bc

Diusir Suami, Disayang Mafia Tampan

book_age18+
36
FOLLOW
1K
READ
billionaire
revenge
love-triangle
family
fated
kickass heroine
mafia
heir/heiress
blue collar
drama
bxg
office/work place
childhood crush
cruel
addiction
like
intro-logo
Blurb

Warning 21+

"Aku ingin kau menjadi pemuasku di atas ranjang, Levi!"

"Lalu, apa yang saya dapatkan, tuan jika saya melayani Anda?"

"Apapun yang kau mau," jawab Ethan menatap wajah cantik Levina.

"Bantu saya mengambil harta, kekuasaan yang diambil oleh mantan suami saya, tuan!"

***

Levina diusir oleh suaminya dan diceraikan setelah menguasai harta wanita tersebut. Levina pergi dari rumahnya tanpa membawa apapun. Hanya dendam membara yang ada di hatinya. Pria yang dulunya hanya pegawai di kantornya ternyata sangat licik dengan berpura-pura mencintainya hingga Levina terbuai, memberikan segalanya untuk Roni. Hingga akhirnya dia bertemu dengan orang yang menolongnya, memberikannya pekerjaan. Apakah Levina mampu membalas dendam pada Roni, di saat Ethan–anak sang majikan yang memiliki identitas ganda sebagai seorang Mafia memintanya melayani di atas ranjang dengan imbalan apapun yang diminta Levina akan dipenuhi? Lalu bagaimana dengan Ethan, yang merasa tidak asing dengan wajah Levina.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Diusir dan Diceraikan
Happy Reading Malam itu, Levina menyambut kepulangan suaminya–Roni, dari kantor dengan senyum mengembang di wajahnya. Kegembiraan terpancar jelas dari sorot matanya. Begitu mendengar deru mesin mobil Roni berhenti di halaman rumah, Levina bergegas berlari menuju pintu depan. Hatinya berdebar penuh harap, membayangkan momen hangat bersama suami tercinta setelah seharian beraktivitas. "Roni, sayang, kamu pulang lebih cepat hari ini?" sapa Levina riang, suaranya dipenuhi nada ceria. "Aku sudah memasak makan malam spesial untuk kita. Ada ikan bakar kesukaanmu." Levina mengedipkan mata, berharap Roni akan terkesan dengan usahanya. Ia telah menghabiskan waktu berjam-jam di dapur, meracik bumbu dan memasak dengan penuh cinta, semua demi menyenangkan hati suaminya. Namun, harapan Levina pupus seketika. Roni hanya meliriknya sekilas, tatapannya dingin dan tanpa ekspresi. Semakin hari, Roni semakin muak melihat wajah Levina yang menurutnya telah kehilangan kecantikan. Kerutan halus di sudut mata Levina, bekas jerawat yang samar, dan perubahan bentuk tubuhnya yang tidak seksi lagi, semua itu membuat Roni merasa semakin ilfeel. Perasaan cinta yang dulu membara kini telah berganti menjadi rasa bosan dan jenuh. Tanpa sepatah kata pun, Roni mengabaikan sapaan Levina dan langsung melangkah menuju lantai atas, masuk ke dalam kamar, dan menutup pintu dengan keras. Levina terdiam mematung, hatinya teriris melihat sikap suaminya yang semakin hari semakin dingin dan cuek. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, namun ia berusaha menahannya agar tidak tumpah. Setelah beberapa saat, Roni keluar dari kamar mandi. Ia melihat Levina masih berdiri di samping ranjang, mengenakan daster sederhana, rambutnya dikuncir asal-asalan, dan wajahnya tampak kusam. Roni semakin merasa tidak berselera memandang istrinya. "Levina," ucap Roni dengan nada datar, "ada yang ingin kubicarakan denganmu." Levina menatap Roni dengan penuh harap, berharap ada kabar baik yang akan disampaikan suaminya. Namun, harapan itu kembali pupus saat Roni melanjutkan ucapannya. "Aku sudah mendaftarkan perceraian kita. Malam ini juga, kamu harus keluar dari rumah ini." Kata-kata Roni bagai petir di siang bolong, menyambar Levina tanpa ampun. Dunianya seakan runtuh seketika. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba ia diceraikan. Levina benar-benar terkejut dan shock mendengar ucapan suaminya. Ia merasa seperti berada di dalam mimpi buruk yang tak berujung. Pikirannya berkecamuk, mencoba mencerna kenyataan pahit yang baru saja ia terima. "Apa? Cerai?" Levina tergagap, suaranya bergetar. "Tapi... kenapa, Roni? Apa salahku?" Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah, membasahi pipinya. Levina menatap Roni dengan tatapan penuh luka dan ketidakpercayaan. Ia tidak mengerti mengapa suaminya tega melakukan ini padanya. Selama ini, Levina selalu berusaha menjadi istri yang baik, mengurus rumah tangga dengan sepenuh hati, dan selalu berusaha menyenangkan hati suaminya. Namun, semua usahanya itu seakan sia-sia. "Kamu bercanda, kan?" ujar Levina dengan tertawa kecil, berusaha menyembunyikan kegugupannya. Pikirannya berputar-putar, mencoba meyakinkan diri bahwa ini hanyalah sebuah lelucon, sebuah prank yang dirancang suaminya. Mungkin Roni sedang menguji reaksinya, atau mungkin ini hanya mimpi buruk. "Ini pasti hanya mimpi," gumamnya dalam hati, berharap bisa segera terbangun. "Aku serius!" jawab Roni dengan raut wajah tanpa ekspresi. Suaranya datar, dingin, tanpa jejak humor atau kasih sayang yang biasa Levina dengar. Tatapan matanya kosong, seolah-olah Levina hanyalah orang asing, bukan istri yang telah dinikahinya selama tiga tahun. Ketegasan dalam suaranya membuat Levina tersentak kembali ke realita, menyadari bahwa ini bukanlah mimpi. Ini nyata, sesakit apapun kenyataan itu. Levina memegang dadanya yang terasa sesak, nyeri yang menusuk-nusuk seperti ribuan jarum. Dia tidak menyangka bahwa Roni, suami yang sangat dicintainya, yang selama ini selalu bersikap manis dan penuh perhatian, tega mengusir dan menceraikannya malam itu juga. Dunianya runtuh seketika, bagai istana pasir yang tersapu ombak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, mengancam untuk tumpah. "Ke... kenapa kamu melakukan ini padaku, Roni? Apa salahku?" lirih Levina, suaranya bergetar menahan tangis. Dia mencoba mendekati Roni, berharap bisa menyentuh tangannya, merasakan kehangatan yang dulu selalu menenangkannya. Dia ingin melihat kembali sinar cinta di mata Roni, sinar yang kini telah padam. Tetapi dengan secepat kilat, Roni mendorong tubuh Levina hingga terjungkal ke lantai. Tubuhnya menghantam lantai yang dingin, rasa sakit menjalar dari punggungnya hingga ke seluruh tubuh. Namun, rasa sakit fisik itu tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Dia merasa dikhianati, dibuang, dan diinjak-injak. "Kamu itu sangat jelek, kusam, dekil dan berjerawat, sangat tidak cocok menjadi istriku, aku sudah muak melihat wajahmu itu setiap hari!" ucap Roni memandang Levina dengan sedikit geli. Kata-katanya seperti cambuk yang menyayat hati Levina. Dia merasa harga dirinya diinjak-injak, direndahkan. Apakah penampilan fisik semata-mata menjadi alasan Roni meninggalkannya? "Tapi, bukankah kamu mencintaiku? Roni, katakan kalau kamu masih mencintaiku, kan?" tanya Levina dengan tubuh bergetar. Dia masih berharap, masih berpegangan pada secercah harapan bahwa Roni masih mencintainya, bahwa semua ini hanyalah kesalahpahaman. "Itu dulu, tapi sekarang sudah tidak!" jawab Roni dengan tegas, memupus semua harapan Levina. Kata-katanya seperti petir di siang bolong, menyambar dan menghancurkan sisa-sisa cinta yang masih ada di hati Levina. "Tapi, kenapa aku harus pergi? Ini rumahku, semuanya milikku, perusahaan itu juga milikku, kamu tidak berhak mengusirku!" seru Levina sambil menahan tangis. Dia berusaha tegar, berusaha mempertahankan haknya. Dia tidak mengerti bagaimana Roni bisa mengusirnya dari rumahnya sendiri. "Hahahaha, apa kamu lupa, semua surat-surat rumah, apartemen, villa dan juga saham di perusahaan itu sudah beralih menjadi namaku, jadi kamu tidak punya apa-apa sekarang, misal kamu bawa ke pengadilan, tetap aku yang akan menang!" jawab Roni tertawa sinis. Kebucinan Levina, kepercayaan buta yang diberikannya pada Roni, telah dimanfaatkan oleh pria itu untuk merebut semua hartanya. Levina mengusap air matanya kasar, rasa sakit dan pengkhianatan yang mendalam membuatnya sulit bernapas. Dia tidak pernah menyangka bahwa suami yang sangat dipercayainya tega mengelabuinya selama beberapa tahun ini. Roni, yang dulu hanyalah seorang pegawai di kantornya, telah berhasil menipunya, merebut semua yang dimilikinya, dan kemudian membuangnya seperti sampah. "Baiklah, kamu akan menyesal, Roni!" ucap Levina dengan suara bergetar, namun penuh tekad. Dia tidak akan menyerah, dia akan bangkit dan membalas semua perbuatan Roni. Levina mengambil koper di samping lemari dan mengambil bajunya, memasukkannya ke dalam koper dengan gerakan kasar. Dia tidak akan memohon atau meminta belas kasihan pada pria seperti Roni yang ternyata sangat licik. Dia akan membuktikan bahwa dia bisa bertahan, dia bisa bangkit dari keterpurukan ini. Levina akan membalas semua perbuatan Roni, pria yang sudah tega membuatnya hancur dan membuangnya seperti sampah setelah mendapatkan seluruh kekayaan keluarganya. Dia akan merebut kembali semua yang telah dirampas darinya. Dia akan menunjukkan pada Roni bahwa dia bukanlah wanita lemah yang bisa dipermainkan. Bodoh! Levina selama ini berhasil diperdaya oleh pria yang dulu hanya seorang pegawai di kantornya. Dia terlalu percaya, terlalu buta oleh cinta, sehingga tidak menyadari niat jahat Roni. Dalam sehari semalam Levina langsung jatuh miskin seketika. Tidak sampai di situ, suami yang sudah menikahinya tiga tahun lalu juga menceraikannya karena alasan yang tidak logis, yaitu karena sekarang Levina semakin gendut, wajahnya berjerawat, jauh dari kata cantik. Sungguh tidak masuk akal. "Ingat! Jangan membawa apapun, karena semua yang ada di sini adalah milikku!" ucap Roni mengingatkan Levina dengan sinis. Dia menikmati penderitaan Levina, menikmati kemenangannya. "Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam!!" balas Levina tidak kalah sengit. Matanya memancarkan api kemarahan dan tekad. "Silahkan!! Dengan apa kamu mau membalas ku? Tidak akan ada orang yang mau membantumu, wanita kumal!!" ejek Roni. Levina tidak menjawab. Dia langsung pergi meninggalkan rumah itu dengan sakit yang tiada tara menusuk tepat di ulu hatinya. Air mata mengalir deras di pipinya, namun dia tidak peduli. Dia akan bangkit, dia akan membalas dendam. Akhirnya Levina pergi berjalan tanpa tahu arah tujuan, dia tidak memiliki uang sepeserpun. Dunia terasa gelap dan menakutkan, namun dia tidak akan menyerah. Dia akan berjuang, dia akan bertahan hidup. Dia akan membuktikan pada Roni, dan pada dunia, bahwa dia bukanlah wanita lemah yang bisa diinjak-injak. Dia akan bangkit, lebih kuat dari sebelumnya. *** Seorang pria mencengkram erat ponselnya. "Apa kamu bilang? Penyelundupan kita tidak berhasil? Sial! Kamu harus bertanggung jawab, Andrew! Aku tunggu dua kali 24 jam, kamu harus kasih kabar baik buatku!" Ethan mengusap wajahnya, dia merasa marah karena penyelendupan senjata ilegalnya kali ini gagal. Padahal dia sudah bekerja sama dengan salah satu oknum, tetapi sepertinya ada yang membocorkan. "Tuan, di depan sepertinya ada orang tergeletak di pinggir jalan," ujar supir Ethan yang bernama Aries. "Biarkan saja, bukan urusanku!" ujar Ethan. Sang supir mengangguk patuh, dia melewati seseorang yang tergeletak di pinggir jalan itu. Meskipun merasa kasihan, tetapi Aries tidak berani terhadap bosnya. Ethan menoleh saat melewati seseorang itu, matanya memicing. Seorang wanita? "Berhenti!" Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
23.0K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
182.9K
bc

TERNODA

read
195.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
154.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
231.0K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
20.1K
bc

My Secret Little Wife

read
129.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook