Empat tahun kemudian Arfi terbangun saat mendengar suara teriakan seorang bocah yang memanggil namanya berkali-kali. Dengan malas dia berusaha membuka matanya, melihat jam di ponsel pintar dan meringis karena cukup lama dia tertidur. Lehernya bergerak ke arah kiri, mengambil nafas panjang karena sisi kiri kasurnya itu kosong. Seprainya pun masih rapih, bantal juga rapih, tanda tidak ada orang yang tidur di kasur itu. “Papaaa…., ciniii! Main tama akuuu.” Kembali terdengar teriakan dari bocah cantik yang berlarian ke sana ke mari di tanah lapang berumput. Arfi bangun, melakukan peregangan pada tubuhnya kemudian membuka pintu kaca yang juga berfungsi sebagai jendela di kamar tidur itu. Didekatinya seorang perempuan yang tampak kelelahan karena sibuk mengejar bocah cantik yang masih
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books