7. MERINDU

1150 Words
Hari ini Irwan ada on air di salah satu stasiun tv swasta. Dia sedang berada di backstage untuk memakai pakaiannya dengan dibantu Intan. “Wan, itu yang di leher kamu apa?” tanya Intan, menatap leher Irwan dengan raut wajah penasaran. Sebelumnya dia tak pernah melihat Irwan memakainya. Irwan memandang lehernya. “Ini? Kalung.” jawab Irwan, menunjuk kalung yang dikenakan di lehernya. “Iya aku tahu itu kalung, tapi kenapa kamu memakainya?” tanya Intan, tak suka. “Ayo lepaskan!” Intan akan melepaskan kalung itu  namun Irwan mencegahnya. “Jangan, Tan,” ujarnya, memegang tangan Intan. Intan menatap tajam Irwan. “Kenapa aku nggak boleh melepaskannya? Kalung itu nggak cocok buat kamu, Wan,” kata Intan, kesal. “Ini pemberian Mama, Tan, aku ingin tetap memakainya,” dusta Irwan. Irwan tak sepenuhnya bohong, karena cincin pertunangannya memang dibeli oleh mama Iis. Dia menyelipkan cincin itu di balik kaos yang dikenakannya sehingga tak ada orang yang melihatnya. “Tapi aku nggak suka kamu memakainya, Wan,” ujar Intan, marah. “Ini kalung aku, Tan, jadi terserah aku mau memakainya atau enggak,” kata Irwan datar. Emosinya ikut terpancing mendengar kemarahan Intan. Entah kenapa Irwan tak rela jika harus melepaskan kalungnya. Intan terkejut mendengar ucapan Irwan. Dia tak menyangka Irwan akan bicara sedingin itu kepadanya. Biasanya Irwan selalu menuruti keinginannya, tapi kali ini dia menolak hanya karena sebuah kalung yang menurut Intan jelek. “Memang kalung itu sebagus apa sih sampai kamu nggak mau melepaskannya?” sindir Intan. Dia tak suka mendengar ucapan Irwan, apalagi tatapan mata Irwan yang tajam kepadanya. Irwan merasa tersindir. Ia akan meledak marah namun tiba-tiba... “Apa yang kalian lakukan?” suara seseorang menghentikan perdebatan Irwan dan Intan. Mereka menoleh dan melihat Alfin menatap mereka bergantian. “Wan, kenapa loe belum ganti baju? Dan elo, Tan, kenapa cuma berdiri di sana tanpa membantu Irwan?” tanya Alfin geram. Dia sudah menunggu Irwan di sebelah panggung sejak tadi tapi Irwan tak kunjung datang hingga membuatnya menyusul Irwan ke ruang ganti. Intan menatap Alfin kesal. “Gue juga sedang membantunya, tapi Irwan nggak mau menuruti gue untuk melepas kalungnya,” adu Intan. “Memang kenapa dengan kalungnya?” tanya Alfin, memandang kalung yang melingkar di leher Irwan. Alfin sudah melihat cincin yang ada di kalung Irwan. Walau dia merasa aneh saat Irwan bilang kalau cincin itu pemberian Mamanya, namun Alfin tak memprotesnya. Dia tak masalah Irwan mengenakan kalung itu asal tidak mengganggu penampilan Irwan. “Gue nggak suka Irwan memakainya, Fin, itu nggak cocok untuk dia,” ujar Intan, kesal. “Udahlah, Tan, biarin aja, toh kalung itu akan tertutup dengan kemeja yang akan Irwan pakai. Nggak akan ada yang tahu kalau Irwan memakai kalung,” kata Alfin, menengahi. Alfin bisa melihat senyum tipis di wajah Irwan. Lalu Intan? Dia sangat kesal mendengar ucapan Alfin. Intan langsung meninggalkan ruang ganti tanpa mempedulikan Irwan dan Alfin. “Sudahlah, Wan, cepat pakai baju lo. Sebentar lagi acaranya di mulai,” kata Alfin, menatap Irwan. Irwan mengangguk dan segera memakai pakaiannya. Dia memoles sedikit bedak di wajahnya agar tak terlihat kusam di kamera.   oOo   Irwan berdiri di jendela kamarnya. Matanya menatap keluar jendela, namun pandangannya kosong. ‘Sudah beberapa kali aku melihat teman-temanmu, tapi kenapa aku nggak pernah melihatmu, Ga? Apa terjadi sesuatu sama kamu? Apa kamu masih marah sama aku?’ batin Irwan dalam hati Irwan menghembuskan nafas kasar. Sejak pertemuannya dengan Ega di tempat konsernya, Irwan selalu memperhatikan penonton yang datang. Dia melihat Lesti dan Ayu di beberapa tempat, tapi tak ada Ega bersama mereka. Entah kenapa perasaannya menjadi tak nyaman. Dia mulai mengkhawatirkan keadaan Ega. Memang sejak kejadian di mall Anggrek itu Ega tak mau ikut Lesti dan Ayu untuk menonton konser Irwan lagi. Berbagai alasan dia berikan untuk menolak ajakan mereka. Ega belum siap untuk bertemu Irwan kembali. Hatinya masih sakit jika mengingat kejadian di mall itu. ‘Ada apa denganku? Kenapa akhir-akhir ini aku sering memikirkannya?’ keluh Irwan dalam hati. “Irwan.” Suara seseorang membuyarkan lamunan Irwan. Dia menoleh dan melihat Alfin berdiri di pintu kamarnya. “Ada apa, Fin?” tanya Irwan, menatap asisten sekaligus sahabatnya. “Semuanya udah siap, Wan. Kita berangkat sekarang?” tanya Alfin, memandang Irwan. “Oke,” sahut Irwan. Irwan mengambil tas kecil di atas ranjangnya dan berjalan mengikuti Alfin keluar kamar. Hari ini dia ada syuting video klip lagu terbarunya. Lokasi syuting yang cukup jauh dari rumahnya membuat Irwan harus berangkat pagi-pagi.   oOo   “Kita mau kemana sih, Les, dari tadi nggak nyampe-nyampe,” keluh Ega, memandang Lesti yang duduk di sebelahnya. Sudah hampir satu jam Ega, Lesti dan Ayu naik angkot dari kampus mereka, tapi sampai sekarang belum sampai di tempat tujuan. Sebenarnya Ega tak ingin ikut mereka. Perasaannya mendadak tidak enak, apalagi kedua sahabatnya tak mau memberitahu Ega kemana mereka akan pergi. Namun karena Lesti dan Ayu terus memaksa akhirnya Ega mengalah. Dia juga merasa tak enak jika terus menolak ajakan mereka. “Bentar lagi sampai kok, Ga. Kita mau ke tempat syuting kak Irwan,” jawab Lesti enteng. “Apa? Kenapa kamu nggak bilang dari tadi?” Ega terkejut mendengar jawaban Lesti. “Karena kamu pasti nggak mau ikut kalau kami mengatakan tujuan kita dari awal,” sahut Ayu yang duduk di sebelah Lesti. Ega mengerucutkan bibirnya, kesal. Sejak awal dia sudah curiga pada sikap Lesti dan Ayu. Ega merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan darinya. Tapi dia tak bisa berbuat apapun sekarang karena mereka sudah pergi sejauh ini dan Ega tak tahu ini di daerah mana.   oOo   Beberapa menit kemudian mereka bertiga sudah sampai di tempat syuting Irwan. Sebuah kampung di dekat danau. Pemandangan di sana cukup indah dengan banyaknya pohon-pohon di sekitar danau. Ega, Lesti dan Ayu bergabung bersama orang-orang yang sedang menonton proses syuting video klip Irwan. Ega berdiri di belakang Ayu untuk menyembunyikan dirinya dari pandangan Irwan. Irwan sedang berakting di tepi danau dengan seorang model video klipnya. “Kak Irwan makin hari makin ganteng ya, Les,” kata Ayu. Matanya memandang Irwan tanpa berkedip. “Iya, Yu. Beruntung banget cewek yang bisa dapatin hati kak Irwan,” sahut Lesti, tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok Irwan. Ega memandang Irwan. Hari ini Irwan memang sangat tampan. Dia mengenakan celana jeans panjang berwarna krem dan kemeja putih lengan pendek dengan kancing yang dibiarkan terbuka, menampakkan kaos putih yang melekat ditubuh atletisnya. ‘Apa Ega seberuntung itu?’ tanya Ega dalam hati. Sepertinya tidak. Ega sadar Irwan mau bertunangan dengannya karena Bunda Rina. Jika Bunda Rina tidak sakit pada saat itu, mereka pasti tak akan pernah bertunangan hingga saat ini. Ega menghela nafas panjang. Hari ini Intan juga ada di sana. Intan selalu berada di dekat Irwan. Ega bisa melihat perhatian yang Intan berikan pada Irwan. Hatiya berdenyut sakit melihat mereka. Cemburukah Ega??? Entahlah... Saat Ega sedang memperhatikan Irwan, Irwan menoleh kearahnya. Walaupun jarak mereka cukup jauh, namun Ega yakin Irwan bisa melihatnya karena dia terus memandang ke tempat Ega berdiri.   oOo  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD