LILYA menatap lembar kertas berisi undangan ke orang tua atau wali murid itu dengan senyuman getir. Dulu, setiap kali menerima rapor, dia selalu gembira dan dengan semangat memberikannya pada Mawar ataupun menunjukkannya pada Kaisar. Namun, tidak ada respon apa pun yang ia dapatkan. Mereka beralasan sibuk dan tidak bisa mengambil buku rapor untuknya. Lilya selalu menjadi siswi terakhir yang menerima buku rapornya sendiri. Ditanyai macam-macam oleh wali kelas perihal orang tuanya yang tidak pernah datang untuk mengambilkan rapornya, dan masih banyak soal lain yang hanya Lilya diamkan. Lambat laun, Lilya tidak lagi menunjukkan undangan itu pada siapa pun. Karena nasibnya selalu sama. Tidak akan ada yang mau mengambil rapornya. Lilya melipat kertas itu dengan rapi, sampai kecil, lalu men