Rayya menahan napas begitu masuk ke kamar yang terlihat begitu nyaman dengan nuansa dominan warna broken white.
Ranjang yang terletak di tengah ruangan terlihat melambai-lambai padanya. “Cantik dan nyaman.” Bisik Rayya dengan tatapan mendamba pada ranjang yang akan dia tempati untuk malam-malam selanjutnya.
Dia lalu melompat dan menggelepar di tengah ranjang dengan posisi telungkup. “Hei, ranjang, mulai malam ini kita sahabatan, ya? Besok dan seterusnya aku akan tidur di sini. Aku pasti di sini. Kamu harus memastikan kamu bertahan lebih lama di sini, Rayya.” Bisiknya pada diri sendiri.
Rayya lalu beranjak untuk mengecek kamar mandinya, sedikit takjub karena kamar itu memiliki kamar mandi dalam. Hal itu membuatnya semakin betah dan akan memastikan dirinya tinggal di sini untuk seterusnya.
Hanya ada handuk dan bathrobe di tower shelf. Rayya lalu memutuskan untuk mandi, melepas satu-satunya pakaian yang melekat di badan dan akan menggunakan bathrobe sebagai piyama.
Dia merasa lengket dan berkeringat, dia juga akan mencuci dalamannya malam ini dan menjemurnya di bawah exhaust kamar mandi, biarlah dia tidak memakai dalaman malam ini, itu lebih baik dari pada besok saat perjalanan dia tidak memakainya. Gila saja!
Jika belum kering juga sampai besok pagi, Rayya akan menyetrikanya atau mengeringkannya dengan hair dryer.
"Berendam enak kali, ya?" Bisiknya dengan mata berbinar, dia lalu menyalakan kran air dan mengisi bath up sambil berjingkrak-jingkrak kecil menikmati kemewahan yang bisa dia rasakan malam ini.
Satu jam Rayya menghabiskan waktunya di kamar mandi, tubuhnya terasa lebih rileks, wangi dan segar. Ah, dia tidak menyangka kegilaannya malam ini yang menyeret seorang pria masuk ke gang dan menciumnya ternyata mengantarkannya sampai di titik ini.
Besok dia sudah mulai bekerja, benar-benar bekerja pada pria yang belum dia kenal dengan baik, hanya mengetahui namanya, itupun tidak benar-benar mengetahui ejaan namanya dengan baik.
Apakah hanya R-A-Y-A-N atau ada huruf yang double seperti namanya, atau Y nya pakai I menjadi R-A-I-A-N. Rayya tidak tau.
Dia lalu mengambil ponsel yang baru diterimanya dan melihat apa saja yang ada di ponsel itu. Saat melihat ke galeri, yang Rayya temukan hanya berbagai foto makanan, mungkinkah koki sebelumnya diwajibkan memotret setiap menu makanan sebagai referensi untuk koki selanjutnya?
Rayya hanya menebak-nebak dalam hati, saat dia membuka history chat ternyata benar-benar kosong. Sepertinya sudah dihapus sebelum ponselnya berpindah tangan ke orang baru.
Rayya lalu iseng membuka room chatnya dengan Rayyan, di kontaknya hanya tertulis. Pak Rayyan, pun sama dengan kontak Devin.
“Ck, kaku amad, sih.” Rayya mendecak lalu mengganti nama Rayyan di ponsel yang untuk sementara menjadi miliknya.
-My Favorite Person.-
Setelah menamai kontak Rayyan dengan nama yang romantis seperti itu, Rayya langsung tertawa dan senyum-senyum sendiri sambil memeluk ponsel itu ke dadanya.
Tidak. Dia bukan menyukai Rayyan apalagi sampai jatuh hati, dia tidak merasakan cinta pada pandangan pertama saat bertemu dengan pria itu beberapa jam yang lalu.
Boro-boro memandang dan merasakan cinta, yang ada tubuhnya bergetar hebat dan ketakutan karena kematian yang kembali mengejarnya, preman-preman itu adalah perpanjangan tangan Raespati untuk merenggut jantungnya.
Dan pertemuannya dengan Rayyan adalah sebuah ketidak sengajaan di mana dia hanya berusaha untuk menyelamatkan diri dan melakukan hal gila dengan memeluk lalu mencium pria itu.
Namun, ketidak sengajaan itu adalah sesuatu yang sangat Rayya syukuri pada akhirnya. Serendipity -kebetulan yang menyenangkan-.
Dan sejujurnya, ciumannya dengan Rayyan adalah ciuman pertama Rayya. Seumur hidupnya dia tidak pernah berciuman, jangankan berciuman, menjalin hubungan dengan lawan jenis saja tidak pernah, hidupnya seperti di penjara selama ini.
Refleks Rayya memegang bibirnya dan mengulum senyum dengan tubuh bergidig, rasanya itu hal paling gila dan berani yang dia lakukan pada seorang pria.
Rayya senang menggoda Rayyan dan respon pria itu setelahnya, seperti hidupnya yang lama suram tiba-tiba berubah terang benderang, menyenangkan dan membuatnya bisa dengan mudah tertawa.
Padahal respon pria itu selalu ketus, penuh amarah dan juga dingin, namun bagi Rayya, dinginnya sikap Rayyan seperti es krim, dingin tapi nikmat, dingin tapi manis, dan dingin tapi lembut.
Sial! Kenapa otak dan hatinya selalu lancar setiap membicarakan tentang pria itu, si? Rayya berguling ke kanan dan ke kiri di ranjangnya dengan bibir yang terus mengulum senyum.
-Abang.-
Rayya mengiriminya pesan, lagi-lagi hanya sekedar iseng, toh pria itu tidak akan mungkin memblokir nomornya.
-Apa lagi?-
Tidak disangka ternyata pria itu langsung membalasnya, Rayya jadi bertanya-tanya, pria itu sedang apa di kamarnya, ya? Apa bersiap mandi? Jangan-jangan sedang mandi atau berendam dan kini sambil membalas pesannya?
Berarti Rayyan membalas pesannya sambil bertelanjang bulat dong? Aww, takut. Rayya cekikikan sendiri dengan pemikirannya.
-Password WiFi-nya apa, Abang?-
-Untuk apa? Sudah ada data internet di ponsel itu. Saya bisa mengecek apa saja yang kamu lakukan dengan ponsel itu, jangan macam-macam kamu!-
-Macem-macem mulu, deh, perasaan Rayya belum apa-apa. Ya, Rayya, butuh hiburan lah Abang, download game, kek, apa, kek.. Apa Abang yang mau menghibur Rayya malem ini?-
Rayya menambahkan emoticon gambar bibir yang mencucu dan mengeluarkan bentuk love, lalu dilanjut dengan emoticon lain dengan gambar lidah yang menjulur dengan mata terpejam.
Dia lalu mendesah saat pesannya tidak lagi dibalas oleh Rayyan, lalu dia meletakkan ponselnya di depan d**a begitu saja dengan pandangan yang nanar ke langit-langit kamar.
Berpikir apa yang harus dia lakukan setelah ini, dengan uang dua ratus juta yang diberikan Arsa, ke mana dia harus pergi dan bagaimana dia bertahan sambil memulai hidup baru dengan uang itu?
Lalu, selama apa dia mampu bertahan sampai Raespati berhasil menemukannya dan menyeretnya pulang untuk mengikatnya ke meja operasi lagi?
Bukankah, untuk bisa selamat dari Raespati dia butuh lebih dari sekedar melarikan diri? Di juga butuh bertahan dan bergantung pada seseorang yang memiliki kuasa dan kekuatan yang minimal setara dengan Raespati?
Tapi, bagaimana cara dia memulai untuk mengenal orang-orang yang berkuasa itu?
Meski pun dia pergi ke desa terpencil sekali, pun, mungkin satu dua tahun kemudian persembunyiannya akan diketahui mengingat Raespati bukan orang sembarangan dan tidak mungkin melepaskan Rayya kecuali melihat kematian telah menjemput Rayya.
“Rayyan … Siapa pria itu sebenarnya?” Rayya menggumam dengan wajah bingung yang penuh pertimbangan.
Dia lalu kembali membuka ponsel itu dan berselancar mengetik nama Rayyan di jendela browser.
Rayya langsung terkesiap begitu saja dan bangun dari tidurnya.
Saat dia hanya mengetik nama Rayyan, tau-tau wajah pria itu langsung muncul di pencarian paling atas.
Bahkan Rayya tadi asal mengetik ejaan nama pria itu, sengaja dia samakan ejaan nama pria itu dengan namanya di mana menggunakan double Y.
Ternyata memang nama pria itu juga menggunakan double Y dengan penambahan N di akhir yang membedakannya dengan milik Rayya.
“Wah … Benar-benar jodoh ini.” Rayya menggumam dengan raut takjub luar biasa, benar-benar tidak menyangka nama mereka semirip itu, yang membuatnya berbeda hanya satu huruf dan seolah menunjukkan jika itu yang membedakan gender mereka.
Saat Rayya mulai mengeklik profil pria itu, tatapan matanya langsung awas membaca detail demi detail tentang siapa pria itu sebenarnya.
Rayya sampai menahan napasnya dan menekan dadanya yang detakannya langsung meningkat dengan cepat begitu membaca satu artikel yang menjelaskan secara jelas siapa pria yang malam ini Rayya cium dengan begitu berani.
Dalam usia yang terbilang muda, Rayyan Kaif Alastair telah menjadi nama yang diperhitungkan di dunia bisnis dan teknologi. Putra sulung dari keluarga Alastair —keluarga konglomerat yang telah lama menguasai bisnis di berbagai ilini ndustri, salah satunya industri teknologi dan infrastruktur digital di Indonesia ini tidak hanya mewarisi kekayaan dan reputasi keluarganya, tetapi juga visi besar untuk membawa kerajaan bisnis itu ke level yang lebih tinggi.
Lahir dan besar di lingkungan bisnis kelas atas, Rayyan Kaif menyerap wawasan manajerial dan nilai-nilai kepemimpinan sejak dini. Lulus dengan predikat c*m laude dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), dia tidak langsung terjun ke perusahaan keluarga, melainkan menimba ilmu di New York dengan bekerja di salah satu Tech Holdings terbaik di sana.
Tiga tahun meniti karir di luar, ia lalu langsung terjun ke dalam inti operasional perusahaan keluarga, Alastair Tech Holdings, dan hanya dalam waktu lima tahun berhasil menggandakan valuasi salah satu anak perusahaan di bidang AI dan cloud computing.
Dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tenang namun visioner, Rayyan Kaif berhasil memadukan pendekatan modern berbasis data dan inovasi dengan nilai-nilai konservatif keluarga bisnisnya.
Ia juga mendorong transformasi digital dalam struktur bisnis internal, memperluas pasar ke Wilayah Asia, dan membangun kemitraan strategis dengan sejumlah unicorn teknologi global.
Tahun ini, berbagai media bisnis dan keuangan menjuluki Rayyan Kaif sebagai “Taipan Muda Paling Sukses 2025”, dengan proyeksi pertumbuhan aset keluarga yang menyentuh angka triliunan rupiah. Meski kariernya melesat cepat, ia tetap menjaga citra low-profile, sering tampil sederhana namun tak lepas dari aura eksklusif seorang pewaris bisnis kelas dunia.
Kini, sorotan tak hanya tertuju pada pencapaiannya, tetapi juga pada masa depannya sebagai pemegang kendali penuh atas imperium teknologi keluarganya—sebuah tanggung jawab besar yang tampaknya akan dijalankannya dengan elegan dan penuh perhitungan.
“Allahuakbar, Rayya.” Bisik Rayya mendesis dengan keterkejutan luar biasa saat mengetahui siapa sosok Rayyan yang sebenarnya.
Dia sampai mengusap wajahnya kasar dan menghela napasnya keras berkali-kali. Pria itu bukan orang sembarangan, benar-benar bukan sembarangan.
Ada ketakutan besar mengetahui dengan siapa dirinya berhadapan, namun sebagian hatinya yang lain melonjak penuh rasa bahagia seolah baru menemukan harta karun yang bisa menyelamatkan hidupnya.
Instingnya langsung bekerja cepat dan mengaitkan apa yang tadi dia pikirkan tentang bagaimana cara melawan Raespati.
Pria itu lah yang akan Rayya jadikan sebagai sosok bergantung dan bersandar. Dan sebelum Rayya bisa bergantung pada pria itu, dia yang akan memastikan pria itu yang lebih membutuhkannya dan lebih bergantung padanya.
Alastair adalah lawan yang sepadan dengan Raespati, dan satu-satunya alasan yang masuk akal untuk membuat Rayyan mau menyelamatkannya dari Raespati adalah cinta.
Karena cinta, seorang pria atau wanita bahkan rela mati untuk pasangannya.
Dan Rayya harus mewujudkan itu menjadi kenyataan, Rayyan harus mencintainya, cinta mati yang membuat pria itu sangat bergantung dan akan merana jika Rayya pergi darinya.
Rayya mengangguk dengan tekad yang kuat walau dia tau ini pasti penuh resiko, tapi dia harus mencobanya, setidaknya sekali lagi dia akan berusaha untuk bertahan setelah adiknya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya karena kekejaman keuarga Raespati.
Rayyan Kaif Alastair, untuk pertama kalinya, Rayya ingin mengejar sesuatu dan membuat seorang pria jatuh cinta padanya, dan semua ini dia lakukan untuk melancarkan misi penyelamatan dirinya dari kekejaman Raespati.
Jika dia gagal sebelum membuat Rayyan jatuh cinta, maka dia akan benar-benar mati bukan hanya di tangan Raespati, tapi juga Alastair sebab Rayya sejak awal telah membohongi pria itu dengan semua dokumen dan identitas diri palsu miliknya.
Hanya menunggu hingga pria itu menemukan satu kejanggalan dan akan mencari tahu setelahnya, namun Rayya akan berusaha maksimal supaya pria itu tidak memiliki kecurigaan tentang dokumen-dokumen miliknya, dan Rayya juga percaya jika Arsa benar-benar bisa diandalkan. Pria itu juga merupakan sulung dari keluarga Raespati yang memiliki pengaruh sama besarnya.
“Kamu bisa, Rayya. Kamu bisa, mudah membuat seorang pria jatuh cinta, cukup terus memberikan perhatian padanya, kelembutan, keramahan dan pengertian. Pelan-pelan, tapi pasti dan tepat sasaran. Ini untuk sebuah kehidupan yang sudah lama kamu impikan. Kamu bisa melakukannya.”
Rayya mengepalkan kuat tangannya di depan d**a, kepalanya mengangguk mantap namun ada air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
Ini bukan hanya tentang membuat seorang pria jatuh cinta padanya, tapi juga tentang hidup dan matinya.