“Astagfirullah, I-ini ….” Delia menutup mulut. Sangking terkejut, mata Delia melotot hampir lompat dari tempat, andai tak ada kelopak yang mengapitnya. "Ini yang kemarin hilang dari bengkel. Kamera yang sering aku lihat di mobil mas Dirga. Kenapa ada di sini?” gumamnya. Tangan kanan Delia yang memegang benda tersebut, gemetar. Buru-buru ia membawa kamera itu masuk ke dalam kamar. Menyimpannya di dalam koper. Ia pun segera menggendong Davina dan membawa semua barang-barangnya. “Tunggu … seseorang di kamar itu … gimana nasibnya?” Meski belum melihat langsung, tapi Delia yakin ada orang di sana. Tungkai Delia ayunkan ke arah kamar yang terkunci rapat itu. Ia mengetuk pintunya. Sekali taka ada jawaban kemudian mengulang. Sahutan dari dalam hanya berupa gumaman serta desisan menahan sakit.