PART 2 - DIVISI BARU LANTAI 5

1106 Words
Kedatangan Kinanti diruangannya disambut Tika dan Lena. “Lo tuh ya, pasti deh kebablasan bangun lagi gara-gara baca novel online,” omel Tika sambil menyerahkan sebungkus plastik dihadapan Kinanti yang baru saja meletakkan tasnya di meja kerja. Wajah Kinanti menjadi sumringah saat melihat isi bungkusan. Krupuk palembang. “Makasih Tika sayang, lo emang teman gue yang paling baik.” Lalu tanpa menunggu lama terdengar suara berisik krupuk yang digigit Kinanti. Kinanti bahkan melupakan kekesalannya karena kesiangan. Beruntung ia tidak kena ceramahan dari Mba Mia. Lena memandangi Kinanti dengan heran. “Lo belum sarapan?” Kinanti menoleh ke meja Lena. Lalu meringis. Kebiasaan satu lagi, ia suka telat sarapan. Paket komplit yang menyebabkan maagnya sering kumat. Namun tidak membuatnya jera. Selain coklat, makanan kesukaan dia ya krupuk. “Sorry berisik ya, hehehe.” Lalu Kinanti menghentikan kunyahannya, dan memasukkan sisa bungkusan ke dalam laci meja. “Nih gw bawa sesuatu buat ganjal perut lo sampai siang nanti.” Lena menyerahkan bungkusan berisi dua buah lemper. “Isinya ayam. Gue bawa empat, tadi dah gue makan. Gue tau pasti lo belum sarapan.” “Thanx juga lho.” Kinanti segera memasukkan lemper kedalam mulutnya. Lumayan untuk ngisi perut. “Nyokap kirim salam, kapan lo ke Bekasi, kangen katanya dia ama lo.” Tika bicara tanpa memperhatikan raut wajah Kinanti yang meredup. Ternyata ada juga yang merindukan kehadirannya. Berusaha menghapus sendu diwajahnya yang hadir sesaat, Kinanti mencoba tersenyum menjawab pertanyaan Tika. “Nanti gue pasti deh main kesana, gue juga kangen ama nyokap lo.” “Iya makanya dia cerewet suruh gue bungkusin oleh-oleh buat lo. Gue aja yang anaknya gak dicerewetin gitu.” “Tik, bilang sama nyokap lo, makasih ya.” Kinanti memandangi sisa krupuk yang ada ditangannya. “Iya, gue dah bilang ama nyokap, pasti deh lo ucap makasih ama nyokap. Makanya gue dah bilang duluan.” “Bilang juga makasih karena udah kangen ama gue.” Tika yang semula menunduk, tiba-tiba mengangkat wajahnya. Dan ia melihat mata Kinanti berkaca. Hatinya terenyuh. Ia sama sekali tidak bermaksud membuat sedih sahabatnya yang satu itu. Ibunya memang tulus menyayangi Kinanti, mungkin karena ia tahu bagaimana kisah Kinanti. “Iya nanti gue bilang nyokap. Kan gue dah bilang ama lo. Lo bisa kok anggap dia sebagai nyokap lo juga. Jadi kalau lo kangen Bunda, lo bisa peluk nyokap gue.” Dan Kinanti hanya bisa menjawab tanpa suara. “Thanx ya.” Tika menjawab dengan senyum sambil mengacungkan ibu jarinya. Pagi-pagi bahas tentang sosok Bunda bisa membuat matanya langsung berkaca. Lalu mereka tenggelam dalam pekerjaan. Walau sesekali saling menyapa, diantara kesibukan mengolah data atau mencetak laporan. “Ngomong-ngomong Mba Mia meeting apaan?” tanya Kinanti sambil mencocokkan data yang ia pegang dengan yang tertera di komputer. Ruangan mereka hanya berisi empat orang termasuk kepala bagiannya yang biasa dipanggil Mba Mia, maklum dia senior. “Lantai lima sekarang sudah ada yang tempati, makanya semua kepala bagian dipanggil hari ini,” tutur Tika sambil sesekali melihat komputernya. “Lo sih ketinggalan, tadi pagi seniornya kita sempat lihat. Beuh ganteng banget lho. Iya kan Tik?” tanya Lena beserta raut wajahnya yang menampakkan kekaguman. “Hmmm.” Tampaknya Tika sedang sibuk. “Tapi sayang, yang ganteng udah punya satpamnya.” Suara Lena melemah. “Hah! Maksudnya?” Kinanti kali ini bertanya. “Iya, dia kemari pindah tugas sekalian ama ceweknya. Heran ya, bisa gitu, udah ganteng, pinter, jabatan tinggi, dapat ceweknya juga satu kerjaan.  Gimana pegawai rendahan kaya kita bisa naik kasta, kalau cowok model kaya gitu udah ada yang punya.” Lena terdengar patah semangat. Kinanti hanya menggeleng. Dia teringat sesuatu. “Kamu bilang lantai berapa yang mereka isi, divisi baru itu Tik?” Kinanti tidak mendapat jawaban dari mulut Tika, tapi melihat bagaimana telapak tangan Tika menunjukkan lima jari. Ia jadi teringat sesuatu. Tadi pas aku naik lift, cowok yang pake kaca mata itukan naik ke lantai lima juga. Apa dia itu termasuk karyawan baru juga di sini? Kalau Lena ketemu cowok tadi, apa dia bisa dikategorikan ganteng juga? “Lah dia malah melamun, nih laporan kamu kroscek ulang, nanti siang di tunggu Mba Mia,” ujar Lena sambil menyerahkan berkas kehadapan Kinanti. Dan kemudian yang terdengar hanya suara printer yang seolah berlomba mengisi kesunyian didalam ruangan. ****** “Lo mau makan siang bareng gak?” tanya Lena pada Kinanti yang masih terlihat sibuk. “Lo berdua aja deh duluan, gue nanggung, mau ngeprint beberapa lembar berkas lagi. Tar gue nyusul ke kantin.” “Mau gue pesenin duluan gak, biar gak nunggu lama?” tanya Tika yang kini sudah membereskan mejanya. “Gak usah, gue belum tahu mau makan apa.” “Oke deh kita duluan ya, awas jangan ampe gak turun buat makan, gue gak mau denger maag lo kumat di kost.” “Siap bos.” Lalu Kinanti mendengar kedua temannya itu sudah melangkah keluar ruangan. Kinanti membereskan meja kantornya. Sepertinya perutnya kali ini harus segera di isi. Semoga Tika dan Lena masih sibuk di kantin. Dia melirik jam ditangannya. Masih ada waktu setengah jam lagi untuk makan siang. Ketika keluar dari kantor, dan menuju lift, lorong kantornya sepi. Mungkin karena semua sedang menikmati jam makan siang.  Kinanti memindai lift di ujung yang terbuka. Dari lift itu keluar beberapa orang berjalan melangkah menuju ke arahnya. Dua orang yang berjalan paling depan ia kenali dari divisi marketing. Pak Amar dan Mba Sita. Lalu sepasang lagi dibelakangnya. Kinanti hanya menatap sebentar, sebelum ia memutuskan melempar pandangan kemana saja, asalkan tidak ke arah dua orang yang berjalan dibelakang Pak Amar dan Mba Sita. Tinggal beberapa langkah lagi mereka akan berpapasan. Kinanti bukan tidak tahu jika dua orang dibelakang Pak Amar melihat ke arahnya, yang laki-laki mengenakan kemeja tangan panjang berwarna biru denim sementara disampingnya  seorang wanita cantik dengan rambut bergelombang menggunakan setelan jas kerja berwarna coklat. Suara hak sepatu terdengar nyaring saat itu. Bahkan saat tubuh mereka belum dekat,  sekilas Kinanti melihat gadis berjas coklat itu melingkarkan tangannya pada lengan lelaki disampingnya. Lelaki berkemeja biru itu. Kinanti langsung memfokuskan tatapannya pada lift di ujung. “Kabarnya perusahaan tempat aku kerja akan memutasi karyawannya ke Jakarta.” “Nanti jika aku  ikut dimutasi juga, aku akan antar jemput kamu. Jadi kamu gak usah naik ojek online lagi.” “Kalau kamu kangen, tidur aja di rumahku. Anggap belajar sebelum menjadi istriku ya? Nanti aku kasih kunci duplikatnya.” Kinanti tetap meluruskan pandangannya. Bahkan tidak menyadari masih ada satu sosok yang berjalan paling belakang.  Laki-laki berkacamata yang semula mengekori dua orang yang terlihat mesra itu, spontan berhenti. Ia memutar tubuhnya matanya mengikuti langkah Kinanti. Jadi gadis itu memang karyawan dikantor sini juga? JUDUL : IKHLASKU  DALAM DUKA. PEN NAME : HERNI RAFAEL. https://m.dreame.com/novel/eTIWKIEgpLQvEEjKfAMkIg==.html
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD