impas

1518 Words
"Apa kau pernah bercinta sebelumnya  Ruth?" pertanyaan Damon membuat Ruth terdiam, ia menatap wajah pria yang kini mengunci pergerakannya dengan nanar tanpa bisa bernafas lebih panjang. "Damon apa yang kau tanyakan ? Aku akan mengadu pada daddy mu dan Ayah." Damon tersenyum lembut, entah kenapa wajah pria itu tampak berbeda dari biasanya dan ia mencium Ruth dengan dalam, ia menggigit bibir gadis itu dengan kuat dan mencari lidah liar yang berusaha menghindar. Namun bukannya Ruth berhasil menghindar pergerakan itu malah membuat keduanya merasa sangat nikmat. "Aku lebih senang jika kau mengadu Ruth." Damon melepas ciuman nya membuat nafas gadis itu terengah sementara tampa henti menatap mata hazel pria itu dengan dalam. "Apa yang kau lakukan Damon ? Apa kau berfikir aku akan membenci mu dengan ini? Kau salah aku malah-----Ahhhh" Ruth mendesah saat pria itu kembali menciuminya dan menyatukan kedua tangan mereka, Ruth meremas kuat tangan Damon dan sialnya ia tidak tahan dan langsung membalas pria itu. "Ruth!!! Ruth!!" Sadarlah Dia tidak mencintai mu." Brakkkk!!!! Ruth mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit lalu memegang sudut ranjang miliknya, perlahan mata biru itu terbuka dan menunduk dalam kekecewaan. "Aku hanya mimpi." Ruth menghela nafasnya lalu mengingat bahwa terakhir kali Damon hanya membawa nya masuk ke dalam rumah lalu meninggalkan ia sendiri di ruangan yang tampak gelap. Lagi-lagi Ruth mengeluh kecewa, apa dia terlalu berharap -- Astaga dia baru saja resmi berpacaran dengan Neels dan bagaimana keadaan pria itu saat ini.  Ruth bangkit dari tempat nya dan melihat jam yang terpajang di dinding kamar. Pukul 3 pagi. Suara nafas Ruth terdengar kasar dan ia tetap berjalan mendekati pintu kamar untuk keluar barang mencari segelas air putih. Ia meraih pakaian tipis yang terlihat seperti kemeja untuk menutupi tubuhnya yang hanya terbalut underwear. Dengan pelan ia melewati kamar Damon dan sejenak terhenti disana, ia menggelengkan kepala lalu kembali berjalan santai. Ia meraih sebuah gelas dan mengisinya dengan air. Lega dan segar. Huhh--- Ruth menyandarkan tubuhnya di tembok dapur lalu memejamkan mata, ia membutuhkan waktu sejenak untuk berfikir di tengah gelap malam ini. Tidak peduli jika kerah pakaian nya jatuh dan mempertontonkan lekuk-lekuk tubuh yang indah. "Apa kau tidak punya kamar untuk tidur Ruth?" Sebuah suara yang berat membuat gadis itu membuka mata dan tercengang. Ia melihat sosok tubuh kuat hanya dengan boxer berjalan santai di sana seperti biasa. "Bukan urusan mu, kenapa kau selalu ikut campur jika tidak peduli pada ku." Gadis itu merapatkan pakaian nya dan beruntung ia tidak menghidupkan lampu hingga Damon mungkin saja tidak bisa melihat tubuhnya yang tadi terekpose. "Apa kau ingin aku peduli Ruth?" Sebuah pertanyaan Damon membuat Ruth menatapnya, ia mendekati ke arah pria itu dan memegang kuat pakaian yang ia takut terlepas. "Apa aku seburuk itu dimata mu Damon ? Apa kau sebenci itu pada ku ? Apa salah ku!! " Ruth bereaksi, ia sudah tidak tahan lagi terus menerus menerima tindakan Damon yang dingin dan di luar batas. Brakkk!!! Damon mendorong tubuh gadis itu di pintu kulkas yang berat, Ia menatap tajam mata Ruth di balik kegelapan lalu merasakan nafas gadi itu mulai terengah-engah kembali. "Apa kau senang saat membenci ku?"tanya Ruth mulai bergetar lalu menitikkan air matanya secara perlahan. "Aku melakukan ini bukan karna aku peduli, sekarang aku mengusap air mata mu juga bukan karna aku peduli dan jika aku menarik mu keluar dari club bersama Neels juga bukan bentuk kepedulian tapii----- 'aku mencintai mu' Damon bernada tinggi namun terhenti saat ingin mengatakan kalimat yang ingin Ruth dengar dari dulu. Kalimat yang membuat jiwanya luluh lantak dan tolong berikan alasan kenapa Damon bertingkah seperti ini. "Semua karna Daddy." Damon berbohong dan melepas pegangan nya dari Ruth lalu melihat gadis itu menunduk kecewa dengan sebuah kenyataan. "Lain kalian jangan lakukan itu, aku akan minum, bersenang-senang, menjalani pekerjaan ku, kuliah dengan bahagia lalu tidur dengan seorang pria." Ruth merasakan tangan Damon kembali menekannya kuat, marah dan tidak suka itu adalah hal yang Damon rasakan saat ini. Disisi lain ia belum siap untuk semuanya namun apakah Damon sanggup melihat Ruth bersama pria lain? "Jika kau ingin melakukannya, katakan pada daddy dan ayah mu! Katakan pada mereka untuk tidak mengusik ku Ruth!! Kau adalah orang yang harus mengatakan semuanya Kalau kau ingin menjadi seorang Pela---Plakkk!!!! Damon terhenti saat merasakan tangan Ruth yang terasa pedas mendarat di wajahnya. Ruth memandanginya tanpa rasa menyesal, ini sudah keterlaluan dan kejam. "Ruth!" panggil Damon saat gadis itu mendorong nya lalu mengusap air mata yang tidak berhenti untuk mengalir. Ia berlari dengan rasa sakit dan kecewa tanpa tau kesalahan apa yang telah ia perbuat hingga Damon memilih membencinya. Ruth membanting pintu kamar, menyandarkan tubuhnya di belakang pintu lalu menangis dengan sangat keras. Ia mencurahkan semua isi hati nya yang sudah sangat lama di sakiti dan kenapa sulit sekali melepaskan perasaan yang menyiksa dirinya saat ini. Sementara Damon berdiam diri di dapur mengeratkan gelas yang terpegang di tangan nya dan meremasnya dengan sangat kuat hingga pecah. Ia tidak peduli jika tangan nya terluka saat ini karna ia sudah melukai seseorang yang seharusnya ia cintai. "Aku ingin melindungi mu Ruth, Sungguh." Damon meletakkan pecahan gelas itu dan melihat beberapa penjaga di luar rumah masuk ke dalam dan melihat Damon yang sedang mengatur seluruh emosionalnya. "Aku tidak apa-apa. Kalian bisa bekerja." Damon melihat orang-orang itu dengan pandangan rendah lalu mendengar langkah kaki itu kembali bergerak menjauh. ________ Keesokan paginya.... Damon tampak mendorong Sonya di satu tempat, kilat camera terus bercahaya dan mengarah ke arahnya dengan cepat. Mereka semua penasaran tentang hubungan Damon dan Sonya yang terlihat selalu akrab namun kedatangan Sonya kali ini terlihat berbeda dari biasanya. "Lihat, apa Tuan Alex kini mengangkat menantu yang cacat?'' tanya seorang wanita yang tengah memegang tas channel edisi terbatas.  Sonya menegang dan merasa tidak pantas berada di satu tempat, apalagi ini adalah pameran lukisan Damon. Pria pemaksa itu benar-benar sulit ia kendalikan hingga Sonya memberanikan diri untuk datang ke lokasi acara yang sudah diisi dengan orang-orang yang menggilai kesenian dan berita. "Tenang lah Sonya. Kita kemari untuk pergelaran lukisan bukan mendengar kata kotor mereka." Damon menyentuh bahu gadis itu dengan kuat untuk memberi kekuatan yang seharusnya. Sonya mengangguk lalu masuk ke dalam lokasi ruangan yang cukup ramai. "Wao.. Lukisan mu sangat indah Damon." Sonya tersenyum mengedarkan pandangan nya sambil merasakan pria itu terus mendorong kursi roda tanpa memperdulikan pandangan rendah dari orang-orang. Degg!!! Damon dan Sonya terhenti sejenak saat melihat sosok yang benar-benar tidak asing berdiri di depan mereka. "Neels." Panggil Sonya pelan membuat Neels dan Ruth bersamaan menatap ke arah sumber suara yang memanggilnya. Damon memandang Ruth tidak berkedip sedetik pun hingga gadis itu menunduk untuk menarik nafas. "Wajar saja ia sangat dingin padaku, pria itu memiliki pacar dan sekarang semua terlihat impas." Ruth melirik ke arah Neels lalu mereka bersamaan saling berjalan untuk lebih mendekat.  Namun saat mereka sudah sangat dekat ternyata baik itu Damon atau Ruth memilih untuk tidak saling mengenal, terlihat asing dan tidak peduli hingga mereka saling membelakangipun keduanya tetap tidak ingin menoleh dan terus berjalan dengan perasaan hancur secara bersamaan. "Maaf Sonya." Damon melihat gadis itu mendongak lalu mengangguk seakan mengerti bahwa memang seharusnya Sonya melihat hal itu untuk mereka saat ini. ________ Damon memarkirkan mobilnya di halaman rumah sembari melihat Ruth berjalan menuju tangga untuk segera masuk. Ia mengedarkan pandangan dan tidak melihat siapapun disana, Neels sudah pulang.  Pria itu turun dari mobil lalu melihat Ruth kembali keluar dari rumah sembari menyodorkan ponsel padanya. "Daddy mu." Ruth bicara ketus sembari melihat pria itu meraih ponselnya dan mendekatkan itu ketelinganya. "Damon, kau dirumah ? Aku ingin minta bantuan mu untuk mengantar berkas ke Youth hotel sekarang." "Ya-- aku di rumah tapi itu cukup jauh daddy dan ini sangat malam." Damon mendengar suara nafas Ruth yang takut karna keadaan rumah mereka gelap gulita secara mendadak. "Ini sangat penting, aku sudah memberi kan cuti kepada orang kepercayaan dan aku percaya pada mu." Alex melirik ke arah Troy lalu menghela nafasnya dengan pelan. Hingga akhirnya Damon setuju untuk mengantarkan berkas itu ke Youth hotel yang memiliki standart yang cukup mewah. "Damon kau mau kemana?" tanya Ruth melupakan kemarahan nya saat ini. "Aku ingin mengantarkan berkas daddy, dan sepertinya aku tidak akan pulang malam ini." Damon membuat Ruth menelan Saliva sembari melihat rumah besar yang sepi dan tidak ada cahaya sedikit pun. "Kenapa kau tidak pulang?" tanya Ruth membuat pria itu mengulum senyuman, ia tau gadis itu takut sekarang. "Itu sangat jauh, dan aku tidak mungkin menyetir 4 jam dalam semalaman."  "Aku ikut." "Tidak. Kau telpon saja pria tadi." "Baterai ku habis." "Bukan urusan ku." "Kau punya mobil, pergi sendiri sana." "Mobil ku rusak." "Tidur di jalan!" "Damon!" Sial kenapa mereka bertengkar seperti anak kecil sekarang. Pria itu menahan senyuman sembari melihat wajah ketakutan Ruth. "Cepat masuk." Ruth tersenyum lalu berlari ke arah kursi penumpang dan duduk bagaikan putri disana. Hingga melihat Damon menjalankan mobil tersebut dengan cepat. Ruth melirik sebuah buku yang ada di depan nya, cukup unik hingga ia perlahan ingin menyentuh dan melihatnya. Tiba-tiba tangannya tertahan saat Damon langsung meraih buku tersebut dan meletakkan buku itu di dekat sisi pintu mobilnya. "Jangan sentuh apapun atau aku akan melemparmu keluar." Ruth diam lalu menyandarkan kepalanya di kaca, melihat jalan-jalan malam yang hanya dihiasi lampu hingga tertidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD