15 - Kamu Cantik

1175 Words
Anjani duduk manis di samping Lucas yang sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Alunan musik mengalun dengan merdu, menemani perjalanan mereka. Keduanya sama-sama diam terjebak dalam kebingungan dan kesibukan. Bingung, apa yang harus mereka lakukan agar tidak saling diam seperti ini? Sibuk, memikirkan topik pembicaraan apa yang sekiranya cocok dan tidak berakhir begitu saja. Ayu yang tak pernah memiliki pengalaman pergi berduaan dengan lelaki, pun dengan Lucas. Hanya wajahnya saja yang tampan, tapi pengalaman soal asmara dia nol besar. Mungkin dalam hal akademis dan pekerjaan, Lucas sangat pandai. Tapi jujur saja, dia payah kalau sudah menyangkut soal wanita. "K - kamu suka film genre apa, Yu?" tanya Lucas gugup. Setelah berpikir keras mencari topik pembicaraan. "A - ah, kalau aku lebih suka genre action." "Oh, gitu." Lucas manggut-manggut. "Tapi biasanya kan kalo cewek rata-rata suka genre romance, kaya temen-temen kerja aa, pada sukanya genre romance, lho," imbuh Lucas sambil melirik ke arah Ayu. "Ya aku juga suka genre romance, tapi nggak terlalu, sih." Ayu hanya tersenyum kikuk. "Aa ajak nonton kayak gini, nanti ada yang marah nggak, nih?" tanya Lucas basa-basi. Padahal dia sendiri juga tau kalau pertanyaan ini sangatlah ketinggalan zaman. Harusnya dia mengubah kata-katanya, kan? Tapi mau bagaimana lagi? Dia sudah terlanjur menanyakannya. "Siapa yang marah, A? Bunda?" sahut Ayu pura-pura tak mengerti. Padahal gadis itu tau dengan jelas kemana arah pembicaraan mereka. "Bukan, kan tadi aa udah minta izin ke tante." Lucas menggeleng. "Pacar kamu maksud aa tuh. Nanti marah nggak, kamu jalan sama aa?" Woy lha, Demi Tuhan Lucas ketinggalan zaman banget nggak, sih? Terkesan kolot! Tapi mau bagaimana lagi, kan? Dia emang nggak ada pengalaman dalam hal percintaan. Dulu pernah waktu duduk di bangku SMP, tapi sayangnya cintanya tertolak. "Nggak ada, A. Aku nggak punya pacar," kata Ayu jujur. "Hah? Serius kamu nggak punya pacar?" tanya Lucas tak percaya. Karena biasanya anak-anak zaman sekarang sering banget pacaran. "Serius, aku malah nggak pernah pacaran," tutur Ayu. Lucas melongo, karena saking terkejutnya. Tapi, seulas senyum langsung menghiasi wajahnya. Karena di dalam mobil gelap, sehingga Ayu tak menyadari kalau saat ini Lucas tengah tersenyum. "Tapi, bukannya kamu deket sama bocah yang tinggal di samping rumah kamu, ya?" tanya Lucas sekali lagi. Karena menurutnya, jarang-jarang ada kesempatan seperti ini bersama dengan Ayu. "Siapa? Kai maksudnya?" "Mungkin, aku nggak tau namanya. Bocah laki-laki yang waktu itu main ke mall sama kamu itu, lho." "Oh, iya, Kai namanya." "Kamu deket sama dia, kan?" "Nggak, A." Ayu menggeleng. "Dia nggak punya temen, jadi sering nyamper ke rumah, sering ngajak pergi juga. Kalau nggak dituruti, nanti uring-uringan kayak bocah lima taun," keluh Ayu Tak terasa, mobil yang mereka kendarai sudah tiba. Ayu melepaskan seat belt dan hendak turun, tapi tangannya justru ditahan oleh Lucas. "Tunggu, biar aa yang bukain," katanya sambil bergegas turun. Tak lama kemudian Lucas pun membukakan pintu untuk Ayu. Tak lupa tangannya memegangi kepala Ayu, agar kepala gadis itu tak terbentur. Ah, bukankah manner Lucas sebagai lelaki sangat sempurna? Hal sepele seperti ini, bisa bikin hati cewek-cewek mleyot. Termasuk hatinya Ayu, yang sudah meleleh bagaikan es krim yang terpapar hangatnya sinar mentari. Hatinya pun meleleh, karena perlakuan hangat dari Lucas. Sangat berbeda dengan seseorang, kan? Yang selalu mengganggu, dan sangat jauh dari kata sopan! Ah, kenapa di saat sedang berduaan dengan Lucas dia justru memikirkan Kai? Ayu menggeleng, menepis bocah bau kencur yang selalu menganggu hari-hari damai miliknya dari isi kepala. "Kenapa? Kamu pusing, Yu?" tanya Lucas karena sedari tadi Ayu terus menggelengkan kepalanya. "Ah, nggak, A." Ayu tersenyum kikuk. Ayu yang biasanya pakai kolor, kaos oblong, dan sendal swallow. Kini justru memakai dress, membawa tas kecil, dan memakai heels. Tentu saja sangat membuatnya tidak nyaman. Beberapa kali Ayu bahkan hampir terjatuh, tapi untungnya dia memiliki refleks yang lumayan. Tapi, hal itu tak bertahan lama. Saat mereka hendak turun dari eskalator, Ayu justru kehilangan keseimbangan, sehingga membuat tubuh gadis itu oleng. Ayu memejamkan matanya, karena pasti akan malu setengah mati. Sakitnya sih nggak seberapa, tapi malunya itu lho sampe liang lahat! "Ayu!" pekik Lucas sambil menangkap tubuh Ayu agar tak bertegur sapa dengan lantai mall. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Lucas setelah berhasil menangkap Ayu. "A - a Lucas?" Ayu tergagap saat menyadari kalau saat ini dia sedang berada di dalam dekapan Lucas. "Kamu nggak apa-apa? Ada yang sakit?" tanya Lucas sambil melihat keadaan Ayu. "A - aku nggak apa-apa," jawab Ayu sambil menarik diri. Dia cukup sadar diri, badannya yang sekarang bisa dikatakan gembrot, dan dia tak ingin Lucas merasakan keberatan karena berat tubuhnya. "Hati-hati kalau jalan," tegur Lucas lembut. "Sini, biar nggak jatuh lagi." Lucas menggenggam tangan Ayu dengan lembut. Sedangkan gadis itu hanya menatap tangannya yang sedang digenggam oleh lelaki idamannya. 'Semalem mimpi apa, Gusti? Sampe-sampe sekarang digandeng begini sama A Lucas?' gumam Ayu tak percaya. Mereka kini sudah masuk ke dalam bioskop, duduk bersebelahan ditemani popcorn dan juga dia gelas minuman. "Ini genre romance, Yu. Mudah-mudahan kamu suka, ya," bisik Lucas lembut di telinga Ayu. Wey lha! Seketika bulu kuduk Ayu langsung berdiri, kala mendengar suara dan deru napas milik Lucas di telinganya. Tapi, seketika Ayu tersenyum kecut. Dia tak ingin terlalu berharap, takutnya nanti malah kecewa saat kenyataan tak sesuai ekspektasinya selama ini. Ayu menikmati film yang Lucas pilih. Tentang seorang wanita yang memilih untuk menikah muda, namun pernikahannya justru harus berakhir di meja hijau. Lalu pernikahan kedua yang ia sangka akan baik-baik saja, justru dipenuhi oleh kesalahpahaman. Apalagi di saat orang-orang dari masa lalu kembali hadir. Sampai akhir hayatnya, wanita itu masih dicurigai oleh suaminya dengan mengira kalau anak yang sedang dikandung wanita itu adalah anak orang lain. Filmnya berakhir sad ending. Ayu yang tak bisa menahan tangisnya, kini berimbas pada riasan yang menghiasi wajahnya. Semrawut! Lha, bagaimana ini? Sebenarnya Katty juga memberi bedak dan berbagai macam make-up lainnya. Tapi karena Ayu yang tak bisa memakainya, sehingga membuat wanita itu kalang kabur sendiri. "Wes, lha. Dari pada pusing-pusing mikirin gimana caranya benerin make-up, mending dihapus aja, kan?" ucapnya sambil menghapus make-up dengan air dan sabun cuci muka yang sudah ia bawa, buat jaga-jaga aja niatnya, sih. Cukup lama Ayu berada di dalam toilet, dan hal ini membuat Lucas merasa tak nyaman. Apalagi saat beberapa wanita terang-terangan menatap ke arahnya. "Maaf, nunggu lama, ya, A?" tanya Ayu merasa bersalah. "Ah, nggak apa-apa kok - " Lucas tak melanjutkan kata-katanya. Lelaki itu justru menatap wajah Ayu yang sudah kembali normal. "Make-up nya kamu hapus?" tanya Lucas tak bisa acuh. "Iya, luntur gara-gara nangis tadi." Ayu mengangguk. "Kenapa, jelekk, ya?" imbuh wanita itu sambil tertunduk. Bukan hanya make-up nya saja yang dihapus, tapi rambutnya juga sekarang sudah ia ikat. Sejenak Ayu merasa bersalah, kalau saja dia tak menghapus make-up dan juga mengikat rambutnya, apakah Lucas tidak akan seperti ini. "Nggak, kamu cantik kayak gitu, kok." "Ya?" Ayu menatap Lucas tak percaya, takutnya dia salah dengar. "Nggak ada siaran ulang," kata Lucas sambil terkekeh seraya meninggalkan Ayu. "Ih, kok begitu, sih?" rengek Ayu sebal. "Lha, salah sendiri kenapa nggak pasang telinga baik-baik?" "Ah, A Lucas nyebelin!" kata Ayu sambil memasang wajah kesal, dan Lucas hanya terkekeh melihat Ayu yang sedang marah seperti itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD