BAB 5

2224 Words
Keesokan paginya, Merlin terbangun dengan kedua mata yang sembab sebab ia menangis semalam suntuk. Menurutnya, perlakuan Raka tadi malam kepadanya sungguh sangat kasar sekali. Di mana pria itu menuduhnya mencuri sesuatu dan memintanya untuk melucuti pakaiannya. Jujur, Merlin merasa sangat terhina. “Sebenarnya, apa yang sudah aku lakukan di kediaman ini bersama dengan mereka?” ujarnya seakan menyesali keputusannya untuk meminta pertanggungjawaban Raka atas dirinya. Namun setiap kali dirinya memikirkan sang jabang bayi di dalam rahimnya itu, hati Merlin kembali mencair dan berusaha untuk bertahan. Merlin beranjak turun dari sofa bed padahal waktu masih menunjukkan pukul empat pagi. Ditatapnya Raka yang masih tertidur dengan sangat nyaman dan nyenyak di bawah balutan selimutnya. Merlin hanya bisa tersenyum dengan tipis. “Kamu hanya beruntung dan aku tidak. Padahal ....” Merlin memilih untuk tidak melanjutkan kalimatnya dan segera beranjak keluar dari kamar yang begitu luas itu. Sesaat ia menapaki lantai lorong di depan kamar, Merlin merasakan suasana yang begitu tenang luar biasa. Tidak ada bising dan gaduh. Dan tidak ada suara yang memanggil dirinya dengan sebutan ‘Heh’ ataupun suara yang berbicara dengan nada dingin kepadanya. Ditariknya napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya dengan pelan. Pagi ini, Merlin akan melakukan tugasnya menggantikan Mbok Darmi. Merlin mulai melakukan pekerjaan dengan membersihkan cucian kotor di dapur, entah kenapa Merlin tiba-tiba menjadi sangat tidak tahan saat mencium aroma sabun cuci piring tersebut. “Huekkk!” Merlin merasa ingin muntah ketika aroma jeruk nipis dari sabun pencuci piring masuk ke dalam indra penciumannya. Untuk sesaat, Merlin memilih berhenti melakukan tugasnya mencuci piring. Kemudian menjauhkan dirinya dari wastafel yang dipenuhi oleh tumpukan piring dan gelas kotor. Memposisikan dirinya di atas kursi makan, Merlin menutup hidungnya menggunakan lengannya sebab telapak tangannya saat ini pun beraroma jeruk nipis dari sabun cuci piring. “Kenapa aku tiba-tiba merasa sangat mual mencium aroma sabun cuci piring itu?” keluh Merlin. Namun, bagaimanapun ia merasa sangat mual, Merlin tetap harus mencuci piring-piring kotor yang memenuhi wastafel itu. Kembali ia menipiskan jarak dan berdiri tepat di depan wastafel, lalu meraih piring kotor untuk segera dicuci. Dan lagi, Merlin kembali merasa sangat mual dan ingin muntah seperti sebelumnya. “Loh ... Non Merlin,” suara Mbok Darmi menginterupsi Merlin yang saat ini tengah menahan rasa mual yang bergejolak di dalam perutnya. Dengan kedua mata yang dipenuhi air mata sebab menahan diri, Merlin memutar posisi tubuhnya menghadap ke arah sumber suara. “Mbok? Aku membangunkan Mbok, ya?” ujar Merlin merasa tidak nyaman hati. Mbok Darmi menggeleng pelan. “Tidak, Non. Tapi apa yang Non Merlin lakukan di sini?” tanya Mbok Darmi. Merlin pun menjelaskan jika keberadaan dirinya di sini pagi-pagi buta seperti ini adalah karena ingin mencuci semua piring kotor di atas wastafel ini. “Entah kenapa saya sangat mual mencium aroma sabun pencuci piring ini, Mbok,” ujar Merlin berterus terang. Mbok Darmi pun tersenyum begitu lebar. “Oalah, mungkin Non Merlin sedang mengalami apa itu nama nya? Morning apa, Non? Mbok lupa,” kekeh Mbok Darmi. “Morning sickness, Mbok,” jawab Merlin memberi tahu. “Nah, iya betul! Morning sickness!” seru Mbok Darmi, “Soalnya Mbok lumayan sering mendengar kata itu, Non,” lanjutnya. Merlin tersenyum simpul sembari berusaha untuk menahan diri agar tidak muntah. Ketika ia kembali hendak melakukan pekerjaan rumah yang sempat tertahan, Mbok Darmi mencegahnya. “Biar Mbok saja yang mencuci piring ini, Non. Non Merlin kembali istirahat saja di dalam kamar,” ujar wanita tua itu. “Tidak perlu, Mbok. Saya akan mencuci semua, huekkk!” Mbok Darmi mengambil alih piring kotor di tangan Merlin kemudian meletakkannya kembali ke atas wastafel lalu membantu wanita muda itu mencuci bersih tangannya untuk menghilangkan buih sabun pencuci piring. Mbok Darmi kemudian berkata, “Sebaiknya, Non Merlin tidak usah memaksakan diri. Mbok tidak tega ...,” ucap wanita tua itu dengan wajah yang sedikit masam. Pada akhirnya, Merlin pun mengangguk setuju. Sungguh ia tidak tahan dengan aroma jeruk nipis dari sabun pencuci piring itu. **** Merlin segera kembali ke dalam kamar kemudian merebahkan diri di atas sofa bed. Namun meskipun ia berada di sini, juga tidak memberikan pengaruh yang besar untuknya. Ia masih merasa sangat pusing dan mual. ‘Huekkk!’ Suara Merlin yang hendak muntah tak ayal membangunkan Raka yang tengah tertidur pulas. Kedua mata pria itu terbuka dengan berat lalu beranjak bangun dari posisi tidurnya. Mengedarkan pandangannya ke samping di mana Merlin tengah berbaring. Raka pun membuka suara. “Ada apa dengan kamu?” tanyanya. Merlin menutup mulutnya dengan salah satu telapak tangan, wanita itu kemudian menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan yang telah dilontarkan oleh suaminya. “Aku tanya, kamu kenapa?” ulang Raka dengan pertanyaan yang sama. Namun terselip sedikit penekanan pada kalimatnya kali ini. “Uhm, aku tiba-tiba merasa sangat mual. Maaf, jika aku mengganggu tidur kamu,” ucap Merlin kemudian beranjak dari posisi tidurnya. “Boleh aku menggunakan kamar mandi? Aku benar-benar tidak tahan lagi.” Belum sempat Raka menjawab pertanyaan istrinya itu, Merlin sudah lebih dulu berlari ke arah kamar mandi yang masih berada di dalam satu ruangan yang sama dengan kamar tidur mereka. “Astaga, belum juga gue jawab.” Raka menggerutu pelan. ‘Huekkk!’ ‘Huekkk!’ Suara Merlin yang sedang muntah di dalam toilet terdengar hingga ke seluruh ruang kamar ini. Membuat Raka meneguk saliva dengan berat dan membuat sekujur tubuhnya menjadi meremang. Detik kemudian, Raka merasa seakan dirinya ingin muntah juga. Raka memilih turun dari ranjang miliknya. Kemudian berjalan keluar untuk menuju ruang baca agar ia bisa melanjutkan tidurnya. Sepanjang langkahnya, kedua mata Raka seakan diberi lem super yang menempelkan kelopak matanya satu sama lain. Raka sangat mengantuk. Ia ingin kembali tidur lagi. “Haduh, benar-benar deh wanita itu,” ucap Raka tak habis pikir. Sedangkan di dalam kamar mandi, Merlin terduduk lemas karena terus menerus muntah. Padahal tidak ada apa pun yang keluar sebab perutnya sangat kosong. Merlin sama sekali tidak makan tadi malam, sebab itulah perut wanita itu sangat kosong sekarang. Merlin mencoba untuk mengatur napasnya, sembari tangannya terulur untuk menyeka keringat yang bercucuran di keningnya. Napasnya pun sedikit berat. Merlin benar-benar merasa lemas sekarang. “Sekarang pukul berapa ya? Aku harus istirahat sebentar dan kembali bangun sebelum pukul enam,” lirih Merlin seraya mencoba untuk melangkah kembali ke sofa bed. Sesaat wanita itu sudah keluar dari kamar mandi. Ia mendapati jika Raka sudah tidak ada di atas kasurnya. Merlin hanya berpikir jika Raka merasa sangat terganggu karena dirinya, untuk itu ia memilih keluar dari kamar ini dan beristirahat di ruangan yang lain. “Baguslah kalau begitu. Aku jadi tidak sungkan bila merasa mual.” *** Merlin dan Mbok Darmi baru saja tiba di kawasan pasar. Kedua orang itu pergi ke pasar diantar oleh Pak Sapto. Tukang becak langganan Mbok Darmi selama bertahun-tahun lamanya. Turun dari alat transportasi yang memiliki roda tiga itu, Merlin berjalan sedikit gontai sebab ia masih merasakan jika tenaganya belum pulih sepenuhnya setelah muntah parah tadi. “Non, apa Non yakin ingin pergi belanja di pasar?” tanya Mbok Darmi. Jujur saja, wanita tua itu merasa tidak tega saat melihat kondisi Merlin saat ini. Merlin berusaha menyunggingkan kedua sudut bibirnya ke atas di mana wajahnya terlihat sangat pucat pasi. “Tidak apa-apa, Mbok. Ayo kita jalan lagi,” ujar Merlin. Mengajak Mbok Darmi untuk masuk ke dalam kawasan pasar yang terletak cukup jauh dari lokasi kediaman orangtua Mirza. Dengan wajah masam. Mbok Darmi pun mengikuti langkah Merlin yang berjalan mendahuluinya di depan. Wanita tua itu sengaja berjalan di belakang untuk memastikan jika Merlin baik-baik saja. “Mbok, sekarang kita harus membeli apa?” tanya Merlin. Mbok Darmi pun menjawab, jika hal pertama yang harus mereka beli adalah ikan dan sayur mayur. Untuk itu, Merlin langsung melangkahkan kedua kakinya menuju pedagang yang menjual ikan dan sayur. Tidak lupa pula Mbok Darmi memberi tahu, jenis ikan dan sayur apa saja yang tidak disukai oleh keluarga Farhan Abimanyu, sehingga Merlin tidak salah ketika membeli. Sebelumnya, di sepanjang jalan menuju pasar, Merlin terus memanjatkan doa agar dirinya tidak merasa mual saat indra penciumannya menangkap aroma-aroma aneh yang ada di dalam pasar. Nampaknya, Tuhan mengabulkan doa Merlin sebab wanita itu kini sama sekali tidak merasakan mual seperti sebelumnya. “Non, Mbok memiliki tempat langganan saat membeli sayur dan ikan. Mari Mbok bawa Non Merlin ke sana,” ucap wanita tua itu dengan sangat ramah. Merlin mengangguk sembari tersenyum tipis. “Oh ya, Mbok? Kalau begitu ayo kita ke sana,” sahutnya. Mbok Darmi berjalan di depan dan di belakangnya ada Merlin yang mengekor wanita tua itu. Hingga beberapa blok kemudian, mereka tiba di tempat Akang penjual ikan langganan Mbok Darmi. Wanita tua itu meminta Merlin berdiri tepat di sampingnya kemudian memperkenalkannya pada Kang penjual ikan. “Wah, Mbok Darmi kesayanganku akhirnya datang,” ucap Kang Danang menyambut kedatangan Mbok Darmi, matanya mengedar menatap Merlin yang berdiri tepat di samping wanita tua itu, “Mbok, kali ini ngajak bidadari ya?” sambungnya terang-terangan. “Hushh! Jaga mulut kamu, dia ini menantu di keluarga tempat Mbok bekerja,” sahut wanita tua itu mengingatkan Kang Danang—penjual ikan langganann Mbok Darmi. Kang Danang menutup mulutnya dengan spontan. Detik kemudian pria yang sebentar lagi akan menginjak kepala tiga itu menjauhkan tangannya yang basah dan bau amis. “Hish! Astaga bau banget,” desisnya heboh sendiri. Merlin yang melihat pemandangan tersebut lantas tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Wanita itu pun tertawa dengan begitu lepas setelah beberapa waktu tidak tertawa seperti ini. Selama ini Merlin merasa terbebani oleh masalah dalam hidupnya hingga membuat wanita itu sangat sulit untuk tertawa dengan lepas seperti ini. Di samping Merlin, Mbok Darmi juga ikut tertawa geli saat melihat tingkah Kang Danang. “Sudah..sudah. Ayo layani kami segera. Ada ikan segar apa hari ini?” Mbok Darmi bertanya kepada Kang Danang. Pria berkepala gundul itu pun menjawab. Memberi tahu ikan segar apa saja yang ia bawa hari ini. “Hari ini ada ikan patin, ikan nila, dan ikan mas. Mbok Darmi ingin ikan yang mana?” tanyanya. “Kalau begitu, ikan patin dan ikan nila, seperti biasa ya,” sahut Mbok Darmi. “Siap! Danang timbang dulu ya.” Selagi menunggu Kang Danang menimbang ikan tersebut, Mbok Darmi memberi tahu kepada Merlin jika di keluarga Farhan Abimanyu tidak ada yang menyukai ikan mas. Merlin mengangguk paham. Informasi dari Mbok Darmi kali ini sangat jelas. “Kalau Den Raka, dia sangat suka ayam goreng, Non. Setelah membeli ikan, kita akan membeli ayam untuk stok,” kata Mbok Darmi kemudian. Tidak lama kemudian, Kang Danang telah selesai menimbang ikan yang dipesan. Dan Merlin langsung membayar sesuai dengan jumlah harga yang telah disebutkan oleh Kang Danang. Karena sudah membeli ikan, giliran selanjutnya adalah membeli ayam dan sayur mayur. Untuk sayuran, keluarga Farhan Abimanyu tidak cerewet seperti masalah ikan. Mereka menyukai segala jenis sayur. Jadi, Merlin tidak perlu repot memikirkan hal tersebut. *** Merlin dan Mbok Darmi baru saja kembali dari pasar. Sungguh, Merlin merasa sangat lelah padahal biasanya pekerjaan seberat apa pun ia tidak pernah merasa lelah seperti ini. Merlin memposisikan diri di atas kursi makan setelah meletakkan barang belanjaan di atas wastafel. “Mbok, besok saya masih harus pergi bekerja. Jadi, selama saya belum resign, Mbok Darmi akan melakukan tugas seperti biasa. Tapi, setelah saya resign dari kantor, semua pekerjaan Mbok akan saya ambil alih,” ucap Merlin memberi tahu. Padahal ia sudah menyinggung masalah ini tadi malam. “Baik, Non,” sahut Mbok Darmi begitu lugas. Baru saja Merlin ingin kembali menarik napas dengan dalam, suara Imelda berhasil mengejutkan dirinya. Wanita paruh baya yang merupakan Nyonya besar di rumah ini langsung membuka lebar kedua matanya saat mendapati Merlin yang ia lihat tengah duduk dengan begitu santai sedangkan Mbok Darmi sibuk memilah sayur dan ikan untuk dibersihkan. “Merlin, saya kan sudah bilang jika di rumah ini semua pekerjaan Mbok Darmi kamu yang mengambil alih,” ucap Imelda dengan suara lantang. Merlin lantas berdiri dengan kepala yang menunduk ke bawah. Menatap lantai keramik berwarna putih bersih itu. “Maafkan saya, Nyonya,” sahutnya dengan nada suara rendah. Melihat bagaimana sikap Imelda saat memperlakukan menantunya seperti itu, membuat Mbok Darmi sangat terkejut. Terlebih saat Merlin memanggil Imelda dengan sebutan ‘Nyonya’ membuat wanita tua itu semakin terkejut lebih dari sebelumnya. Merlin hanya terus menundukkan kepalanya dan terus mendengarkan ultimatum yang diberikan oleh Imelda untuknya. Hingga cukup lama Merlin berusaha menahan diri sebab setiap kalimat yang keluar dari mulut Imelda begitu tajam dan menyakitkan. Merlin merasa sangat lega karena pada akhirnya wanita paruh baya itu kembali ke dalam kamarnya dan meninggalkan mereka di dapur. Mbok Darmi melepaskan sayuran yang saat ini ia genggam kemudian membuka langkah untuk menghampiri Merlin yang masih berdiri pada tempatnya. “Non, Nyonya Imelda memang seperti itu. Tapi sebenarnya dia adalah orang yang baik. Jadi, jangan dimasukkan ke dalam hati semua perkataannya ya,” ucap Mbok Darmi berusaha untuk menenangkan Merlin. Sembari tangannya terus mengusap dengan lembut punggung wanita di sampingnya itu. Merlin berusaha untuk tersenyum semampu yang ia bisa. Dan menyembunyikan kesedihan yang ia rasakan sebab perlakuan tidak baik yang ia terima dari Imelda. Bagi Merlin, ia harus bertahan dan menjadi kuat demi janin yang saat ini bersemayam di dalam rahimnya. Jika pada hal seperti ini saja ia tidak bisa mengatasi dengan baik, lalu bagaimana ia akan melindungi anaknya nanti? “Tidak apa-apa, Mbok. Saya mengerti ...,” sahut Merlin kemudian berjalan menuju wastafel. Dibersihkan nya semua sayuran dan juga ikan hasil dari belanjaannya dengan Mbok Darmi tadi pagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD