Bab 2

1034 Words
Sejak resmi bercerai, Fiona pergi meninggalkan Jakarta dan pindah ke Bandung. Fiona sengaja memilih Bandung untuk tempat ia dan Reyhan putranya memulai kehidupan yang baru. Fiona sangat beruntung memiliki sahabat yang membantunya mencari rumah, sekolah baru untuk Reyhan dan juga pindahan. "Terima kasih ya karena kalian bersedia membantu aku pindahan rumah," ucap Fiona kepada Bella dan Vika. "Santai saja, Fi. Kayak sama siapa saja," ucap Vika yang turut di angguki oleh Bella. "Ya, aku ngga enak sama kalian karena sudah merepotkan kalian." "Merepotkan apaan sih? Kita ngga merasa di repotin sama kamu, kok," ucap Bella. “Iya pokoknya terima kasih banyak atas bantuannya. Doakan aku dan Reyhan ya." Fiona dan Reyhan masuk ke dalam mobil Vika. Mereka segera berangkat menuju Bandung menyusul mobil pengangkut yang sudah lebih dulu berangkat menuju Bandung. Kurang lebih tiga jam perjalanan Jakarta-Bandung, Fiona dan rombongannya tiba di depan sebuah rumah sederhana yang terletak di sebuah kompleks perumahan di tengah Kota Bandung. Suasana kompleks perumahan yang tenang dan asri karena di tumbuhi banyak pepohonan membuat Fiona langsung jatuh cinta dan merasa betah tinggal disana. Satu persatu barang-barang yang ia bawa dari Jakarta sudah berhasil di pindahkan ke dalam rumah. Reyhan tampak kegirangan menempati rumah barunya. Sementara itu, Susi yang baru pulang dari liburan singkatnya di Maldive pun melihat kehebohan di luar rumahnya dari balkon kamar. "Hm...sepertinya aku punya tetangga baru," ucap Susi sambil melambaikan tangan kearah Fiona yang tak sengaja melihatnya. Fiona tersenyum ramah dan membalas lambaian tangan Susi. "Sepertinya besok aku harus menyapa tetanggaku yang baru." Susi masuk ke dalam rumahnya. Ia turun dari lantai dua rumah mewahnya untuk bergabung dengan Ardian yang tengah menonton TV. "Sayang, kita punya tetangga baru.” Ardi menoleh. “Benarkah?" “Iya sayang, itu mereka lagi sibuk pindahin barang ke dalam rumah.” Susi memeluk tubuh Ardi, menyamankan dirinya. "Oh..." ucap Ardian singkat. “Kita harus menyapa mereka sayang. Enaknya bawain apa ya? Punya anak kecil soalnya.” “Kamu beli kue aja kan bisa dimakan sama anaknya juga," usul Ardian. “Oke deh besok aku beli kue di toko langganan kita.” Ardi tak menyahuti lagi. Ia fokus dengan acara berita. *** Keesokan harinya, Fiona melihat pria tampan menenteng jas dokter keluar dari rumah sebelah. Tak lama keluarlah wanita yang kemarin melambaikan tangannya. “Hai... Baru pindahan kemarin ya? Saya Susi dan ini suami saya Ardian. Selamat datang di kompleks kami," sapa Susi ramah. Fiona melihat gelagat Susi aneh seolah ingin menegaskan bahwa pria disampingnya adalah miliknya. Susi menggelayut manja tangan suaminya. Sang suami terlihat jengah. "Saya Fiona dan yang main di teras rumah anak saya Reyhan. Terima kasih atas sambutannya. Maaf belum bisa mengunjungi satu persatu masih banyak yang harus dibenahi," ucap Fiona. “Santai saja, Fiona. Oh ya suami kamu kemana? Dari kemarin saya tidak melihat suami kamu?" Susi celingukan. Fiona tersenyum kecut. Ia sudah menyangka pasti suatu hari akan ada yang bertanya tentang keberadaan suaminya. Ia hanya tak menyangka kalau hari itu datang juga. “Emm... saya..." “Aku berangkat dulu,” ucap Ardian mencoba mengalihkan pembicaraan. Pria tampan itu berjalan menuju mobilnya. Ardian melihat gelagat Fiona yang merasa tidak nyaman dengan rasa penasaran istrinya. "Oh iya sayang aku hampir melupakan mu. Hati-hati di jalan ya sayang. Sering-sering kabari aku ya," ucap Susi sambil melambaikan tangan ke arah suaminya yang sudah duduk manis di depan kemudi. Ardian membalas lambaian tangan istrinya dan segera pergi meninggalkan rumah. Saat membalikkan badan, Susi tampak kesal karena Fiona sudah masuk ke dalam rumah. Gara-gara Ardian, ia jadi kehilangan bahan untuk bergosip dengan teman-temannya nanti. Ia pun masuk ke dalam rumah. “Hm… Apakah Fiona seorang janda?" ucap Susi bertanya-tanya. "Jika benar Fiona seorang janda, aku harus berhati-hati agar suami ku tidak di goda olehnya." *** Di sebuah café… “Eh kalian tahu gosip terbaru?" ucap Wanda di penggosip. "Gosip apa?" ucap ibu-ibu yang lain. Mereka langsung antusias tiap kali ada gosip terbaru. "Ituloh Bu Wiyono suaminya di rebut pelakor," ucap Wanda lagi. "Apa?! Seriusan?" "Iya beneran." "Ah ngga mungkin Pak Wiyono selingkuh?" "Iya benar. Pak Wiyono itu orang baik-baik. Ngga mungkinlah dia selingkuh dari Bu Wiyono." Beberapa orang tidak percaya dengan apa yang di katakan Wanda, termasuk Susi. Pasalnya mereka sangat mengenal siapa Pak Wiyono. Pak Wiyono adalah orang baik. Orang yang sangat mencintai istri dan keluarganya. Jadi, mereka tidak percaya saat Wanda memberi tahu kalau Pak Wiyono selingkuh. "Ya ampun... Jangan kemakan wajah alimnya Pak Wiyono. Kalian semu tertipu, termasuk aku dan Bu Wiyono. Pak Wiyono tidak sebaik yang kalian duga." Wanda tampak berapi-api saat menceritakan tentang Pak Wiyono yang selingkuh dengan sekretarisnya dan kini wanita itu tengah hamil anaknya. “Ya Tuhan… Kasihan sekali Bu Wiyono. Pantas akhir-akhir ini jarang kumpul bareng kita ya," ucap Susi menimpali. "Mungkin Bu Wiyono malu sama kita-kita kalau suaminya ketahuan selingkuh. Apalagi selingkuhan suaminya lebih muda dan cantik," ucap Kristina. “Bisa jadi seperti itu. Tapi keren juga ya pria tua seperti Pak Wiyono masih sanggup menghamili anak orang," ucap Rahma sambil tertawa. "Ya masih bisa lah. Meski sudah tua, seorang pria masih sanggup menghamili wanita. Apalagi Pak Wiyono masih gagah di usianya yang sudah lanjut," timpal Susi. Mereka semua mentertawakan Bu Wiyono salah satu anggota sosialita yang usianya jauh lebih tua dari mereka. “Hush… Teman sendiri terkena musibah kalian malah mentertawakannya. Kalian ini tidak memikirkan perasaan Bu Wiyono ya. Bagaimana kalau kejadian Bu Wiyono terjadi pada kalian sendiri? Apa kalian senang di tertawakan seperti tadi?" ucap salah satu anggota Sosialita yang waras otaknya. Semuanya lantas terdiam dan berhenti tertawa termasuk Susi. "Saya harap kalian semua disini tidak bersikap seperti tadi," ucap Olivia si Hijaber yang paling alim diantara mereka. “Daripada mentertawakan lebih baik kita semua memberikan dukungan moril untuk Bu Wiyono agar tegar menghadapi kemelut dalam rumah tangganya." “Baik Bu Hajah," seru yang lain menimpali ucapan Olivia. Wanita berhujab itu hanya menggelengkan kepalanya. Gosip perselingkuhan Pak Wiyono menguap begitu saja. Ibu-ibu sosialita itu asik mengobrol topik lain. Siang itu sepuluh orang sosialita Bandung berkumpul di sebuah cafe yang terletak di daerah Setiabudi-Bandung untuk mengadakan arisan bulanan sekaligus temu kangen. Tidak semua member bisa datang selain saat kumpul arisan, karena tidak semua sosialita itu pengangguran seperti Susi. Kebanyakan dari mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Itulah mengapa genk mereka hanya komplit saat mengadakan arisan. *** •TO BE CONTINUE •
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD