Derap langkah kaki jenjang Reiner berjalan dengan irama cepat saat memasuki kediamannya yang berupa mansion yang cukup megah. Hatinya dilanda cemas sejak menerima telpon dari sang mama sewaktu di lobby apartmen Valda.
Ayana meminta putranya pulang segera di karena hal mendesak yang tidak bisa dikatakan melalui telepon. Jujur saja, asumsi liar beterbangan di kepala mengingat Lukas juga tak bisa dihubungi.
"Ma, Rein pulang." Beberapa kali panggilan terasa hampa karena tak mendapat balasan. Rumah dengan arsitektur negara barat itu terlihat kosong melompong bak tak berpenghuni.
"Malam, Tuan Reiner," sapa salah satu asisten rumah tangga. "Tuan sudah ditunggu di halaman belakang."
"Ditunggu mama?"
Sang asisten hanya mengangguk seraya pamit berlalu dari hadapan Reiner. Langkah yang sempat t
