Eps. 12 Gempar

1342 Words
Sandi turun ke bawah. Ruangan kerja Damar sendiri ada di lantai tiga di gedung ini. Padahal tadi niatnya dia akan mengusir saja pergi para wartawan itu dari perusahaan ini, namun Damar malah memintanya untuk menahan mereka. Apa tujuannya? Dia pun tak tahu pasti. Baik buruknya Damar dia tak bisa menghentikan atasannya itu. Seperti kali ini, dia mengira atasannya ini akan menjatuhkan Libra ke dasar. Sandi tiba di basement dimana para wartawan berkumpul.Terlihat para reporter antusias melihat kedatangan asisten Damar. Mereka sudah lama menunggu menginginkan jawaban pasti, meringsek maju ke depan. "Pak bagaimana dengan Pak Damar? Apakah beliau mau bertemu kami? Kami hanya ingin memastikan saja kejelasan berita simpang siur ini. Bila tak ada kepastian, berita akan semakin tak karuan. Semua akan berspekulasi sendiri-sendiri." "Mohon tenang semuanya. Ada berita bagus untuk kalian semua. Pak Damar sedia menemui kalian untuk konfirmasi berita tersebut." Para repoter yang haus berita terlihat berkilat-kilat matanya seolah mendapatkan tangkapan besar kali ini. Bila mereka berhasil mendapatkan berita yang akurat dan terpercaya langsung dari sumbernya maka ini merupakan suatu prestasi bagi mereka. Padahal biasanya Damar bukan orang yang mudah diajak kerjasama atau diwawancarai. Para repoter kemudian menanti kedatangan Damar dengan tak sabar hingga sosok yang sangat mereka nanti itu muncul di depan mata. "Sandi, kamu bisa pergi sekarang. Pastikan bila hari ini tak ada jadwal meeting dadakan. Mungkin perlu waktu bagiku untuk bicara dengan mereka," jelas Damar sebelum memulai interview dengan para reporter. "Baik, Pak." Sandi segera pergi dari sana meski sebenarnya dia ingin melihat interview ini seperti apa. Entah, melihat posisi Libra bisa dipastikan model itu di ambang kehancuran, membuatnya iba. Tapi perintah adalah perintah dan harus dijalankan. Usai Sandi pergi, Damar mulai melakukan interview dengan Para reporter. "Pak Damar kami senang sekali Anda bersedia memberikan klarifikasi mengenai masalah pernikahan Anda yang sedang hangat dibahas saat ini. Pertama kami senang Anda berkenan melakukan verifikasi masalah Anda. Kedua, kami merasa terhormat sekali bisa melakukan interview dengan seorang CEO muda rendah hati seperti Anda." Damar membalas para reporter dengan senyum menawannya. Siapa saja pasti akan takluk dengan senyuman maut tersebut. "Terima kasih sudah memperlakukan saya dengan istimewa seperti ini. Alasan saya bersedia menerima interview dari kalian semua karena berita yang simpang siur dan tak benar perlu diluruskan agar tidak terus melenceng dan melebar ke mana-mana. Baik bila begitu silakan dimulai interviewnya karena jadwal saya padat dan mungkin tak bisa lama." Para reporter kemudian bersiap membidikkan kamera dan merekam Damar. Segudang daftar pertanyaan juga sudah siap di tangan. "Pak Damar ada yang melihat beberapa waktu yang lalu bilang Anda mengirim asisten untuk mengirimkan berkas perceraian untuk Nona Libra, apa itu benar?" "Benar. Aku memang menyuruh asistenku untuk mengerjakan berkas perceraiannya agar bisa segera diproses." Para repoter ternganga mendengar jawaban Damar yang tegas, cepat dan meyakinkan. Tak ada unsur kebohongan di sana. Ini membuat mereka semua terkejut karena mereka kira berita perceraian ini adalah isapan jempol belaka karena selama ini tak ada ceritanya orang yang baru menikah sudah bercerai dalam waktu 24 jam. Artis lain pernah menikah dan melakukan perceraian setelah 6 bulan pernikahan. Tapi ini merupakan waktu terpendek yang pernah mereka tahu. "Alasan perceraian sendiri apa Pak bisa sampai terjadi dalam waktu sesingkat ini?" "Itu ... ada orang ketiga yang hadir di antara kami yang terang-terangan merusak hubungan kami." Para reporter kembali dibuat terbelalak dengan jawaban Damar, rupanya itu bukan kabar isapan jempol. Rupanya itu berita faktual, akurat dan terpercaya. "Orang ketiga itu hadir dari pihak Anda apa dari Nona Libra, Pak?" Damar kembali memasang senyum tipis sebelum menjawab. Dia yakin dengan jawaban yang meluncur dari bibirnya ini akan menghancurkan reputasi Libra. Hancur, sehancur-hancurnya. "Orang ketiga itu hadir dari pihak Libra. Jadi sebelum terluka semakin dalam lebih baik pernikahan itu diakhiri saja." Jawaban Damar sungguh tak terduga. Mereka sama sekali tak menyangka dengan kejadian tersebut. Mereka pikir pihak ketiga yang hadir dari Damar. Rupanya tebakan mereka salah total. "Pak Damar, bagaimana hubungan Nona Libra dengan pihak ketiga itu?" "Siapa pihak ketiga itu sebenarnya, Pak, bisa beritahu kami?" "Itu --" Belum Damar menjawab, dia sudah diberondong dengan banyak pertanyaan lainnya dari pihak reporter. "Tolong sebutkan inisialnya, Pak siapa pria itu yang berani membuat hubungan Anda retak?" "Maaf, untuk itu bisa tanyakan sendiri pada Libra lebih jelasnya, jangan tanyakan pada saya." "Baik, Pak. Bila begitu bagaimana hubungan Nona Libra dengan pihak ketiga apakah sudah lama terjalin dan baru Anda ketahui atau bagaimana?" "Maaf, saya sudah beberan semua sejauh ini, untuk jawaban yang lebih detail bisa tanyakan pada Libra. Tolong jaga perasaan saya di sini sebagai korban, sebagai pesakit yang teraniaya karena perilaku seseorang yang sungguh amat saya cintai tapi menorehkan luka begitu dalam. Beri saya waktu untuk menyembuhkan diri dan berdamai dengan diri sendiri. Saya kira sekian interview dari saya. Saya masih ada urusan mendesak setelah ini. Terima kasih untuk teman reporter semua yang selama ini telah mendukung saya dan perusahaan ini menjadi seperti sekarang. " Damar kemudian mundur berbalik sembari melambaikan tangan pergi dari sana meninggalkan para reporter. Mungkin para reporter itu tersentuh oleh ucapan Damar atau bagaimana, tak ada satu pun dari mereka yang kemudian mengejar pria itu untuk dicecar pertanyaan lebih jauh lagi. Padahal biasanya para reporter itu tak pernah lelah mengajar berita. "Libra ... bersiap lah dengan surprise yang kuberikan padamu ini, semoga kamu senang." Damar tersenyum miring masuk kembali ke ruangan. *** Di sebuah studio foto. Di sana terlihat beberapa model dan artis berjejer menunggu giliran untuk berfoto. Sebenarnya tak hanya satu kamerawan yang ada di sana. Ada lima kamerawan di sana, namun mereka sibuk dengan tugas masing-masing. Tapi hal seperti ini tak masalah bagi artis ataupun model yang menunggu. Sembari menunggu giliran mereka beberapa ada yang bermain ipad. Mereka melihat info berita terbaru atau berita trending topic lainnya. "Ini ... ini 'kan Pak Damar?" pekiknya tersentak. Mendengar nama Damar disebut, sontak model lain yang ada di sana tersentak sekaligus penasaran ada apa dengan pria itu? "Apa terjadi sesuatu pada Pak Damar?" "Entah, aku juga tidak tahu ada apa tapi ini baru saja rilis beritanya. Kita lihat bersama." Tayangan berita diputar. Dari apa yang mereka dengar mereka semua memperlihatkan muka syok dengan berita yang dikonfirmasi sendiri kebenarannya oleh Damar. Mereka pikir itu sekadar gosip karena tak ada model ataupun selebritas yang jauh dari terpaan gosip. Mereka semua hidup dalam gosip yang menguatkan mental mereka selama ini hingga menjadikaj mereka sosok seperti yang sekarang. "Apa? Jadi ... Libra dicerai Pak Damar? Ini aneh sekali. Bukankah Libra terlihat baik-baik saja dengan Pak Damar selama ini tapi kenapa Pak Damar sendiri bilang Libra punya selingkuhan?" "Tak heran juga bila Pak Damar berkata demikian. Selama ini Libra dekat dengan beberapa pesohor di kota ini. Mungkin saja dia ada affair dengan salah satu dari mereka dan Pak Damar baru saja mengetahui ini." "Sudah kurang apa coba Pak Damar, Libra masih merasa rakus dan ingin menguasai segalanya sehingga ada affair dengan pria lain." "Murahan sekali dia. Aku tak menyangka saja dia bermain dengan trik kotor seperti ini. Ck!" Dari kejauhan terlihat Libra menuju ke arah mereka. Dia baru saja keluar dari toilet untuk membetulkan riasan, bergabung dengan model lain untuk menunggu gilirannya. Ada yang aneh dari gesture temannya. Saat Libra mendekat tiba-tiba saja semuanya seperti salah tingkah sendiri melihatnya. Ada apa ini? Rasanya ada yang aneh dan tak beres di sini. "Lib, kamu sudah datang," ceplos seorang model canggung setelah membicarakannya. Beruntung dia tak sampai ketahuan oleh Libra. "Iya. Toilet sepi jadi cepat kembali." Libra kemudian duduk di sebuah kursi kosong dekat dengan model lain. Anehnya, temannya itu pergi menjauh dengan tatapan jijik menatapnya seperti menatap kuman. Perasaan Libra semakin tak enak saja. Karena tak biasanya temannya menjaga jarak begini. Beberapa dari mereka ada yang berbisik menatapnya. Tiba-tiba saja ada seorang model datang dari arah lain dengan membawa iPad yang disodorkan ke muka Libra. "Apa ini?" tanya Libra tak paham. "Lihat saja." Model itu kemudian memutar berita yang baru saja diungkap oleh Damar. Libra mendengarkan berita sampai tuntas. Mukanya seketika pucat pasi. Dia tak menyangka saja sebelum dirinya bicara Damar sudah berkoar-koar duluan di sana dan itu menjatuhkan dirinya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? "Ini ... tidak benar." Suara Libra terdengar serak dan berat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD