Bab 2

1156 Words
"Juliet." "Juliet" ucap Romeo heran "Namaku ... Bukankah kau bertanya soal namaku." Jawab Juliet dengan terbata "Apa benar itu namamu?" Tanya Romeo ragu. "Juliet Estelle ... Jika mau kau bisa panggil aku, Julie." Romeo tertegun sesaat sebelum pertanyaan dari Juliet membuyarkan lamunannya "Lalu kau, siapa namamu?" "Aku, Romeo Alderico ... " "Romeo?" Kini Juliet yang terlihat ragu dengan jawaban lelaki yang sedang menindih tubuhnya saat ini.. "Ya, itu adalah namaku, Juliet." Jelas Romeo pada wanita yang kini seolah tidak percaya pada apa yang dia katakan. Setelah cukup lama saling tatap Romeo akhirnya mendirikan tubuhnya serta mengulurkan tangan kepada Juliet agar dapat membantu wanita itu bangun. "Ter--" "Sht.... Jangan ucapkan "terimakasih" lagi," "Ma--" "Juga kata "maaf" aku tidak ingin dengar itu." Lagi-lagi ucapan Juliet terpotong oleh peringatan Romeo. Romeo kembali berjalan menuju sofa mendudukkan dirinya dan mengkode Juliet untuk ikut duduk. "Tapi nama saja tidak cukup bagiku ... Setidaknya jelaskan kenapa orang-orang itu mengejarmu sampai seperti itu, apa kau seorang kriminal? Atau kau buronan ...? Karena terlalu gugup aku tidak berpikir panjang dan menolongmu begitu saja ... Tapi aku tidak bisa begitu saja percaya padamu ..." Romeo melemparkan tatapan tajam pada Juliet membuat wanita itu tertunduk dan meremas kuat jari-jarinya. "Mereka adalah pada penagihan hutang," seru Juliet sambil mengangkat wajahnya menatap Romeo. Juliet menjelaskan segala kondisinya, dari awal kehidupannya yang baik-baik saja hingga akhirnya karena di tipu keluarga Juliet bangkrut dan terlilit hutang pada rentenir, bertahun-tahun mereka berusaha melunasi hutang itu tapi tetap saja keadaan semakin menyudutkan mereka hingga akhirnya Ayah Juliet jatuh sakit dan meninggal ibu Juliet yang terpukul malah berkahir di rumah sakit jiwa. Keadaan semakin sulit bagi wanita itu pada akhirnya para rentenir itu membawa Juliet untuk di jadikan wanita penghibur menjual dirinya agar dapat melunasi semua hutang-hutangnya. "Lalu?" Tanya Romeo yang terhanyut dalam cerita yang Juliet ceritakan "Bagaimana lagi? Aku tidak mau, aku lebih memilih bekerja keras hingga mati dari pada harus menjual tubuhku ... Aku berusaha kabur dan mereka mengejar aku, dan untungnya saat itu kau datang ... Jika kau tidak menolongku mungkin aku sudah berakhir." "Berakhir di club malam?" "Bukan, aku akan berakhir di kematian. Aku akan bunuh diri ... " Jelas Juliet dengan mata yang sayu. Mendengar kisah tragis yang Julie katakan membuat Romeo tersentuh, tiba tiba-tiba ada rasa ingin melindungi muncul untuk wanita itu. "Apa kau punya pekerjaan?" "Tidak." "Tempat tinggal?" "Bank sudah menyitanya." "Kerabat?" "Mereka memutuskan hubungan 1 jam setelah ayahku bangkrut." Jawab Juliet datar. Saat dia mengingat hari-hari itu entah mengapa hatinya terasa panas melihat semua orang meninggalkan mereka saat terpuruk padahal ketika mereka masih dalam keadaan mampu tidak pernah sekalipun keluarga Juliet mengabaikan mereka. Ternyata semua kebaikan itu hanya karena mereka membutuhkan kekayaan Juliet bukan keren tulus. Manusia adalah mahluk yang paling mengerikan di muka bumi. "Jadi kau tidak punya apapun juga siapapun saat ini." "Iya" jawab Juliet. "Apa kau tidak bisa bekerja atau--." "Bagaimana aku bisa mendapatkan pekerjaan tetap? Saat mereka selalu mengacau di tempat aku bekerja membuat aku di pecat dalam waktu 1 bulan." Romeo menghela nafasnya, segalanya seperti buntu bagi wanita ini, benar-benar kehidupan yang malang dan melelahkan. "Apa kau bisa memasak?" "Iya, aku bisa." "Mengerjakan pekerjaan rumah?" "Aku juga bisa." "Me---" "Aku bisa lakukan apapun ... Apapun asal bukan menjual diri." Tegas Juliet yang membuat Romeo tercekat oleh jawaban wanita itu. "Baiklah kalau begitu, bagaimana jik kau bisa tinggal di sini dan aku akan memberikan makanan serta pakaian untukmu dengan syarat kau harus mengerjakan semua pekerjaan rumah ... " Romeo mencoba memberikan penawaran pada Juliet. "Bagaimana? Jika kau tidak setuju aku juga tidak masalah, hanya saja aku berpikir kau tidak punya apapun lagipula jika kau keluar mereka akan segera menemukanmu." Sambung Romeo. "Aku tidak bisa memberikan kau gaji karena aku juga hidup pas-pasan, tapi setidaknya aku bisa memberikan kau tempat tinggal dan makanan juga ... keamanan." "Aku setuju ..." jawab Juliet walau sesaat sebelumnya ia sempat ragu. "Baiklah, kalau begitu. Mulai hari ini kita akan tinggal bersama. Oh, iya. Di sana kamarmu ... Masih agak berantakan karena aku menjadikannya gudang tapi setelah di bersihkan itu akan nyaman untukmu." Jelas Romeo "Baiklah kalau begitu aku akan bersihkan besok ..." Juliet terlalu lelah, sekujur tubuhnya sakit. "Kalau begitu malam ini tidurlah di kamarku ..." "Apa?" "Kau bisa tidur di kamarku ..." " ...." "Aku akan tidur di luar, jadi tidak usah memasang wajah seperti itu, aku lelaki bermoral tinggi tidak akan melakukan hal yang tidak pantas. Namun, hal berbeda jika kita berdua yang menginginkannya ..." Penjelasan Romeo hanya membuat Juliet diam membisu wanita itu lebih memilih bangkit dan berjalan pergi menuju ke kamar yang Romeo tunjukkan. "Kalau begitu aku akan istirahat lebih dulu, selamat malam." Ucap Juliet sambil menutup pintu samar terdengar suara klik kuncian pintu di putar membuat Romeo menggeleng. Hey, apa perlu mengunci pintu? Dia bukan lelaki mes*m, dia tidak akan berbuat apapun pada wanita itu. Sedangkan di dalam sana Juliet membaringkan tubuh dapat ia rasakan aroma kental Romeo, jelas selama bertahun-tahun lelaki itu tidur di sana tentu aroma Romeo. Melekat di kamar itu. Pikiran Juliet terhanyut pada wanita itu mengusap wajahnya dan mencoba memejamkan matanya. ***** Romeo terbangun saat aroma wangi makanan begitu menusuk di hidungnya, aroma yang terasa sangat lezat hingga membuat perut lelaki itu berbunyi. Yah, tadi malam karena lelah Romeo tidur tanpa makan malam begitu juga Juliet. Romeo membuka matanya tepat di ruang makan mata lelaki itu menyipit dengan kedua tangan yang mengucek matanya satu persatu bergantian. Saat sudah jelas ia dapat melihat Juliet yang sedang memasak di dapur. "P-pagi ... Aku pikir mulai hari ini aku akan mulai melakukan semuanya." Jelas Juliet dengan fokus yang berganti antara Romeo dan masakan yang ia buat. "Pagi," balas Romeo yang kemudian berlalu menuju kamar mandi. Kali ini Romeo keluar dengan wajah segar, lelaki itu mendudukkan dirinya di kursi meja makan sembari menunggu hidangan terkahir yang Juliet persiapkan. "Kenapa hanya satu piring? Mana untukmu?" "Aku akan makan setelah kau selesai ..." "Kenapa harus begitu?" Juliet terdiam bingung harus menjawab apa, bagaimanapun posisi Romeo adalah Tuan rumah dan dirinya hanyalah pembantu begitu kasarnya. "Siapkan makanan milikmu ... Kita akan makan bersama ..." Juliet hanya mengangguk dan segera bangkit untuk menyiapkan sarapan miliknya. Segera mereka makan setelah selesai Romeo bersiap untuk pergi ke sekolah sedangkan Juliet masih berkutat di dapur dengan sisa pekerjaannya. Romeo sudah siap lelaki berlalu begitu saja dan mengabaikan Juliet, "Tunggu!!" Juliet menyusul Romeo hingga ke pintu depan. "Ini, makan siang--" "Tidak perlu aku makan siang di sekolah." Saat berbalik Romeo mendapati Juliet yang sedang berniat memberikan sekotak bekal. Namum, mendengar penolakan Romeo membuat ia menarik tangannya pelan-pelan. "Kalau begitu hati-hati ..." Ucap Juliet sambil menyelipkan rambutnya kebelakang telinga serta menyembuhkan kotak itu di belakangnya. Romeo menarik tangan Juliet yang membuat wanita itu kaget. "Karena kau sudah terlanjur membuatnya, maka aku akan mengambilnya ... Terimakasih untuk bekal makan siang ini, aku pasti akan memakannya. Juga jangan buka pintu untuk orang asing tidak ada yang tahu kau tinggal bersamaku ... Kalau begitu aku akan pergi dulu, jaga dirimu dan ingat pesanku."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD