When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Entah mengapa, Maira seketika gugup saat laki-laki yang tak lain adalah suami dari Naysila itu menawarkan tumpangan padanya. Maira pun sontak menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Om. Makasih. Aku ... sedang nunggu Om Evan jemput kok," kilah Maira. Meskipun Aidil terlihat seperti laki-laki yang baik, tetapi tetap saja, Maira gugup setengah mati. Ia takut, namun senyumnya justru terlihat menenangkan. "Benarkah?" "I-iya, Om. Om Evan bilang mau jemput kok," imbuh Maira mencoba meyakinkan laki-laki yang terlihat seumuran Evan itu. Aidil pun segera meraih ponsel yang tergeletak di atas dasboard. Kemudian dalam hitungan detik, ia menghubungi Evan. "Van, aku barusan ketemu istrimu. Dia sepertinya sudah mau pulang kerja. Aku bilang mau antar dia pulang, tapi dia bilang kamu yang jemput, benar