Tatapan mata Kai masih tertuju pada pintu, di mana Ayu baru saja hilang dari pandangan matanya. Sebuah rasa asing masuk, menyelinap ke dalam hatinya dan memporak-porandakan isinya.
Meluluhlantakkan semuanya, bahkan perasaan Kai yang semula nya baik-baik saja dan tertata dengan rapih, kini berantakan. Rasa amarah memenuhi rongga dadanyaa.
Sebenarnya kenapa? Salahnya di bagian mana? Kenapa dia marah tak jelas seperti ini? Siapa yang harus dia kambing hitamkan, atas rasa amarahnya ini?
Apakah karena Ayu yang jalan berduaan dengan Lucas lah, yang membuatnya jadi seperti ini? Tapi, apa hubungannya dengan dirinya? Benar kata Ayu, Kai siapanya Ayu? Sampai-sampai ngelarang gadis itu tidak pergi bersama Lucas?
"Bangkee!" umpatt Kai sambil menendang sebuah kaleng dengan cukup keras.
Pada akhirnya pemuda itu pun pulang, dengan perasaan yang tak menentu. Dia kira, kalau sudah bertemu dengan Ayu dan memastikan wanita itu pulang dengan selamat, perasaan gundah nya akan sedikit membaik. Alih-alih membaik, perasaan Kai justru kian buruk.
Masuk ke dalam rumah, dan di sana ada ayah dan bunda nya yang sedang menikmati pizza yang Yudha beli sepulang dari mall tadi.
"Kai, pizza, nih. Mau nggak?" tanya Katty sambil menatap anak bujang nya yang terlihat kesal.
"Nggak, udah malem," tolak Kai sambil membanting pintu kamarnya.
Yudha dan Katty saling pandang, ada apa dengan anak bujang mereka? Kenapa pintu yang tak punya salah apa-apa, tiba-tiba dibanting seperti itu? Nggak kayak biasanya.
"Anakmu kenapa, Yang?" tanya Yudha sambil menatap Katty heran.
"Lha, mana aku tau?" Katty mengedikkan bahunya. "Kamu yang abis jalan sama dia, harusnya tau dong kenapa Kai tiba-tiba aja kayak gitu?" imbuh Katty sambil menatap suaminya.
Yudha mengingat kembali, beberapa kejadian sebelum ia bisa pulang ke rumah. Yudha yang awalnya sedang mengontrol proyek yang ia pegang, tiba-tiba ditelpon oleh Kai dan memintanya untuk datang ke sebuah mall. Yudha tentu saja menyetujui permintaan Kai, karena jarak antara mall dan tempat pembangunan tak terlalu jauh dan jarang-jarang juga anak itu minta ketemuan.
Lalu Yudha disuruh untuk menunggu di wahana bermain sebuah, katanya Kai sedang di toilet dulu. Yudha udah kegirangan dong, karena akhirnya dia bisa main sama anak bujang nya. Tapi, tak lama setelah itu dia mendapat pesan kalau tempat ketemuannya berubah, di food court. Yah, sebagai seorang ayah tentu saja Yudha mengayomi apa yang diinginkan oleh anaknya.
Saat di food court, Yudha bertemu dengan Kai. Dan tak lama setelah itu, Kai berdiri dan menghampiri sebuah meja. Di sana Yudha yakin kalau dia melihat Ayu dan anaknya Pak RT. Dari sini Yudha sudah mendapat kesimpulan, sepertinya dia tau penyebab anak bujang nya seperti ini.
"Apa mungkin dia lagi puber?" tebak Katty.
"Mungkin?" sahut Yudha sambil kembali melahap pizza.
"Lho, kok mungkin?" Katty kesal akan jawaban yang Yudha berikan.
"Yah, aku juga nggak tau kenapa dia tiba-tiba kayak gitu," bohong Yudha sambil merangkul pundak istrinya.
Sedangkan di dalam kamar, Kai sedang menatap ponselnya. Pemuda itu sedang dilanda rasa bimbang, antara mengirim Ayu sebuah pesan, atau tidak. Sejujurnya Kai juga tau, apa yang baru saja dia lakukan adalah hal yang sangat tidak sopan. Sangat-sangat tidak sopan!
Emangnya dia siapanya Ayu, sih? Sampe berani ngelarang ini dan itu? Bunda nya Ayu juga biasa aja tuh, kenapa dia yang repot sendiri? Kai sudah mendapat pencerahan, dia akan meminta maaf pada Ayu atas sikap yang tidak sopannya.
Kai : "Yu, maafin gue, ya. Gue salah, nggak seharusnya gue larang-larang Lo. Gue cuma lagi sensi aja, maklum Lo kan tau sendiri. Temen gue cuma Lo aja, jadi begitulah. Sekali lagi, gue minta maaf, ya."
Kai kembali membaca pesan yang sudah ia ketik. Tapi, bayangan Ayu yang berusaha keras agar tampil cantik di depan Lucas, melihat kedekatan mereka berdua saat di mall tadi, entah kenapa membuat Kai merasa kesal sendiri. Pesan yang sudah ia tulis, seketika dia hapus kembali.
"Lha, ngapain juga gue mesti minta maaf?" gumamnya heran.
Akal sehat dan hatinya berontak. Otak menyuruhnya meminta maaf, dan hati justru enggan untuk meminta maaf. Perang di antara keduanya berlangsung cukup lama. Sulit memang, tapi pada akhirnya otak lah yang menang, Kai memilih untuk minta maaf.
Kai : "Maafin gue, Yu. Tadi gue udah keterlaluan."
Begitu kata Kai, lalu dia pun mengirimkan pesan nya pada Ayu. Cukup singkat, padat, dan jelas. Tak lama kemudian, Ayu membaca pesan yang dikirim oleh dirinya. Cukup lama Kai menunggu, sampai akhirnya pemuda itu pun mendapat balasan dari Ayu.
Ayu : "Iya, nggak apa-apa."
Kai melongo, kenapa balasannya pun sangat singkat, padat dan jelas begini? Kenapa Ayu ikut-ikutan juga? Ah, tapi Kai bersyukur, Ayu mau membaca dan membalas pesan yang ia kirim.
****
Sedangkan setelah Ayu masuk ke dalam rumah, Shinta baru saja keluar dari dalam kamar mandi, hendak masuk ke kamar. Abis gosok gigi, tadi Shinta abis ngemil kacang at sambil liat sinetron kesukaannya.
"Lho, udah pulang, Yu? Lucas mana?" tanya Shinta kala melihat anak gadisnya baru saja pulang.
"Ya A Lucas udah pulang, lha."
"Nggak nganterin kamu?"
"Nganterin, tapi cuma nyampe depan aja. Tadinya dia juga mau anterin aku sampe depan pintu, tapi aku larang."
"Oh, oke, oke." Shinta manggut-manggut. "Bunda tunggu ceritanya besok, ya. Sekarang udah nggak kuat, ngantuk banget bunda," imbuhnya.
"Iya."
Ayu pun masuk ke dalam kamar, merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tapi detik berikutnya bangun lagi, dan berjalan menuju lemari. Mengambil baju kesayangan, dan menggantinya. Seperti biasa, hot pants dan kaos polos berwarna peach, menjadi setelan tidur favoritnya.
Ayu kembali memikirkan kejadiannya dengan Kai barusan, bukankah dia keterlaluan? Meski dia tidak suka akan perintah Kai yang terkesan tidak masuk akal, tapi bukankah setidaknya dia menggunakan bahasa yang lebih baik dan sopan lagi?
Seketika Ayu menyesal, tidak seharusnya dia seperti itu pada Kai. Ayu hendak mengirim Kai pesan, tapi terjeda saat Lucas juga mengirimkan pesan di waktu yang bersamaan.
A Lucas : "Aa baru aja nyampe, udah tidur?"
Ayu tersenyum, ah jika mengingat apa yang terjadi saat di mall tadi membuat Ayu senyum-senyum sendiri. Terlebih, saat dia mengingat, bagaimana Lucas menyatakan perasaan padanya. Aw, sangat sangat luar biasa!
Ayu : "Oh, syukurlah kalo Aa udah nyampe."
Saat baru saja Ayu mengirimkan balasan untuk Lucas, Kai mengiriminya sebuah pesan.
Kai Tengil : "Maafin gue, Yu. Tadi gue udah keterlaluan."
Ayu tersenyum, baru saja dia hendak membalas tapi Lucas malah menelpon dirinya duluan.
"Udah tidur?" tanya lelaki itu, membuat jantung Ayu berdebar.
"Belum, A," sahutnya sambil mesem-mesem.
"Oh, gitu?" Lucas tersenyum. "Ya udah, aa tutup, ya?"
"Lha, ngapain nelpon kalo cuma mau ngomong kayak gitu aja?" tanya Ayu heran.
"Aku cuma pengen denger suara kamu aja, Yu. Makanya aku nelpon," aku Lucas.
Ayu yang mendengar pengakuan Lucas, seketika mleyot. Bagaikan es krim yang mencair, karena terpapar hangatnya sinar mentari. Demi Tuhan, perlakuan Lucas saat ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya!
Bisa matii muda kalau begini aja mah!