Eps. 1 Petaka Malam Pertama

1008 Words
Suara hiruk pikuk tamu undangan serta saudara yang hadir dalam acara pernikahan masih terdengar menggema ke seisi ruangan. Suara tawa renyah bahagia dari mereka masih menyapa pendengaran. Hari ini dilangsungkan sebuah acara pernikahan yang dimulai sejak pagi dan baru berakhir malam. Libra mengakhiri masa lajangnya dengan lelaki yang dicintainya setelah menjalin hubungan selama tiga tahun lamanya. Persiapannya sendiri matang, sudah lama dirancang jauh-jauh hari sebelumnya. Sorot lampu terang masih menyinari ruangan, meski acara sudah selesai. Terlihat mempelai wanita meninggalkan ruangan, masuk ke kamar pengantin dengan penuh sukacita. Acara pernikahan memang telah usai. Tapi hidup barunya akan dimulai setelah ini. Kini Libra menatap pantulan wajah sempurnanya pada sebuah kaca rias besar di dalam kamar. Masih mengenakan gaun pengantin yang melekat sempurna di tubuhnya yang selalu terawat. Pernikahan yang sudah ia impikan dengan orang yang ia cintai akhirnya terwujud. Semua orang yang datang telah membuktikan kebahagiaan yang terpancar dari pengantin malam hari itu. Bahkan, pernikahan mereka menjadi salah satu perbincangan hangat di media sosial. Siapa yang tidak mengenal Libra Amarilis Zea, gadis berusia 25 tahun itu akhirnya bersanding dengan Damar Fabian yang berusia lima tahun lebih tua di atasnya, seorang CEO dari keluarga terpandang. Ia kemudian melepas gelungan rambut yang terasa berat menekan, membebaskan surai panjang cokelatnya terurai. Setelahnya ia bangkit dari duduknya kemudian melepas gaun putih menawan yang membungkus tubuhnya tersebut. Ia benar-benar tak sabar menantikan kedatangan Damar, suaminya untuk menyentuhnya. Wajahnya bersemu merah kala membayangkan apa yang akan dilakukan setelah ini bersama Damar, mereguk manisnya malam pengantin yang sangat dinanti. “Satu sentuhan terakhir,” ujar Libra tersenyum nakal sembari mematikan lampu. Libra merebahkan tubuhnya yang sudah mengenakan lingerie hitam berbahan tipis dan terbuka di beberapa bagian itu semakin memperlihatkan kemolekan tubuhnya dengan posisi menantang menunggu suaminya datang. *** Sementara itu di luar kamar pengantin, tampak Damar masih asik berbincang dengan beberapa temannya. "Mar, jangan pergi dulu. Kamu 'kan sudah menikah sekarang. Waktu untuk istrimu kedepannya banyak. Tapi waktu untuk kami pastinya berkurang dan kita tak bisa berkumpul lagi seperti sekarang ini," celoteh salah satu teman Damar. Damar saat ini duduk bersama tiga orang lelaki lain yang merupakan teman baiknya. Dia bisa mengerti permintaan teman dekatnya ini dan duduk kembali melanjutkan obrolan bersama tiga temannya tadi. Sampai beberapa saudara banyak yang pulang, teman Damar masih menahannya di sana. Terdengar tawa renyah di sela obrolan mereka. Tak ada yang tahu dari arah lain ada sepasang mata yang terus mengawasi Damar. Sepasang mata elang yang menatapnya dingin tak terdefinisikan. Beberapa kali dia menggulir bola mata menatap jam di dinding. Karena menurutnya Damar masih lama di sana, maka dia pun berjalan menyelinap tanpa sepengetahuan Damar menuju ke kamar pengantin. *** Pintu kamar dibuka dari luar. Libra menatap pintu yang dibuka sedikit dan ditutup kembali setelahnya. Lampu yang ia padamkan juga tak dinyalakan kembali. Ruangan gelap sekali menampilkan sosok yang datang tak terlihat jelas mukanya. "Lama sekali kamu, Damar. aku sudah menunggumu sejak tadi sampai lelah dan mungkin akan tertidur bila kamu belum datang sekarang." Libra memang menanti kedatangan sang suami. Entah sudah berapa lama dia menunggu yang jelas dia senang dengan kedatangan suaminya ini. Bagaimanapun juga ini adalah malam pertama baginya dan hatinya terus berdebar sejak tadi. Ini malam yang sangat dia nantikan, malam terindah yang pernah ada. Terlebih sekarang saat Damar datang begini, duduk di sampingnya, mulai mengusap lembut surainya juga kemudian membelai pipi lembutnya tanpa suara. Libra sendiri merasa aneh, kenapa Damar diam saja? Apa artinya itu? Apa pria yang sudah sah menjadi suaminya ini tak mau bicara dan ingin segera menuntaskan malam ini, menghabiskan bersamanya? Debaran jantung Libra semakin menjadi. Tubuh Libra gemetar hebat kala pria itu mulai menyentuh titik-titik sensitif di tubuhnya hingga dia menggeliat dan kulitnya mulai tersengat geli di mana-mana menimbulkan sensasi panas kala kulit mereka bergesekan. “Damar, pelan-pelan.” Mmm! Damar memagut bibir Libra dalam hingga dia juga merasakan panas tubuh sang wanita panas bergelora. Setelahnya tubuh yang bicara. Entah siapa yang memulai, yang jelas sekarang tubuh mereka polos. Damar mengunci tubuh Libra dalam kungkungannya, melakukan penyatuan, memberikan sapuan kenikmatan tiada tara berulang kali. Kala Libra mendesah, Damar segera membekap bibirnya dengan pagutan. Dia tak ingin sampai ada yang mendengar aktivitas ini. Tangan mereka bergeganggaman erat melepas peluh meraup nikmat dalam ketergesaan membuka segel yang selama ini terkunci rapat dan dijaga untuk diberikan pada Damar seorang. "Damar ... aku tak tahan lagi." Libra menyapukan bibir ke leher Damar setelah merasakan limpahan sengatan geli di bagian inti di ujung pelepasan. Kenapa aroma parfum Damar hari ini berbeda dari biasanya? Apa mungkin dia mencoba parfum baru untuk sensasi? Dia sangat mengejutkan. Libra tak merasa curiga sama sekali dengan keanehan yang dia temukan karena larut dalam sapuan kenikmatan yang baru saja berakhir, meninggalkan jejak dimana-mana hingga Libra terkulai lemas dalam kenikmatan surga dunia. Kali ini dia benar-benar sudah menjadi wanita seutuhnya, wanita dewasa setelah melepas mahkota kegadisan yang selama ini bertahta menjadi wanita milik Damar selamanya. Tak akan ada lagi yang memisahkan mereka berdua setelah ini. Hidupnya setelah ini tentunya akan berubah menyenangkan. Bukan sebagai Nyonya Damar yang kaya raya tapi sebagai wanita yang akan seumur hidup menemaninya. Libra tak akan kesepian lagi, harinya akan penuh warna. Klak! Terdengar suara pintu yang kembali dibuka. Libra tentu tersentak kaget. Siapa yang mengganggu dan berani masuk ke kamar pengantin? Ia pun menarik selimut yang ada di samping untuk menutupi tubuhnya yang masih polos agar tak terlihat. Tak lama kemudian, ruangan yang semula gelap menjadi terang benderang. Semua kini terlihat jelas. Anehnya, Libra justru terkesiap ketika melihat seseorang yang masuk itu adalah Damar yang tak kalah terkejutnya melihat penampilan istrinya yang tampak berantakan sekali. “Damar?” Suaranya terdengar parau. “Libra?” tanya Damar balik dengan sorot mata tajam. 'Tunggu. Kalau yang dihadapannya saat ini adalah Damar, lalu siapa yang saat ini bersamanya? Kalau bukan Damar, siapa yang telah menyentuhnya?’ Libra menutup mulutnya dan kemudian menoleh ke arah sampingnya. Tampak seorang pria sekilas memiliki postur tubuh yang mirip dengan Damar karena memang mereka berdua bersaudara. "Astaga! Kamu! Virgo, apa yang kamu lakukan padaku!" teriak Libra histeris. Kilatan di mata Damar semakin menyalang. “Apa yang kalian lakukan?!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD