" tanya Nial sembari mengusap rambut gadis itu dengan lembut.
"Nial tolong jauhkan tangan mu atau aku akan teriak." Ruth semakin mendekatkan dirinya pada tembok berharap ia bisa kabur.
"Aku akan lepaskan jika kau mau jadi pacarku, Ahh-- aku ingin sekali mencium mu." Nial membuat Ruth ketakutan, Ia mendorong pria tersebut dengan kekuatan penuh hingga akhirnya ia merasakan tubuh pria itu menjauh secara mendadak.
Damon menghentam wajah Nial dengan tangan nya yang kuat membuat pria itu langsung terpental cukup jauh. Nial melihat wajah dingin lalu Damon lalu mengusap sudut bibir yang tampak berdarah.
"Damon." Panggil Ruth dengan suara yang merasa sangat tertolong dan melihat pandangan mata hazel itu terarah kepadanya. Sungguh mata yang tajam dengan penuh amarah.
"Aku rasa kau punya urusan dengan ku." Damon membuat Nial tersenyum tipis, ia tidak menyangka Damon tampak bereaksi saat ia mengganggu Ruth.
"Tampak nya King Ice kita ini mulai mencair." Nick banyak berfikir tentang apa yang sedang ia hadapi saat ini, oh itu tidak akan menyelesaikan masalah jika berani pada anak penguasa Los Angeles bukan.
"Sampai nanti Queen." Ucap Nial pada Ruth sembari mengedipkan matanya dan menjauhi mereka secepat kilat.
Damon melirik ke arah Ruth lalu mendekati gadis itu dan meraih tangannya. Ruth menurut dan mengikuti kemana arah pria itu berjalan membawanya sekarang.
Damon membuka pintu mobilnya dan mendorong Ruth untuk segera masuk ke dalam sana agar orang-orang tidak melihat mereka, dan Damon cukup merasa beruntung karna di jam itu mahasiswa tidak terlalu ramai karna jam kuliah yang masih berlangsung.
"Damon."
"Aku membantu mu bukan karna aku peduli. Ini hanya tugas ku karna permintaan daddy." Damon berkata sangat pedas membuat hati Ruth lagi-lagi harus terluka. Ia diam dan menelan Saliva untuk beberapa kali lalu menunduk dan menekan kukunya hingga terasa sakit.
"Sorry Ruth, Sorry." Batin Damon lalu menjalankan mobilnya entah kemana bersama gadis itu.
"Aku ingin minum, ya minum yang sangat banyak. Apa kau mau membawa ku pulang setelah aku mabuk?" tanya Ruth tiba-tiba membuat pria itu langsung melirik ke arahnya dengan pandangan tidak suka.
"Apa aku harus terus mendapatkan pelecehan agar kau mau membantu ku?" Batin Ruth sembari menatap sudut wajah pria tersebut. Kemana canda tawa pria itu? Kenapa dan sejak kapan semua berubah lalu menjadi seperti ini. Ruth bertanya-tanya kenapa Damon berubah beberapa tahun ini terhadap nya, apa dia membenci ku hingga harus seperti ini?
"Apa kau ingin aku membawa mu pulang? Aku tidak jamin kau selamat." Jawab Damon dengan spontan lalu menghela nafasnya yang terasa berat.
"Aku rasa aku tidak peduli tentang selamat atau tidak. Aku menyukai mu Damon." Batin Ruth sambil menunduk tanpa menjawab ucapan pria tersebut.
"Ya, jika aku yang membawa mu pulang aku rasa kau akan di hukum ayah mu, aku yakin dia tidak akan suka anak perempuannya mabuk." Damon berusaha berdalih lalu melihat sedikit wajah Ruth yang tetap diam di tempatnya.
"Ruth jangan bodoh, jangan berharap. Dia membenci mu." Ruth terus membatin lalu melihat jalan-jalan yang tampak ramai sembari memejamkan matanya yang terasa lelah.
"Aku akan membawa mu pulang, manaikkan tubuh mu ke ranjang ku dan menatap wajah mu dengan sangat dekat, pergilah Ruth aku akan menjadi pria pengecut untuk itu." Batin damon sembari tersenyum tipis dan fokus pada kemudi mobilnya. Tiba-tiba ia memberhentikan mobil di sudut jalan membuat gadis itu kembali terbangun
"Kau sudah cukup jauh dari Nial, turunlah." Perintah Damon membuat Ruth membelalakkan matanya.
"What ?? Kauu ????? s**t mobil ku di kampus."
"Aku bisa menyuruh siapapun untuk mengambil mobil mu dengan selamat asal sekarang kau turun." Mata mereka bertemu dan kini kedua nya tampak saling mengancam, Ruth ingin sekali meninju wajah itu dengan kuat agar ia tau bagaimana perasaannya saat ini.
"Dasar pria breng---" Damon mendekati Ruth seperti ingin memeluknya membuat ia terdiam dan memasang wajah merah.
Ceklek!! Damon mendekat ternyata untuk membuka pintu mobil itu dan ia mempersilahkan Ruth untuk segera keluar. Gadis itu menatap tajam wajah Damon kembali sembari menahan seluruh amarah nya.
"Lihat saja kau, aku akan membocorkan semua ban mobil mu besok." Batin Ruth lalu keluar dari mobil itu dengan cepat.
"Hey, tutup pintunya." Teriak Damon dengan kuat lalu melihat gadis itu membanting pintu mobilnya dengan kencang. Ia tertawa lalu segera menjalankan mobilnya dengan cepat tanpa peduli bagaimana Ruth pulang.
"Sorry Ruth, aku harus membereskan seorang sampah malam ini." Batin Damon sembari memegang kemudi mobilnya dengan sangat kuat mengingat perlakuan Nial terhadap gadisnya.