Biantara keluar dari ruang rawat mamanya. Ia berjalan mendekat ke arah Ian yang tengah duduk di deretan kursi yang berada di area depan ruang rawat mamanya. “Mama tidur?” tanya Ian kepada Biantara yang sudah mengambil duduk di sampingnya. “Iya,” jawab Biantara menganggukkan kepala. “Kak Vivian masih di dalam?” “Iya,” jawab Biantara lagi. “Apa yang terjadi?” Ian menghela napas dalam. Raut wajah marah tergambar jelas di wajah adik Biantara itu. “Mama dapat kabar dari temannya kalau selingkuhan Papa hamil. Mama yang dengar kabar itu langsung nangis, habis itu pingsan,” jawabnya seraya menoleh ke arah Biantara. “Bukankah kita harus melakukan sesuatu terhadap Papa atau selingkuhannya? Gue nggak bisa lihat Mama disakitin kayak gini terus, Kak.” “Lo maunya gimana? Menghajar Papa? Atau me