Bima Cakra Group – Ruang Kerja Nadine Pagi itu, Nadine duduk diam di kursinya, menatap amplop putih yang berisi surat pengunduran dirinya. Ia tahu ini keputusan terbaik—tapi kenapa hatinya masih terasa berat? Tangannya terangkat, siap membawa surat itu ke ruang sekretaris untuk dijadwalkan ke dewan direksi. Namun sebelum ia bisa bangkit dari kursinya, pintu ruangannya terbuka dengan keras. Zayn. Pria itu berdiri di ambang pintu dengan ekspresi gelap. Matanya tajam, wajahnya masih menyisakan lebam samar akibat perkelahiannya dengan Leonard. Namun, sorot matanya lebih berbahaya dibandingkan luka di wajahnya. Nadine merasakan dadanya mencelos. Zayn melangkah masuk tanpa permisi, menutup pintu di belakangnya, lalu berjalan ke arahnya dengan langkah panjang. Nadine berusaha tetap tenang